19. Pembalasan Rakyat Jelata

32.7K 4.5K 247
                                    

Pembalasan rakyat jelata terkadang dieksekusi tanpa tedeng aling-aling. Hingga kasus berbuntut semakin panjang. Anin tak tahu saja jika ternyata pertikaian keduanya akan mereka bawa sampai naik pelaminan.

Anin tidak terima permasalahan pribadi disangkut-pautkan pada tugas kuliah. Perempuan yang pontang-panting sana-sini demi mengumpulkan materi presentasi, dua malam tidak tidur karena harus mengetik makalah sampai 100 halaman, tiba-tiba berubah pikiran. Ia mengirim bahan presentasi fiktif pada Sagala. 

Teman-teman sekelompok lain, meski telah dibebastugaskan oleh sang ketua kelompok, tetap merasa iba pada Anin. Si mahasiswi perantauan ibukota yang sibuk bukan main jualan demi mengumpulkan segunung emas. Otak pas-pasan Anin juga menjadi dasar keraguan beberapa teman bagaimana jika hasilnya tidak memuaskan Pak Dirdjo? Alhasil, mereka memberi bantuan bawah tanah tanpa sepengetahuan sang Diktator. 

Hingga tiba akhir pertunjukan, Pak Dirdjo melempar makalahnya ke meja. Geleng-geleng dan berdecak. Jauh di luar prediksi. Anin pikir Pak Dirdjo akan mengusir Sagala. Kekuatan keturunan memang tidak bisa disepelekan.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan Saga? Saya harus bilang apa sama Pak Agung?"

Sagala meremas tangannya di bawah meja. Matanya menatap Anin bagai ingin menerkam. Si Pembuat Onar itu tidak mencantumkan nama Sagala Birendra di makalah sesungguhnya. 

"Siapa yang mengerjakan ini? Ngaku!"

Anin menunduk. Perlahan mengangkat tangannya ragu. "Saya dan kawan-kawan, Pak. Kecuali Saga."

Pak Dirdjo melepas kacamatanya. Lantas sebelah tangan menyisir rambut untuk menutupi area botak di bagian ubun-ubun. Ekspresinya terlihat lelah. 

"Alasannya?"

Seluruh anggota kelompok diam. Sebelum akhirnya Sagala menyeletuk. Dirangkulnya leher Anin. Anin ditarik paksa mendekat. Sagala tersenyum di depan Pak Dirdjo. Perempuan itu berontak, tapi apalah daya Anin. Ukuran tubuhnya kalah telak. Sagala baru melepaskan setelah Anin menggebuknya memakai makalah setebal 100 halaman. 

"Sebenarnya, kami ada masalah pribadi, Pak. Bisa kami bicara bertiga saja bersama Pak Dirdjo?" jawab Sagala memelas sembari mengusap-usap lengan memarnya. Raut wajahnya sudah mirip anak kucing tidak diberi makan 3 hari. 

"Renata Livia, Dimas Andrean, Lina Mulyono, Gaby Lestari bisa keluar sekarang."

Pak Dirdjo mengabsen seluruh anggota kecuali nama dua orang yang bertikai. "Jadi ... ?" lanjutnya usai mengeluarkan dari kelas anggota yang dipanggilnya.

Sagala maju. Mata Anin menusuk memperingatkan. Namun Sagala enggan menggubris. Memang siapa dia? 

"Jadi Anin ini pacar saya ... "

Bola mata Anin sontak melotot. Hampir keluar menggelinding saking tidak menyangka bualan Sagala. Anin panik.

"Bukan, Pak! Bukan!"

"Bapak percaya?" tanya Saga percaya diri bak Don Juan berpengalaman. "Bapak tahu kan track record saya. Ya, Saya ketahuan jalan sama teman perempuan oleh dia setelah Bapak bagi-bagi anggota waktu itu. Dia dendam kesumat sama saya. Saya nggak dianggap walaupun saya udah mohon-mohon."

Saga Anin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang