30. Sofa dan Televisi

33K 4.1K 134
                                    

Sagala tidak peduli cemoohan di belakangnya selama di kantor. Yang ia pedulikan hanya pandangan Anin, pendapat Anin, juga semangat dari Anin yang sukses meningkatkan kepercayaan dirinya hingga 1.000.000%. 

Setiap pagi ia akan berlatih hingga pukul 9 pagi. Selanjutnya bekerja sampai maksimal jam 4 sore. Sepulang dari kerja, istirahat selama sejam, lalu melanjutkan hobi membacanya. Meski yang dibaca belakangan adalah project draft kantor yang akan datang atau hasil pertanggungjawaban untuk project yang telah usai.

Sedangkan jadwal Anin masih tak tentu. Ada mata kuliah yang mengharuskannya datang ke kampus, pun ada yang bisa diikuti melalui daring.

"Kenapa sih lama banget angkatnya?"

Saga tidak suka Anin menjawab teleponnya lama. Apalagi diacuhkan dengan tidak diangkat.

"Aku masih ada kuliah tadi. Bisa kirim chat aja kan?" Sagala terdiam di seberang sambungan. Lelaki itu paling malas mengetik. Sudah menunggu jawabannya lama, ia tidak bisa mendengar suara Anin. "Kenapa, Abang? Aku di PIM, masih belanja sama Kimmi. Ada yang mau Abang titipin?"

"Enggak. Pulang bareng."

"Abang nyusul ke sini? Jam berapa?"

"Setelah kamu selesai, telepon aku." Setelah menutup sambungan, langkah Anin melambat. Tangannya masih ditarik kuat menuju gerai Victoria's secret.

"Kim? Ki—kita mau beli apa?"

Anin mulai geragapan. Perasaan tak enak menyelubungi ketika kakinya tepat berada di depan toko.

"Baju tidur yang lebih mahal. Dah, nurut gue! Lo tinggal gesek di kasir aja."

Bagai orang kaya yang sedang menraktir temannya, Kimmi sembarangan memilih berbagai jenis pakaian tidur warna ngejreng-ngejreng dan berbentuk tak wajar. Anin makin mengerti kemana arah otak Kimmi. Mau dibeli pun, Anin akan memuseumkannya di lemari, lantaran setiap malam pakaian tidur ternyamannya adalah kostum Eskimo. Lagipula, berdasarkan keterangan Reza, apakah Saga masih membutuhkan pernak-pernik wanita penarik perhatian seperti ini?

Black card dimainkan, dan ber-paperbag belanjaan mereka terima. Sembunyi-sembunyi, Anin memasukkan 3 paperbag-nya berdesakan ke dalam totebag.

"Kalau Abang tahu gue belanja beginian, mau ditaruh mana muka gue, Kim?"

"Taruh di kepala lah. Cepetan ih, cepetan! Bos gue sidak!"

Kimmi mempercepat izin bolosnya lantaran mendapat kabar dari Jeslyn jika Bos Fandi berkunjung tanpa undangan bak Jelangkung.

"Gue mau minta kresek!"

"Iye, iyee, ntar gue kasih. Di belakang store banyak."

Baru mencapai bibir gerai, hawa terasa tidak enak. Kimmi mengendap-endap, menyelundupkan diri di belakang pegawai lain. Anin yang tidak enak hati batal masuk dan memilih menunggu di luar. Terlihat manager store Kimmi berdampingan pria berjas krem sedang berbicara di depan beberapa pegawai yang tidak melayani pelanggan. Mereka menunduk seperti kena marah. Kimmi dan kawan-kawannya serempak menunduk, mengangguk beberapa kali. 

Bak maling tertangkap basah, suara seorang pria yang Anin kenal mengagetkan dari belakang. "Ngapain di depan? Kok nggak masuk?"

Saga Anin (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang