Amora terbangun dari pingsannya. Mata nya terbuka sedikit demi sedikit. Plafon putih menjadi pemandangan pertama yang ia lihat.
Mata Amora kini beralih pada beberapa benda yang menarik perhatiannya. Terdapat aquarium bulat dengan ikan cupang didalam nya, dan bubur disamping nakas. Senyumnya mengembang, melihat aquarium yang tadinya pecah, kini terganti dengan aquarium baru yang lebih indah.
Dengan perlahan Amora bangun mengambil posisi duduk. Menggapai bubur lalu memcium aroma enak dari makanan tersebut. Ia menyuap bubur itu. "Emmm." ujarnya, dikala enak dirasakan lidahnya.
Tak butuh waktu lama, bubur itu habis dilahapnya. Ia mengembalikan mangkuk itu di tempat semula. Lalu berbaring kembali, karena rasa lelah masih hinggap ditubuh.
"Klekk." Bunyi pintu terbuka, membuat Amora menutup matanya kembali.
"Cepet sembuh,mor." ucap Rakhan yang memasuki kamar.
"Mor..." panggil Rakhan, ketika melihat bubur yang ia siapkan tadi, sudah ludes.
"Loe tadi udah bangun ya?"Dengan perlahan Amora membuka matanya, menatap Rakhan dengan tatapan bingung. "Rak, gue laper."
"Laper?" tanya Rakhan, lalu menatap mangkuk kosong disampingnya.
"Kamu tadi gak makan buburnya?"Amora menggeleng.
Tentu reaksi Amora membuat Rakhan semakin kebingungan. Rakhan berpikir keras, kiranya siapa yang telah memakan bubur itu?
"Gue ambilin bubur mau?" ujarnya, karena masih ada sisa bubur dipanci.
"Mau."
"Oke, gue ambilin dulu ya." ucap Rakhan yang keluar kamar, untuk mengambil makanan.
Senyum Amora semakin mengembang. Walau perutnya masih terisi penuh, yang terpenting saat ini ia bisa disuapin Rakhan.
Lima menit kemudian, Rakhan kembali dengan membawa semangkuk bubur ditangannya. "Gue suapin ya." ujar Rakhan, yang tentu diiyakan Amora.
"Hemmm."
"Gimana rasanya?"
"Enak, besok buatin lagi ya."
"Syap, gue bakal buatin bubur setiap hari."
"Beneran gak tuh?"
"Beneran dong."
Amora menggeleng, lalu tertawa kecil terhadap candaan Rakhan.
"Jangan ketawa!"
Seketika Amora menghentikan tawanya. "Kenapa?"
"Ketawamu serem, takut kuntinya minder."
"Gue udah kenyang."
"Loe marah?"
"Enggak."
"Gue bercanda, mor."
"Iya..."
"Yaudah makan lagi nih." pinta Rakhan yang menyuguhkan sesendok bubur.
Amora menurutinya, ia melahap bubur yang disuapin Rakhan sampai habis, walau bibirnya masih monyong karena kesal.
***
Hera kini terduduk diatas kasur, menatap handphone Amora ditangannya. Ia mulai menarik napas dalam-dalam, berusaha memberanikan diri untuk melihat video yang pertama kali Hera lihat di handphone Amora.
Tangannya mulai gemetar saat tombol play ia sentuh. Ia tahu video itu akan membuka lukanya, tapi saat ini Hera hanya memastikan bahwa itu bukan dirinya. Karena dalam benaknya, selalu berpikir Amora tak kan pernah sekeji itu.
Semakin lama video itu diputar, semakin yakin pula bahwa itu adalah dirinya. Tak bisa dipungkiri, wajah Hera terpampang jelas disana.
Dengan jantung yang sudah berdetak kencang, Hera mematikan video tersebut. Mengancak-acak rambutnya, frustasi.
Dari sorot matanya tak bisa dibohongi. Rasa sedih, marah, kecewa telah menjadi satu dalam raganya. "Aku harus tanya masalah video ini, sama Amora." ucapnya dengan mulut bergetar.
Note:
Gaes maaf lama upload cerita nya, soalnya lagi sibuk persiapan msib.
"Sabar ya gaes, beberapa bab lagi ceritanya tamat kok😊"
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...