Bab 31

22 0 0
                                    

Hera menyipitkan matanya ketika membaca pesan dari Amora. Ia menatap Yesi, yang masih sibuk mengusap meja. "Memangnya kenapa kalau aku gak nuruti mau nya Yesi?"
"Dari mukanya sih, muka orang baik-baik, gak mungkin kan kalau Yesi bakal ngelakuin hal buruk."
"Hmmm patuh dicoba sih, ngebatah dikit gakpapa kali ya?" batin Hera, bertanya-tanya.

"Raaa, jangan ngalamun ih." senggol Yesi, saat memergoki sahabatnya terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Hem?"
"Enggak kok." sahut Hera, saat tersadar dari lamunnya.

Waktu terus berjalan, jam masuk sekolah pun tiba. Guru sudah memasuki kelas, Menerangkan beberapa materi didepan. Hingga....
"Kringg..."

"Yes,Pulang." celetuk Hera saat bel berbunyi.

"Istirahat, belum pulang." cibir Yesi, yang kemudian menarik tangan Hera keluar kelas.

Keduanya kini berada dikantin. Hera dengan bingungnya melihat banyaknya makanan yang tersaji disana. Hatinya seolah berkata ingin memakan semua menu dikantin ini. Bagaimana tak kalap, Hera selama ini tak pernah menginjakkan kaki disini, ia hanya beristirahat ditaman dengan bekal nasi sayur yang selalu dibawanya.

"Loe mau makan apa?"

"Ngikut." jawab Hera yang sejujurnya bingung ingin memilih makanan apa.

"Kalau gitu, nasi ayam aja ya?"

"Oh iya, aku baru inget isi chat dari Amora, aku harus coba bantah ni." batin Hera.
"Gak, kita makan bakso aja!" seru Hera sembari menatap Yesi dalam, untuk melihat reaksi nya.

Yesi menghela napas panjang. "Yaudah, oke." jawabnya, lalu memesan dua porsi bakso pada penjaga kantin.

Sedangkan Hera masih berdiri ditempat, merasa kesal karena tak ada reaksi apapun dari Yesi. "Apa chat dari Amora itu cuma bercanda ya?" pikirnya.

"Ayuk duduk!" ajak Yesi dengan dua mangkok yang sudah ada ditangannya.

"Gakkk." jawab Hera yang masih mencoba membantah.

Yesi meringis, merasa bingung dengan sikap sahabatnya itu. "Mau berdiri aja?"
"Ya monggo."

Dengan cepat Hera mendudukan bokongnya dikursi depan Yesi. Sementara Yesi hanya bisa menggelengkan kepala. "Loe kenapa sih ra?"
Ada masalah?"

Tak ada jawaban dari Hera, ia hanya fokus pada makannya.

"Kalau ada masalah, cerita ke gue." ucapnya lagi.

"Gakk, gue gak akan pernah mau cerita sama loe." jawab Hera penuh penekanan. Ia masih berusaha membantah, berharap mengetahui alasan kenapa Amora menyuruhnya menuruti Yesi.

Yesi tampak terkejut, tak seperti biasanya sahabatnya seperti ini. "Cerita aja ra, ada masalah apa sih, sampai loe kayak gini?"

"Gak mau."

"Blakkk." Dengan kencang Yesi memukul meja, disertai wajah yang sudah memerah. Ia berdiri tegak menatap Hera dalam, seperti ada kemarahan yang akan muncul.

Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang