Amora mulai mengiris lengannya pelan, hingga sebuah cairan merah berhasil mengalir dari tangannya. Merasa kurang puas ia mulai mengiris lagi disisi yang lain. "Aaauu."
rintihnya, saat irisan kedua berhasil ia lakukan. Amora menarik napas panjang, ia merasa belum puas, rasanya tak ada bedanya jika hanya irisan kecil yang ia lakukan. "Seharusnya gue mengirisnya lebih dalam lagi, sampai nadi gue putus, biar mama sama papa peduli lagi sama gue." batin Amora.Kali ini tangan Amora bergetar hebat, dirinya sedang bersiap menusukan pisau tersebut ke lengan kirinya.
"Chubby... " teriak Rakhan yang langsung mengambil pisau ditangan Amora.
Sementara Amora yang masih terkejut, hanya bisa terpaku.
"Loe kenapa sih ra, kenapa loe bisa berbuat sejauh ini?"
"Ini bukan chubby yang gue kenal tau gak?
"Chubby yang gue kenal itu, chubby yang gak gampang nyerah, chubby yang mandiri, chubby yang selalu tersenyum apapun itu masalahnya. Ini kenapa ya cuma gara-gara buta sementara loe mau bunuh diri kayak gini, kenapa? " ujar Rakhan tak henti-henti."Hiks... hiks... hiks." tangis Amora pun pecah, membuat Rakhan semakin khawatir,ia segera memeluk Amora.
"Udah jangan nangis dong, Chubby yang gue kenal tuh gak gampang nangis lho,kok sekarang jadi cengeng." ucap Rakhan yang membuat tangis Amora semakin kencang.
Rakhan mengelus pundak Amora, sembari meniup lengan kiri Amora yang ternyata berdarah. "Cup... cup... cup." Ia pun beranjak dari duduknya, mengambil obat merah yang berada di almari atas.
"Gue obatin dulu ya, tahan bentar, agak perih soalnya." ucapnya pada Amora.
"Selesai." ujar Rakhan saat ia selesai mengobati Amora, tak ada respon apapun dari Amora, ia hanya menangis dari tadi.
Rakhan menatap Amora dalam, dihatinya jelas merasa ini bukan Hera yang ia kenal. "Loe sebenarnya kenapa sih?"
"Gue gak papa,cuma ngerasa kacau aja."
Rakhan memegang kedua pundak Amora. "Besok gue ajak loe kesuatu tempat, dimana tempat itu akan buat loe lebih tenang."
"Dimana?" tanyanya sembari menghapus air mata.
"Ra.. ha... si... a."
Bibir Amora mengerucut. "Ih... gak seru."
"Tapi janji ya ajak kesana besok?" sambung Amora lagi."Iya, janji. Tapi loe juga harus janji gak akan ngelakuin hal gila ini lagi!"
"Oke, gue janji gak akan lakuin hal ini lagi." jawab Amora sembari menunjukkan jari kelingkingnya.
Rakhan pun menautkan jari kelingking miliknya dan Amora sebagai tanda perjanjian yang harus dilakukan. "Gue juga janji, besok bakal bawa loe kesuatu tempat."
Amora mengangguk, ia menampakkan senyum dibibirnya yang membuat Rakhan ikut tersenyum.
"Yaudah gue pulang dulu ya, takut kemaleman. Sebenarnya tadi gue cuma mau ambil hp gue yang ketinggalan,tapi lihat loe mau bundir jadi panjang lagi urusannya." jelas Rakhan yang hanya dijawab anggukan oleh Amora.
Rakhan pun keluar dari kamar, meninggalkan Amora sendirian diruangan. "Gue gak tau siapa loe, tapi nada bicara loe yang lembut, dan sabar banget sama gue, seolah loe kenal gue lama. Gue juga merasa aman setiap loe ada disamping gue, padahal gue gak kenal loe siapa, dan kenapa loe bisa sebaik ini sama gue?" batin Amora.
***
"Yess, akhirnya." ucap Hera ketika berhasil membuka sandi handphone Amora."Ternyata sandinya hari anniversary mama papa." monolognya lagi.
Hera mulai membuka ponsel tersebut. Ia memulainya dengan membuka galeri foto. Terdapat beberapa foto Amora bersama teman nya dan kedua orangtuanya. Hingga sebuah foto membuatnya terkejut. Foto dirinya dengan baju putih yang sedang menatap langit, ketika dirinya masih dekat dengan Amora.
"Ternyata kau masih menyimpan fotoku, kak." monolog nya dengan senyum yang terpampang diwajahnya.
Setelah puas melihat foto diponsel itu, Hera mulai membuka beberapa video yang ada. Dimana sebagian besar isi video tersebut menyakiti hatinya. Ia harus melihat kebahagiaan Amora dan kedua orangtuanya yang sedang merayakan ulang tahun serta berlibur tanpanya.
Hera menarik napas panjang ketika melihat sebuah video yang mengingatkan nya pada suatu kejadian yang selama ini mati-matian berusaha ia lupakan.
Tangan Hera kini bergetar, ia bingung harus mereplay video itu atau tidak. Tapi rasa penasaran nya lebih tinggi, jadi Hera mulai mereplay video tersebut. Hera berharap itu bukan video yang ada dipikirannya saat ini, lagipula mustahil Amora memiliki video kejadian waktu itu.
Mata Hera melotot, saat video itu diputar. Pikirannya kini benar-benar kacau, "bagaimana bisa Amora memiliki video ini?"
"Aaaaa."
"Pyarrr." Bersamaan dengan teriakan histeris Hera, handphone ditangannya ia banting ke lantai dengan kencang.Hera meringkuk, memeluk erat lukanya seorang diri. "Hiks... hiks... hiks..."
"Rakhan, aku butuh kamu." batinnya sedu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...