Bab 12

45 0 0
                                    

"Klek."

Suara pintu itu membuat Amora tersenyum lebar, ia yakin itu pasti laki-laki yang menjanjikan nya untuk pergi hari ini.

"Chubby."
"Udah makan ya?" ucapnya saat melihat piring sisa dinakas.

"Udah, yuk jalan sekarang!"

Rakhan mengangguk, ia dengan lembut menggandeng Amora."Gue baru nyadar, chubby cantik banget tanpa make up. Apalagi rambutnya digerai kayak gini." batin Rakhan.

"Sekarang gue pakaiin helm dulu." Setelah memakaikan helm, Rakhan membantu Amora menaiki motornya.

Rakhan memegang tangan Amora, lalu melingkarkan pada perutnya. "Pegangan yang kuat ya, jangan sampai lepas." titah Rakhan.

"Iya, gue gak akan lepasin loe." jawab Amora, yang membuat Rakhan tersenyum lebar.

Sesampainya disana, Rakhan membantu Amora turun dari motor. Setelah itu ia menuntun Amora ke suatu tempat.

"Udaranya segar banget ya." ucap Amora.

Rakhan tersenyum, ia mendudukkan Amora dihamparan rumput. "Tempat ini masih asri ra, banyak tumbuhan lebat disini."
"Dan didepan kita, ada danau yang luas dengan air yang masih jernih." sambung Rakhan.

"Gue mau naik perahu didanau ini."

Rakhan memegang pundak Amora. "Gue bakal ajak loe naik perahu, dengan syarat lho harus sembuh dulu, biar loe bisa lihat indahnya pemandangan di danau ini."

"Iya, iya, gue harus bisa lihat lagi."

Kini Rakhan merasa senang, melihat Chubby nya bersemangat lagi. "Kalau loe ngerasa sedih, loe bisa bilang ke gue, agar gue bisa bawa loe kesini lagi. tempat ini buat loe tenang kan?"

Amora mengangguk. "Makasih ya."

"Iya."

***

Hera terbangun, ia terkejut dengan jam yang menunjukkan pukul 7.30 WIB. "Sudah pagi ternyata."

Hera menyenderkan punggungnya, baru menyadari semalam ia menangis hingga akhirnya tertidur pulas.

Ia pun berdiri menuju meja rias disamping kasur. Menatap wajah Amora dicermin. "Wajah yang gue inginkan." monolog Hera sembari meraba wajah tersebut.

Tak terasa air matanya mengalir. Entah berapa air mata yang mengalir dihidupnya, Hera merasa menjadi Amora lebih menyakiti hatinya. "Apa aku harus mengembalikan semua ke keadaan semula?"
"Tapi bagaimana caranya?"
"Danau, ya danau itu pasti penyebabnya."
"Gue harus kesana." batin Hera kacau.

"Tapi, gue gak mungkin sendirian kan?"
Hera tampak berpikir sejenak. "Rakhan, ya Rakhan."

Hera menarik napas panjang, mau tak mau ia harus menggunakan handphone milik Amora untuk menghubungi Rakhan.

Dengan tangan bergetar Hera mengambil handphone tersebut. "Semoga aja gak rusak handphone nya."

Setelah ia nyalakan, Hera mulai mengetikan nomer Rakhan yang sudah ia hafal. "Tut... tut... tut... "

"Ayo rak, angkat, gue butuh loe."

"Haloo." terdengar suara diseberang sana.

Hera meneteskan air mata saat Rakhan mengangkat telpon nya. Ingin rasanya ia menumpahkan semua masalahnya pada Rakhan. Tapi entah mengapa tangisnya lebih menguasai.









Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang