44

12 0 0
                                    

Hanum telah sampai didepan rumah, ia memasuki rumah yang megah itu dengan perasaan gembiranya.

Berniat ingin bersantai sembari menyeruput teh hangat, ia urungkan. Ketika tiba-tiba ia terpikir dengan keadaan Hera.

Tanpa pikir panjang ia menaiki anak tangga. Langkahnya terhenti, tak kala melihat pintu kamar Hera terbuka lebar. "Gak seperti biasa, anak itu membuka pintu kamar selebar itu, biasanya selalu tertutup rapat." gerutu Hanum.

Ia sedikit mengintip didepan pintu. Hingga sebuah pecahan kaca yang berceceran, membuatnya bergegas masuk. Rasa khawatir nya tak dapat ia hindari. Bagaimanapun, dia adalah seorang ibu. Mau sejahat apapun anaknya, ia tetap memiliki rasa sayang yang tak kan pernah pudar, walau benci juga ikut menyelimuti. "Hera." Panggilnya lembut. Panggilan dengan nada rendah yang tak pernah ia ucapkan lagi.

Hanum membenarkan posisi tidur putri nya, menyelimuti dengan selimut tebal dan mencium keningnya.

Setelah itu Hanum membersihkan pecahan kaca tersebut dengan pelan, agar tidak menganggu tidur putrinya.

"Brakk."
Namun Hanum tak sengaja menyenggol rak buku disudut kamar. Hingga menjatuhkan beberapa buku.

Padangannya seketika teralih pada Hera (Amora yang berada ditubuh Hera). Hingga nafas lega terdengar, ketika Hera tak bangun dari tidurnya.

Hanum pun segera merapikan buku yang berjatuhan tersebut. Tapi sebuah foto, yang terselip di lembaran buku membuat bola matanya melebar seketika. Dengan rasa yang tak bisa dijelaskan, Hanum keluar dari kamar Hera.

Ia terduduk dibangku ruang tengah, menatapi selembar foto itu. "Mas Tadja, andai saja waktu itu kau kembali."
"Pasti Hera..."

Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang