"Brakkk."
Motor Rakhan tersenggol mobil dari arah berlawanan, membuatnya terpental beberapa meter dari kendaraannya. Semua orang yang melihat kejadian itu berlari mendekati Rakhan yang sudah terbaring lemas, matanya tertutup rapat, namun masih bisa mendengar riuhnya orang sekitar.
Tidak lama kemudian suara sirine ambulans menghampirinya, ia masih merasakan tubuhnya digotong memasuki mobil ambulans tersebut. Hingga suara-suara ricuh mulai menghilang, Rakhan kehilangan kesadaran secara total.
Sesampainya dirumah sakit, dokter mengobatinya. Tak ada luka yang serius, hanya luka kecil saja yang terpapang ditubuhnya.
"Gimana dok keadaannya?" tanya seorang gadis, yang sudah menunggu daritadi.
"Rakhan baik-baik saja, lukanya tak begitu parah, tidak lama lagi dia sadar." jelas dokter itu.
Gadis itu menghela lega. "Makasih dok." ucapnya, lalu memasuki ruang rawat.
Ia menatap wajah Rakhan, seorang yang ia kagumi selama ini. "Cepet sembuh Rakhan." bisiknya.
"Chubby." panggil Rakhan yang masih terpejam.
Gadis itu tersenyum lebar, mendengar namanya dipanggil. "Iya rak, gue disini."
Rakhan mulai membuka matanya secara pelahan.
"Hah." Rakhan yang terkejut saat wajah gadis itu tepat didepan wajahnya, tak sengaja mendorongnya hingga membuat gadis itu terjatuh.
"Auuu." rintih gadis itu kesakitan.
"Amora, loe ngapain kesini?" tanya Rakhan yang masih syok dengan kehadiran Amora.
"Amora?" tanya Hera yang masih kebingungan.
"Oh iya, sekarang kan aku Amora, bukan Hera. Jadi gak bisa terlalu deket sama Rakhan." batin Hera yang sudah sadar posisinya sekarang.
"Aku tadi dapat kabar dari temen kalau kamu kecelakaan, jadi aku kesini mau jenguk kamu." jelas Hera.
"Ohhhh."
"Iya." ujar Hera singkat, ia mulai memutar otak untuk mencairkan suasana yang tampak canggung ini. "Mau makan?" tanyanya saat melihat sepiring bubur diatas nakas.
Rakhan melirik bubur disampingnya, jujur saja ia mulai merasa lapar. Tangannya mulai mengapai bubur tersebut, tapi Hera mengambilnya. "Biar aku suapin aja."
"Gak usah ra, gue bisa makan sen... "
"Aaaa." Sesendok bubur mulai terbang dimulutnya. Dengan terpaksa Rakhan membuka mulut lebar-lebar.
Senyum Hera kini terukir dibibirnya, karena tempat ini mengingatkan saat Rakhan merawatnya disini.
Flasback on
Hera mulai sadarkan diri, seusai operasi transplantasi ginjal berhasil dilakukan. Rasa nyeri dibagian bawah perut, serta kembung yang ia rasakan membuat Hera tak napsu makan.
"Hiks... hiks... hiks... ma sakit." keluhnya monolog. Rasa sakit dibekas sayatan akibat operasinya malah menambah rasa sakitnya selama ini. Terlebih kedua orangtuanya terutama hanum yang berjanji akan memaafkan kesalahan nya, tiga hari ini tak kunjung terlihat.
Hera hanya seorang diri dibangsal rumah sakit, memeluk lukanya yang semakin bertambah sendirian. Hanya ada seseorang yang selalu menemaninya, ia adalah orang yang selalu memanggilnya chubby.
Rakhana Awan Dikara Adwaja, orang yang selalu ada untuknya. "Masih sakit?" tanya nya yang masih mengelus-elus tangan Hera lembut.
"Udah enggak."
Rakhan menatap Hera dalam. "Kalau udah gak sakit, kenapa masih cemberut?"
"Gak tahu, gak mood." ucap Hera yang semakin memonyongkan bibirnya.
"Ihhh jelek kalau kayak gitu." ejek Rakhan.
"Masak sih?"
"Iya ihh."
"Aku punya cara biar gak jelek, mau tau gak?" bisik Rakhan tepat ditelinga Hera.Hera menatap Rakhan ragu. "Apa?"
"Tadaaa." Rakhan menunjukkan dua masker wajah ditangannya.
"Masker buahahaha bisa bikin mood wajah bagus." lanjut Rakhan penuh semangat.
Hera tampak kecewa, dengan apa yang Rakhan tunjukkan padanya. "Udah lah rak, jangan aneh-aneh deh."
"Siapa sih yang aneh-aneh, ini asik lho." bujuk Rakhan yang langsung menempelkam masker tersebut diwajah Hera.
"Ya ya ya." ucap Hera pasrah.
"Selesai."
"Tinggal tunggu lima menit." ujar Rakhan.Hera menghela napas kasar. "Kalau nanti ada dokter gimana?"
"Ya paling cuma dibatin dikit." cibirnya.
"Gak lucu, rak." Hera mulai menatap Rakhan tajam.
"Ceklek." Suara pintu terbuka.
"Permisi kak, saya periksa dulu ya." ucap seorang dokter yang baru saja memasuki ruangan. Dokter perempuan itu terlihat sedikit terkejut saat melihat wajah pasiennya berwarna hijau. Ia tampak menahan tawa, selama pemeriksaan berlangsung. Sedangkan Hera masih menatap tajam Rakhan."Keadaan kamu mulai membaik, jadi hari ini boleh pulang. Tapi jangan lupa obatnya tetap harus diminum secara teratur ya." jelas dokter tersebut.
"Baik dok, makasih." jawab Rakhan dengan senyuman.
"Oh iya, satu lagi, maskernya jangan lupa dilepas ya kak." ujar dokter itu yang langsung meninggalkan ruangan.
Hera secara refelks mencubit tangan Rakhan dengan rasa malu serta jengkel yang menjadi satu.
Flasback off
***
Amora masih tertidur pulas di atas kasur.
Tek tek tek
Hingga suara langkah kaki membangunkannya. Ia mulai membuka matanya pelan-pelan. Tampak secercah pantulan cahaya dari jendela, membuat Amora terpelonjak kaget. "Cahaya matahari?" monolognya, masih tak percaya.Amora melihat sekelilingnya, tampak beberapa perabot kamar tidur terpapang disini. Tak begitu jelas, tapi Amora bersyukur, akhirnya ia bisa melihat kembali. Walau masih terlihat buram dimatanya. "Mama... papa..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...