"tok... tok... tok... "
"Hera..." panggil Brata berkali-kali, namun tak ada jawaban.Dengan terpaksa Brata membuka pintu kamar tersebut. "Nak..." tapi sayangnya tak ada Hera di dalam. Tentu hal itu membuat Brata semakin gusar. "Apa anak itu, masih dikolam renang?" paniknya, yang langsung berlari menuruni tangga.
Saat kejadian itu, Brata berusaha membujuk istrinya untuk meminta maaf. Bujukan pun berhasil, ia menghabiskan waktu dengan Hanum. Pikirnya waktu itu, putrinya sudah bisa menyelamatkan dirinya sendiri,lalu beristirahat dikamar. Tapi seperti nya tebakannya salah.
Brata menatap kolam renang itu, tak ada satupun orang disana. Untuk memastikan itu, Brata mengambil payung disamping pintu, berjalan maju, menghampiri air kolam di depannya.
Ia memperhatikan kolam itu dengan seksama. "Hera..." teriaknya, saat ia mendapati Hera berada dibawah air.
"Byurr." tanpa pikir panjang Brata menyelami kolam itu, membawa putrinya ke atas dengan sekuat tenaga.
Pada akhirnya, ia berhasil membawa putrinya keatas. Tubuh putrinya yang sangat dingin, membuat Brata khawatir tak kaluan. "Nak, bangun..." ucapnya sembari menggoyangkan tubuh didepannya.
Tak ada pergerakan sama sekali, membuat Brata memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.
"Hera, bertahanlah." Ia berlari menuju mobil, membawa putrinya masuk kedalam mobil. Lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Hujan lebat kali ini, tak membuat Brata lengah sedikitpun. Walaupun kaca mobil berembun, ia tetap bisa fokus mengendarai mobil.
Sesampainya dirumah sakit.
"Dokter dokter, tolong anak saya."
Dengan cepat para suster merespon nya, mereka membawa gadis itu ke ruang IGD. "Ini, anak bapak kenapa?"
"Dia tenggelam, dok."
Dokter itu pun mengangguk. "Tunggu disini ya pak, saya akan menangani anak bapak."
"Baik, dok."
Brata terduduk lemas, rasa menyesal nya mulai menghampiri. "Harusnya papa tadi langsung nyelametin kamu, nak." gumamnya.
Tak lama dari itu, Brata mulai mengabari kejadian ini di grub WhatsApp keluarga. Yang beranggotakan Amora, Hanum, dan dirinya. Tapi sayang tak ada yang merespon hal tersebut, mungkin bagi mereka itu bukanlah hal penting.
Brata mulai menghela napas kasar, hari ini ia harus menyelesaikan kerjaan nya. Tapi bagaimana dengan putrinya? Tak mungkin Brata meninggalkannya sendirian.
"Rakhan." ucap Brata dikala sendunya. Ia terpikir satu nama, seseorang yang sangat peduli pada putrinya.
Brata pun menelepon Rakhan. "Tut... tut... tut... "
"Hallo om, ada apa ya?" tak butuh waktu lama, Rakhan langsung mengangkat telpon itu.
"Om bisa gak, minta bantuan kamu?"
"Bantuan apa ya om?"
"Tolong temenin Hera dirumah sakit ya!"
"Hera, masuk rumah sakit om?"
"Iya, tadi dia tenggelam."
"Kok bisa om?"
"Panjang cerita nya, intinya kamu mau gak."
"Mau om, saya kesana sekarang ya. "
"Oke, om tunggu, di IGD Ya."
"Tut..." Brata langsung mematikan telepon nya.Sepuluh menit kemudian, Brata beranjak dari tempat duduk. Ia memilih pergi untuk menyelesaikan pekerjaan nya.
Tak lama dari itu, Rakhan sampai di depan pintu IGD, namun tidak berjumpa dengan Brata.
Badannya terus mundar mandir menunggu dokter keluar.
"Rakhan." panggil seseorang yang membuat Rakhan menoleh kebelakang.
"Hera?"
"Gimana, keadaan kak Amora?"
"Rak, gimana keadaan Amora?" tanya nya lagi, ketika mendapati Rakhan hanya diam sembari menatap dirinya.
"Kenapa sih?"Rakhan tampak membuang muka. "Ikut gue." Dengan erat Rakhan menggenggam tangan Hera, ia menariknya menjauh dari ruang IGD.
"Lho, kenapa rak?" tanya Hera lagi, namun ia tak mendapat jawaban. Hera menatap Rakhan, mendapati kekesalan pada wajahnya. Entahlah, Hera tak tahu letak kesalahan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan Untukmu
Teen FictionAmora dan Hera adalah saudara kembar tak identik. Walaupun kembar nasib kedua nya berbeda, Amora dengan segudang kasih sayang dan belaian lembut kedua orangtuanya, sedangkan Hera dengan sebuah tamparan kasar yang ia terima sehari-hari. Hingga sebua...