21. Tawa Dalam Hujan

34.9K 4.5K 227
                                    

Hadiah lebaran dari Mamake untuk pembaca 🥰🥰🥰 maaf lahir dan batin ya semua...

------

Siapa bilang lelaki cacat tidak bisa diandalkan? Kata siapa uang tidak sanggup membayar apapun?

Sesampai di Ciledug, hujan berhenti. Selama perjalanan tadi, Sagala dan Din sigap. Saga menghubungi relasi di dinas PUPR dibantu tim Damkar untuk mengerahkan 20 mesin penyedot air agar genangan di RW tempat kost Anin berada berkurang. Din langsung meminta tolong 2 ART untuk mencari kontrakan kosong terdekat Pondok Indah Mall. Pak Gik mengendarai pick up, mengikuti Land Cruiser yang dinaiki Sagala dan Anin, membawa 2 tukang untuk jasa angkut-angkut. 

Anin sampai terbengong-bengong. Ia bagai anak TK kemarin sore super bodoh yang hanya bermodal jas hujan, payung dan sepatu boots untuk membantu teman kebanjiran. 

Kecerdasan dan pengalaman Sagala memang takkan bisa dibandingkan dengan isi otak Anin.

Mobil Saga berhasil menerabas hingga depan gang kost Kimmi. Anin diperbolehkan Saga turun asal dalam pengawalan Din. Juga dalam waktu terbatas. Ia hanya diizinkan keluar mobil selama 20 menit saja untuk membawa Kimmi keluar.

Sebelum meninggalkan Ciledug, tak lupa Saga memborong warung-warung terdekat pengungsian agar korban terdampak banjir bisa makan siang gratis di sana.

Berkat gerak cepat dari bala bantuan, mereka kini telah berada di rumah kontrakan baru dengan ukuran cukup luas. Ada garasi lebar, teras, juga halaman yang ditumbuhi rumput hijau. Rumah ini juga berpagar cukup tinggi meski tidak tertutup rapat. Din sejak tadi sibuk membantu Kimmi. Antara riang akhirnya bertemu perempuan yang tetap berkilau cantik di tengah genangan air, atau sengaja membiarkan dua majikannya agar punya waktu berdua saja mempererat hubungan. 

"Aduh, maaf, nggak sengaja."

Kimmi memberi maaf seketika. Ia mengulas senyum manis pada Din yang tidak sengaja menyenggol kardus yang dibawanya, hingga tumpah di teras. Pria itu ikut berjongkok memunguti perlengkapan make up Kimmi yang tercecer.

"Nggak papa. Lanjutin aja. Saya yang beresin ini."

"Nggak. Saya bantu dulu."

Anin melongo tak percaya. Sejak kapan ada adegan memasukkan printilan ke kardus tapi lebih mirip dua pasang kekasih yang sedang malu-malu kucing ketahuan main mata? Penonton tidak terima. Anin langsung maju dari berdirinya di taman dekat parkir mobil, namun dihalau oleh Saga. "Biarin aja."

"Ini mereka—"

"Biarin aja. Itu bukan urusan kita."

Anin menahan geram. Apa daya ia tidak bisa menyelamatkan sahabatnya dari lirikan mata Din. Sesampai rumah, pasti akan segera menyusul telepon curhatan Kimmi tentang tipe lelaki perkasa kesukaan di ponselnya.

"Eh, hujan?"

Anin panik membuka payung yang dibawanya untuk menutupi Saga dari tetes hujan. Tangan Saga terulur keluar. Merasakan titik-titik air jatuh membasahi kulit. Anin tersenyum di belakang kursi roda Saga.

"Mas Din!" panggil Anin segera agar Din membantunya menyelamatkan Saga.

"Nggak perlu! Kalian selesaikan dulu. Begitu beres, kita langsung pulang!" teriak Saga ketika Din hampir berlari menuju posisi mereka.

Saga Anin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang