Bukan Birendra namanya jika Anin hanya meminta pengajian kecil-kecilan untuk mendoakan Sagala, dan dikabulkan di rumah saja. Bu Roro langsung menyewa sebuah ballroom hotel di kawasan Jakarta Selatan.
Tak hanya mengundang dari satu panti asuhan tempat Cindy dibesarkan, melainkan ditambah 10 lagi dari rumah yatim yang tersebar di sekitaran Jakarta. Dessy, asisten Bu Roro, sangat piawai mempersiapkan semua. Dress code serba putih, dekorasi kombinasi hijau dan putih, event organizer yang sigap menertibkan para peserta, pengisi acara terdiri banyak hiburan, badut juga pendongeng anak.
Suasana khidmat, seorang ustadz kondang mengisi pengajian dan memimpin doa. Sagala duduk di kursi rodanya berdampingan Anin dan keluarga inti. Seusai doa bersama, ada acara simbolis penyerahan sedekah keluarga pada masing-masing perwakilan panti asuhan. Cindy menemani dua adiknya turut naik panggung mewakili ibu pengasuhnya yang sedang sakit. Tak ada kecanggungan interaksi di antara Cindy, Bang Regi bahkan Mama Roro selama kegiatan berlangsung.
Bagian keluarga besar Birendra di Jakarta dan beberapa dari pihak Bu Roro turut hadir.
Tiba saat makan bersama, keluarga digiring ke ruang khusus, selagi para peserta mengikuti acara hiburan dari pengisi acara.
Ini kali pertama Anin bercengkrama hangat bersama keluarga besar Birendra. Karena Pak Agung adalah bungsu, maka kebanyakan yang hadir adalah kakak-kakak sepupu dimana sebagian besar telah memiliki anak seusia SD. Bahkan sepupu paling sulung sedang menguliahkan anaknya.
"Sini, Anin. Duduk sini!" panggil Lolita ketika Anin dan Saga yang didorong Din memasuki area makan keluarga.
Meja bundar bertebaran. Diisi penuh oleh keluarga yang menikmati santapan. Para pramusaji hilir mudik melayani. Denting piring, riuh tawa anak-anak, juga candaan para keluarga memeriahkan suasana. Bu Roro dan Pak Agung sibuk menyambut para tamu. Mereka menghampiri Saga bergantian dan memberikan doa secara khusus.
Anin dan Sagala mendekati Kak Lolita beserta suami setelah beberapa orang kembali ke meja masing-masing usai mendoakan.
Lolita adalah anak Kusuma Birendra, kakak di atas Agung Birendra. Keluarga Lolita adalah yang paling akrab dibandingkan sepupu lain. Sebab, selain bertempat tinggal di lokasi berdekatan, mereka sering membina bisnis bersama.
"Apa kabar?" Lolita menyambut Anin dengan cipika-cipiki.
"Baik, Kak."
Anin tampak sungkan. Kakak sepupunya ini, walaupun telah berbuntut dua, merupakan gambaran wanita berkelas. Cantik banget mengenakan gaun bermerk mahal yang Anin perkiraan berharga fantastis. Namun, jika tanpa pakaian bermerk pun, Kak Lolita tetap terlihat elegan dengan tubuh rampingnya. Ia pintar memadupadakan pakaian. Hijab hitam menutup cantik mahkotanya.
"Selamat ya? Kakak lihat acaranya meriah, sukses, banyak yang mendoakan Saga."
Kak Lolita mengusap bahu Anin. "Ayo dimakan? Kamu kok kayaknya kurusan ya, dibandingkan waktu aku lihat di pernikahan kalian? Saga nggak kasih kamu makan?" candanya melirik Saga.
Saga langsung mendengus tidak terima. Tangannya santai meminum orange juice yang disiapkan pelayan. "Enak aja! Lo dari dulu segitu-gitu aja, Bang Jeremy nggak ngasih lo makan?"
"Enggak kok, Kak. Aku sehat. Makan banyak."
Anin membela diri meski ada satu sisi dalam hatinya tiba-tiba kurang percaya diri. Apalagi sekarang Saga ikut mengamatinya dari atas sampai bawah ketika menangkap perempuan di sebelahnya tengah memindai diri sendiri.
Kak Lolita tertawa. "See ... ? Suamimu jadi penasaran juga."
"Memang beratmu turun ya?"
Yang tadi cuek, sekarang ikutan bertanya. Apa benar dirinya telah membuat Anin makin kurus?
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga Anin (Tamat)
RomancePria kaya dan sholeh itu stoknya dikit. Kalau enggak gercep, keburu diembat orang. Apalagi yang keturunan old money begini. Mereka tuh hampir semua udah dipatok sama anak kolega demi kelancaran bisnis, mantan Puteri Indonesia, atau wanita karir khar...