Enak saja nggak bisa membahagiakan lama! Pesimis sekali jadi cowok. Memang dia malaikat pencabut nyawa? Tahu apa soal umur? Bukannya seseorang harus terus optimis menjalani hidup?
Di luar sana juga banyak pasangan tidak sempurna. Saling melengkapi dan menyayangi dalam kekurangan. Mendukung satu sama lain tanpa saling menghina. Justru membanggakan meski bagi orang lain mungkin hal tersebut bukan sesuatu yang pantas diunggulkan.
Anin gemas bukan main! Ingin mengulek Sagala pakai cobek biar lelaki itu tunduk dan menuruti keinginannya. Bukan begini. Lagi-lagi Anin yang kalah dalam debat kusir suami istri di atas ranjang.
Perempuan itu bangun pagi, berdandan cantik, mengenakan pakaian biru langit, celana kulot hitam juga tas selempang rotan murahnya. Terkadang warga rumah Bapak Agung Birendra bingung. Sekarang koleksi tas mewah Anin telah memenuhi sekitar 2 tingkat rak di kamar. Kumpulan dari seserahan, hadiah Bu Roro ketika berbelanja bersama, juga kado dari kolega kaya keluarga Birendra. Mengapa si OKB ini setia mengenakan tas lawasnya?
Orang tidak tahu ya artinya investasi? Anin sedang menyimpan harta sebaik mungkin yang suatu saat bisa ia uangkan untuk membangun kos-kosan 30 kamar.
"Aku mau ke toko buku!"
Anin masih memainkan ponsel pintarnya di sofa tempatnya meringkuk semalam karena marahan. Setelah menyiapkan Sagala untuk berangkat terapi, memesan breakfast agar diantar ke kamar hotel saja, kini gadis itu tengah sibuk browsing mencari toko buku mana di Singapura yang bisa ia kunjungi. Jika Din tidak mau mengantar, maka Anin akan keliling sendirian naik taksi.
"Hari ini aku ada jadwal."
"Iya, aku tahu. Makanya Abang sekarang udah aku rapiin. Aku ditemenin Mas Din aja nggak pa-pa kan? Abang sendirian terapi. Nanti begitu selesai kami jemput."
Eh? Tumben? Anin memilih jalan-jalan sama asisten pribadi suaminya dibandingkan bersama suami sendiri? Meninggalkannya yang sedang kesusahan demi berfoya-foya memborong buku? Ini akal-akalan Anin menyentil ego kesuamiannya kah? Saga tidak akan kalah. Ia sudah bisa mencium gelagat ngambeknya Anin sejak perempuan itu berpindah tidur di sofa.
"Oke. Din? Temani Nyonya ini."
"Baik, Den."
Tak berselang lama Anin mendapatkan alamatnya.
Anin dan Din mengantarkan Saga ke rumah sakit dulu. Mengurus semua administrasi pasien masuk dan memastikan Saga diterima oleh petugas rehabilitasi medik.
"Aku berangkat dulu."
Perempuan itu pamit ala kadarnya setelah nama Saga dipanggil oleh perawat. Din yang merasa hari-hari kemarin mereka lengket bagai perangko, sekarang mirip lem kering kelamaan keanginan.
"Ayo Mas Din. Kita ke Orchard Road."
Baru akan berbalik untuk pergi, tangan Saga tiba-tiba maju mencengkeram lengan Anin. Ternyata lelaki ini tidak tahan juga. Saga menggeram dalam hati lantaran gagal mempertahankan ego layaknya dulu. Anin menangkap mata tajam Saga.
"Tunggu! Tunggu sampai aku selesai. Ada buku yang mau kucari juga."
Alah! Bilang aja, Ga! Kamu nggak rela kan, Si Kekar Kulit Gelap itu menemani pasangan hidupmu? Begini kok mau dilepaskan 9 bulan lagi.
-----
Agaknya buku 1001 Jurus Mendekati Lelaki Kaya harus segera Anin museumkan cepat-cepat. Anin telah mendapatkan apa yang selama ini menjadi kehaluan tertingginya.
Sekarang yang lebih mendesak adalah Anin perlu mendapatkan petunjuk bagaimana menaklukkan lelaki keras kepala ini. Agar Sagala Birendra cinta mati pada Anin sampai enggan meninggalkan. Supaya pria ini merasa tidak ada yang salah dari menjadi suami istri yang saling mengasihi selamanya. Dan paling intinya adalah Anin tidak diceraikan oleh Sagala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga Anin (Tamat)
RomancePria kaya dan sholeh itu stoknya dikit. Kalau enggak gercep, keburu diembat orang. Apalagi yang keturunan old money begini. Mereka tuh hampir semua udah dipatok sama anak kolega demi kelancaran bisnis, mantan Puteri Indonesia, atau wanita karir khar...