Bab 26

47 0 0
                                    

Hera merebut handphone nya. Dia diam sejenak, bingung bagaimana cara menjelaskannya. "Aku suka Rakhan."

"Her, loe tahu kan, gue lebih dulu suka Rakhan?"

"Aku tahu kak, tapi tolong kak, aku mau Rakhan, Rakhan buat aku aja ya kak?"

Amora memegang kepalanya, frustasi.

"Kakak udah dapet kasih sayang mama papa, kemenangan olimpiade yang seharusnya aku miliki. Semua hal yang gak pernah aku miliki, jadi Rakhan salah satu hal yang ingin kumiliki."
"Serakah namanya, kalau kamu mau ambil semuanya." ucap Hera lagi.

Amora menyeringai kecil. "Soal kasih sayang mama papa, itu memang pantas gue dapatkan."
"Soal olimpiade, itu adalah hasil usaha gue untuk memenangkannya."
"Masalah loe gak dapet semua yang gue miliki, itu adalah hasil kesalahan yang harus loe tanggung."

"Kakak tahu aku gak salah, tapi kenapa Kak Amora sebut itu kesalahan ku?" teriak Hera dengan nada tinggi.

"Kesalahan loe atau bukan itu adalah pilihan loe. Jadi setidaknya tanggunglah sendiri atas apa yang loe pilih." ujar Amora datar.

Semenjak kejadian itu Amora menjauh dari Hera. Kedekatan keduanya mulai renggang.

Hera semakin dekat dengan Rakhan, walau hanya sebagai sahabat. Sedangkan Amora hanya bisa menatap kedekatan keduanya, sembari berdoa agar ia bisa jauh lebih dekat dengan Rakhan daripada Hera.

Flashback off

Sepertinya doa Amora terkabul, kini ia bisa sedekat ini dengan Rakhan.

Amora memegang dahi Rakhan. "Dahi loe?"

"Hanya luka kecil." jawabnya disertai senyum.

"Gak sakit?"

Rakhan menggeleng. "Kita pergi ketempat kemarin yok, loe harus lihat betapa indahnya tempat itu."

"Loe udah tahu, kalau gue udah bisa lihat?"

"Dari Amora, barusan dia nelpon."

"Gue Amora." jelas Amora, yang masih tidak terima dengan keadaannya sekarang.

"Chubby, gue tahu loe pengen jadi Amora, tapi gak seperti ini caranya."

"Iya, maaf." jawab Amora pasrah, ia tahu sekeras apapun ia menjelaskan, bahwa dirinya Amora tak akan ada satupun yang percaya. Karena semua kejadian ini tak masuk akal.

"Kita jalan-jalan aja yok, biar loe gak sedih lagi."

Amora menatap Rakhan, dari atas sampai bawah. Terlihat banyak luka dibadan bagian kiri. Dahinya, lengan tangan kiri, tergores luka walau samar. "Gak rak, loe butuh istirahat, gue juga butuh istirahat."

"Gue gak butuh istirahat, gue cuma butuh loe."

"Kalau gitu kita ke taman belakang rumah aja, jangan terlalu jauh, tubuh loe masih gak fit kalau harus berjalan jauh."

"Oke." senyum Rakhan mengembang. Ia menggandeng gadis itu sampai di taman belakang. Entahlah Rakhan merasa ucapan Chubby begitu manis, tingkah lakunya berbeda tak seperti biasa. Ia tak terlalu memikirkan itu, yang terpenting saat ini melihat Chubby tersenyum adalah tujuan utamanya.

Keduanya duduk sejajar di satu kursi panjang. Hingga suara tawa dari dua orang diluar pagar membuat keduanya saling menatap.

"Gue pernah sebahagia itu sampai akhirnya, gue sesedih ini."

"Maksudnya?" tanya Rakhan yang tak mengerti arti ucapan Amora.

"Waktu itu gue bangun dengan kegelapan, hingga akhirnya cahaya datang, gue kira cahaya terang namun nyatanya lebih gelap dari sebelumnya."

Rakhan masih berusaha mencerna setiap kalimat yang Amora ucapkan.

"Gue suka empek-empek."
"Gue suka hujan."
"Gue suka langit malam."

Dahi Rakhan mengernyit. "Chubby?"
"Sejauh yang gue kenal loe benci hujan, loe benci malam, loe benci empek-empek."

"Gue bukan Hera tapi gue Khiandra Namora Agnibrata."

"Udah dong jangan seperti ini terus!" pinta Rakhan yang mulai kesal dengan sikap gadis didepan nya.

"Hera selalu pakai kata aku kamu, sedangkan Amora gue elo."

"Ha?" Rakhan mulai tersadar keduanya seakan terbalik, Amora dengan kata aku kamu, dan Hera gue elo.

"Loe sadar gak?"

Rakhan mengangguk ragu. "Tapi gak mungkin."

"Gak ada yang gak mungkin didunia ini, nyatanya gue dan Hera bisa tertukar."

"Atau jangan-jangan loe berdua operasi wajah?"

Amora menatap Rakhan sembari menggeleng kecil. "Enggak rak, gue gak ada operasi wajah sama sekali."

Dahi Rakhan mengernyit, ia berpikir keras.

"Danau."
"Jangan-jangan danau itu mengandung hal magic." sambung Amora.

"Danau waktu kalian berdua tenggelam?"

Amora mengangguk. "Gue yakin, danau itu pasti penyebabnya."
"Rak, loe bantu gue ya."

"Iya." ucapnya singkat. Jujur ia masih ragu, walaupun sifat Hera sudah ia yakini bukan dirinya, Rakhan tetap akan menyelidiki lebih lanjut.

"Besok kita ke danau, kita selidiki bersama." ucap Rakhan lagi, yang membuat Amora tersenyum lebar.

Awan UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang