Ketiganya kini saling bartatapan
"Tante mau bicara sama kamu." ujar Hanum, lalu berjalan keluar ruangan.
"Bentar ya." pamitnya, pada Amora yang masih terbaring diranjang rumah sakit.
Rakhan mengikuti arah Hanum berjalan, hingga Hanum berhenti disebuah sudut yang tak jauh dari ruangan tempat Amora dirawat.
"Ada apa, tan?" tanya Rakhan, membuka pembicaraan.
"Gimana keadaan Hera?"
"Seperti yang tante lihat, Hera mulai membaik."
"Bukan itu." ucap Hanum, yang membuat Rakhan mengerti arah pembicaraannya.
"Hera baik-baik aja tan, dia gak ngaku-ngaku sebagai Amora lagi." jelas Rakhan.
Hanum menatap Rakhan, penuh intimidasi. "Yakin?"
"Iya tan, yakin seratus persen."
"Terus kenapa tadi Hera menyebut nama Amora?"
Rakhan menelan ludahnya susah payah. Pikirannya mulai berputar untuk mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan ini. "Itu tan, Hera cuma tanya Amora datang untuk menjenguknya atau tidak." jawab Rakhan, disertai rasa lega, karena Hanum tak mendengarkan pembicaraannya dengan Amora sepenuhnya.
"Oke rak, makasih ya udah jaga Hera."
"Sama-sama tan."
"Oh iya, Hera sekarang udah boleh pulang."
"Pulang tan?"
"Bukannya Hera masih harus dirawat ya tan?""Iya, tapi tante mau nya Hera dirawat dirumah aja."
"Ngabisin uang, kalau Hera harus dirawat inap." jelas Hanum."Emang gak papa, tan?"
"Gak papa, tante udah urus administrasinya kok, tenang aja."
"Oh iya, tante udah pesanin taksi buat kalian." sambung Hanum.Dahi Rakhan mengernyit, bukankah Hanum bawa mobil, kenapa harus dipesanin taksi.
"Gak bareng tante pulangnya?""Enggak rak, tante harus ke salon dulu."
"Ohh." Rakhan menunduk, rasa kesalnya mulai menumpuk, Hera tak pantas diabaikan, namun bagaimana lagi, ia tak bisa berbuat apa-apa.
"Yaudah, tante pergi dulu ya."
"Iya tan, hati-hati."
Rakhan kembali diruangan tempat Amora dirawat.
"Mama ngomong apa rak?"
"Terus sekarang, mama dimana?"Rakhan mendekati Amora, ia menatapnya dengan penuh senyuman. "Tante Hanum cuma tanya keadaan loe."
"Sekarang tante Hanum harus pergi, karena ada urusan." jelasnya dengan lembut.Amora mengangguk.
"Sekarang, kita siap-siap pulang ya."
"Pulang?"
"Tapi gue masih lemes banget, rak."Rakhan menghela napas panjang. "Tapi kata dokter loe udah boleh pulang kok, nanti habis minum obat pasti gak bakal lemes lagi."
Amora tersenyum, "iya ya."
"Yok, gue bantuin bangun." ucapnya. Dengan pelan ia membantu Amora untuk bangun, lalu ia letakkan di kursi roda.
"Ini ikannya, dipegang erat-erat oke!" pinta Rakhan, yang langsung diturutin Amora.
***
Kini keduanya telah sampai didepan rumah.
"Pelan-pelan, mor." tinta Rakhan, sembari membantu Amora turun dari taksi.
"Makasih rak."
"Iya, sama-sama." jawabnya, lalu meletakkan aquarium dipangkuan Amora.
Rakhan dengan pelan mendorong kursi roda tersebut, membukakan pintu menuju ke kamar agar Amora bisa beristirahat.
Sesampainya dikamar, Amora meletakkan aquarium itu diatas nakas. Jarinya mengelus-elus aquarium tersebut, dengan senyum yang mengembang. "Gue suka ikan ini rak."
"Oh yaa?"
Amora mengangguk sebagai jawaban.
"Gue seneng kalau loe seneng." bisiknya, tepat di telinga Amora.
Tatapan keduanya kini bertemu, lima detik berlalu, kini keduanya mengalihkan pandangan.
"Loe laper gak?" tanya Rakhan, berusaha mengusir rasa canggung yang terjadi.
"Iya, rak."
"Gue masakin mau?"
"Mauuuu." teriaknya dengan penuh semangat.
"Oke, loe tunggu disini, gue bakal masakin loe makanan terenak." ucap Rakhan yang hendak pergi, namun sebuah tangan menahannya.
"Ikut..." ujar Amora, dengan wajah imutnya.
"Nanti kena asep lho."
"Gakpapa, kan ada Rakhan." jawab Amora yang kukuh untuk ikut ke dapur, dengan samangat nya ia mendorong kursi rodanya sendiri.
"Ehh, mor... hati-hati." teriak Rakhan yang langsung membantu Amora mendorong kursi roda tersebut.
"Mau masak apa?"
"Nasi goreng spesial."
"Kenapa harus pakai kata spesial."
"Karena ini pertama kalinya, gue pakai resep rahasia ini untuk orang yang spesial." jawab Rakhan.
"Resep rahasia dari Hera, mor. Dulu dia ngajarin gue masak nasi goreng ini, dan minta untuk masakin nasi goreng yang ia ajarin untuk dia. Tapi gue malah masakin nasi goreng ini buat loe. Gue jahat gak ya?" batin Rakhan.
"Bisa aja ketupat tahu." celetuk Amora.
"Loe tunggu disini, tugas loe liatin gue masak, oke."
"Iya iya."
Dengan samangat Rakhan menyiapkan bahan-bahannya. Berbagai atraksi sudah ia tunjukan di depan Amora. Mulai dari memotong bawang dengan cara zig-zag, melempar piring sampai pecah, bahkan menumis bumbu dengan mata merem sudah ia lakukan. Tapi entah kenapa, Amora tak menunjukkan ekspresi senangnya.
"Rak, buruan masaknya, jangan lama-lama!" pinta Amora yang tampak gelisah.
"Iya bentar lagi selesai kok."
"Taaraaa." ucap Rakhan, saat masakannya selesai.
"Ayok kita makan!" ajak Rakhan."Ini maksudnya apa, rak?"
"Kita makan sepiring berdua." ucap Rakhan, menjelaskan kenapa tidak ada dua piring diatas meja.
Tarikan napas panjang terdengar dari mulut Amora. "Ini bukan sepiring berdua, tapi sewajan berdua."
"Iya, sama ajalah."
"Beda rakk."
"Ambil piring gakk!" ketus Amora dengan wajah yang suda ditekuk."Iya-iya." dengan terpaksa Rakhan mengikuti perkataan Amora. Ia mengambil dua piring, lalu ia bagi nasi goreng tersebut sama rata.
"Gini, baru bener." ucap Amora, kemudian menyuap satu sendok nasi goreng kemulut nya.
"Gimana?"
"Enak gak?""Enakkkkk banget rak."
Rakhan pun tersenyum, ternyata resep dari Hera berhasil ia gunakan.
"Pyarrrr."
Belum juga sesuap nasi masuk ke mulut Rakhan, suara itu menganggunya. Dengan penuh penasaran ia mendekati sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...