17. Reuni Alumni FE

35K 5.2K 357
                                    


Anin baru berhasil membantu Saga dalam hal ringan. Bantuan terhebatnya adalah kini perempuan yang sedang menguncir rambutnya itu, telah sukses memindah-mindahkan Saga dari kursi roda ke bangku, ranjang atau sebaliknya. 

Tentang pertolongan yang lebih privasi seperti mengganti baju atau urusan kamar mandi, Anin belum berani. Lebih tepatnya dia ketakutan. Hei, meskipun nama mereka telah resmi bersanding pada buku nikah, Anin tidak pernah membayangkan akan seperti apa kehidupan suami istri yang konon tanpa batas itu. Anin masih menghargai batas-batas keduanya sebagai sesama teman satu rumah. Tidak akan Anin langgar. Soal kehidupan malam dan sebangsanya sampai kelak kesepakatan tentang keturunan—yang dulu pernah Anin ributkan— tiba-tiba membuatnya ciut sendiri begitu dipasangkan satu kamar bersama. Kepalanya menggeleng keras. Menghapuskan pikiran aneh yang menyusup pada konsentrasinya packing untuk menginap besok malam. 

Din benar dicutikan oleh Bang Regi. Tugas terakhirnya adalah siang ini sebelum besok Anin dan Saga berangkat ke Bogor. Sebagai gantinya, Pak Nan dan seorang sopir diikutsertakan. Takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Malam ini menjadi kewajiban Anin mengurusi Sagala. Din telah mencatatkan segala keperluan majikan kesayangannya, urutan kerja juga hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam prakteknya. Anin malu sendiri ketika tadi membacanya. Mau bagaimana? Dia harus tetap menjadi istri. Mama dan Bang Regi memberi Anin nafkah agar selain menjadi teman, Anin juga belajar bertindak sebagai istri.

"Ga, ini beneran?" 

Anin menoleh pada Sagala yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Pria itu mengerutkan dahi mendapat pertanyaan dari Anin.

"Aku malu."

"Kalau malu, yaudah minta tolong Pak Nan. Aku nggak paksain."

Sagala tidak akan memaksakan apapun. Apalagi tentang kegiatan yang mengharuskan kedekatan antara keduanya. Jika Anin tidak nyaman, artinya Sagala bisa tenang. Perempuan itu belum jatuh cinta padanya. 

Anin mengangguk. "Sama Pak Nan dulu ya? Kalau nyiapin obat aku udah bisa. Tapi kalau ... " ucapannya tertahan. " ... nanti aku yang siapin baju kamu aja boleh, kan?"

"Terserah kamu aja."

"Kamu nggak marah kan, Ga?"

"Untuk apa marah? Ini ide kamu kalau kamu lupa."

"Iya ... aku tahu. Nggak lagi-lagi asal nyeplos deh. Ternyata aku sendiri yang belum siap."

Dan ... rencana tinggal rencana. Untuk malam ini, Anin gagal mengurusi suami secara paripurna.

------

Resort Hijau Daun terletak di Puncak. Hari Sabtu ini, sebanyak 5 angkatan berkumpul memenuhi resort besar ini. Sebenarnya, tidak ada kewajiban menginap bagi mereka. Hanya, acara baru selesai sekitar pukul 10 malam dan tidak mungkin bagi Saga dan Anin melakukan perjalanan pulang malam itu juga. Saga pasti kelelahan dan keputusan tepatnya adalah  menginap.

Mariana dan beberapa panitia dari pihak event organizer telah menunggu di lobi resort untuk daftar ulang peserta. Perempuan itu dihubungi oleh Anin, karena satu-satunya teman dekatnya adalah Mariana. Anin tidak memiliki teman di jurusannya juga gara-gara Sagala. Sebenarnya tidak hanya Anin yang memiliki dosa besar pada Sagala. Sebaliknya, Sagala juga punya segudang pembalasan dendam yang membuat Anin lulus tanpa banyak link pekerjaan dan pertemanan.

Saga Anin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang