Hera berjalan dengan tatapan kosong, pikirannya masih terikat tentang Yesi. Yesi yang tiba-tiba saja menangis dipemakaman, dan perkataannya soal pembunuhan Ella. Ia sama sekali belum menemukan jawaban soal hal itu. Entah apa yang telah terjadi pada Yesi, tapi sebelum Yesi menceritakan semuanya, Yesi terjatuh pingsan. Dengan terpaksa Hera mengantarkannya pulang kerumah.
Hera kini terduduk lemas disofa ruang tamu. Kebisingan yang terdengar membuat penasaran. Ia pun mendekati sumber suara.
Tampak secercah kebahagiaan yang ia miliki dulu, terpampang didepannya. Sebuah senyum yang harusnya terpajang dimulutnya, kini bukan untuknya lagi.
Hera terus menatap keduanya, hingga aroma masakan dari Rakhan membuat Hera mengingat suatu hal.
"Aku udah ajarin kamu masak nasi goreng terenak, jadi kamu harus bisa masak nasi goreng sama persis yang aku ajarin ke kamu."
"Dan janji, kalau udah bisa kamu harus masakin nasi goreng buat aku, aku harus jadi orang pertama yang mencicipi masakan ini.""Iya janji."
Hera melangkah mundur, kekecewaannya semakin bertambah kala Amora mulai menyuap nasi goreng itu dimulutnya.
"Kamu ingkar janji, rak."
"Harusnya aku yang disana."
"Aku memang mau jadi Amora, tapi kenapa melepaskan mu berat ya?"
"Aku memang mau rebut kasih sayang mama papa dengan menjadi Amora, tapi aku gak mau kamu direbut Amora, aku egois ya rak?"
"Kalau mau semuanya?" batin Hera, dengan air mata yang mengalir begitu saja.Hera pun pergi menjauh, melangkah kan kaki menuju ke kamarnya.
Namun sebuah benda dari kamar yang Amora tempati sekarang, membuatnya penasaran. Dengan pintu yang sudah terbuka lebar, tanpa ragu Hera memasukinya.
Ia sedikit berjongkok, mengamati benda tersebut. Sebuah benda bulat, dengan ikan cupang yang berwarna-warni membuatnya terpana.
Sesuatu yang ia inginkan dulu. Sesuatu yang ia minta pada Rakhan. Tapi, mengapa Rakhan memberikannya pada Amora?
Hera masih mengamati ikan tersebut, sedikit sentuhan ia berikan pada aquarium didepannya. Namun, bongkahan emosi memuncak. Tangannya mulai mengepal. "Pyarrr."
Dengan sengaja ia memukul aquarium tersebut. "Apapun yang gak bisa aku miliki, Amora juga gak boleh miliki." gerutunya, ditengah amarah yang masih memuncak.
Ia masih menatap ikan cupang tersebut dengan tatapan benci. Mulai detik itu juga, ikan yang ia sukai menjadi ikan yang paling ia benci.
"Her...?" panggilan itu mengalihkan pandangan Hera.
Tatapan bingung Rakhan membuat Hera ketakutan. Baginya tatapan itu adalah tatapan kematian, yang siap menerkamnya kapan saja.
"Maaf." ucap Hera lirih. Ia berusaha menjauh dari Rakhan.
"Awwh." namun sayang, pecahan aquarium tersebut mengenai kaki kiri Hera.
"Her, loe gak papa?" tanya Amora yang baru saja sampai dengan kursi rodanya.
Rakhan dengan wajah khawatirnya mendekati Hera, berjongkok memeriksa luka dikaki Hera. Dengan Hera yang memegang pundak Rakhan, sebagai penyangga agar tetap berdiri tegak.
"Kita obatin dulu ya." ujar Rakhan, lalu menggendong Hera. Rakhan berjalan keluar, melewati Amora begitu saja.
Sepersekian detik Amora terpangah, hingga ia tersadar saat melihat ikan pemberian Rakhan tergeletak dilantai.
Dengan sigap Amora berusaha menangkapnya, namun "byukkk." tubuhnya terjatuh lemas dilantai dengan kaca yang menggores telapak tangannya.
"Awww." rasa sakit itu ia tahan, Amora tetap berusaha menangkap ikan tersebut, hingga berhasil berada ditangannya. Matanya mulai berputar melihat setiap sudut ruangan, mencari sumber air.
Hingga sebuah gelas berisi air minum membuatnya bernafas lega. Amora berusaha berdiri menuju nakas, lalu meletakkan ikan ditangannya digelas tersebut. Namun sayang, hanya satu ikan yang berhasil Amora masukkan kedalam gelas.
Dengan pelan, Amora mendudukan bokongnya diatas ranjang. Tubuhnya yang masih terasa lemas, ia tidurkan diatas ranjang, hingga matanya benar-benar tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...