"Saga."
Seorang perempuan berbaju serba panjang putih, berjalan cepat mengejar Saga dengan heels lancipnya. Syal yang tadi menutup rambut pirangnya, kini jatuh ke bahu. Kursi roda Saga tetap melaju didorong Din. Pria kekar itu menghalangi, namun tidak berani melarang berlebihan. Sehingga Shasa masih bisa menyejajari kecepatan kursi roda.
"Saya tidak mengundang Anda."
"Aku ke sini karena undangan Bang Regi. Bang Regi belum cerita ya? Aku sekarang ikut program talkshow stripping di TTV."
Saga mengacuhkan kata-kata tidak penting Shasa. Alphard hitam mengkilat milik Saga telah siap di depan lobi. Tanpa memperdulikan Shasa yang masih mencerocos, Din membantu Saga masuk ke bangku penumpang.
"Panggil Anin. Cepat!"
Perintah Saga terdengar tegas. Rahangnya mulai menegang.
"Tunggu!"
Din telah pergi, namun Shasa menghalangi pintu. Mencegah Saga yang akan menutup mobil. Jarak mereka amat dekat, menyebabbkan Saga menjauh ke tengah.
"Maafin aku, Ga. Harus banget ya kita begini terus? Kamu bikin aku merasa bersalah. Padahal bukan aku penyebab kecelakaan kamu." Shasa mulai berbicara cepat. Sarat emosi. "Oke!! Kuakui soal perselingkuhan itu. Tapi aku juga capek sama kamu. Kamu egois, terlalu banyak aturan, posesif, semaumu sendiri!! Aku juga punya pendapat!! Kamu bahkan udah menjudge dari awal, seolah aku ini lebih suka hartamu daripada kamu sendiri. Kamu nggak cinta sama aku. Kamu—"
"Pak, tolong. Singkirkan perempuan ini!"
"Baik, Den."
Pak Gik turun dari kursi kemudi, memutar mobil lantas sigap menarik pelan Shasa. Shasa geram. Ia menampik kasar tangan Pak Gik di lengannya.
"Lepas!! Jangan sentuh saya!"
"Tidak akan saya sentuh jika Non mau menyingkir. Aden terganggu! Mari, Non?"
Pak Gik meminta Shasa menyingkir secara sopan.
"Sialan!!" umpat Shasa terpaksa mundur.
Sebelum pintu mobil otomatis tertutup penuh, Shasa yang merasa terhina oleh sikap Saga, kembali memuntahkan kata-kata kesal terakhirnya.
"Kalau sikapmu masih begini, lihat saja!! Cepat atau lambat, istrimu juga akan capek ada di sampingmu!! Aku jamin!!"
-----
"Cepat, Non!"
Anin tergopoh-gopoh. Masih mengenakan gamisnya, ia berusaha melangkah selebar mungkin. Din sampai membawakan handbag mahal sang nyonya muda.
Perempuan itu izin akan menyusul Sagala ke mobil 5 menit lebih lambat karena harus berpamitan dari seluruh keluarga besar yang dikenalnya. Sebagai orang Jawa, menantu pertama Pak Agung, juga mewakili Sagala yang cuek bebek langsung kabur, Anin merasa tidaklah sopan jika ia pergi tanpa pamit.
Tiba-tiba Din datang. Berbisik jika Saga marah-marah di lobi. Ada apa lagi? Kepala Anin mendadak pening.
"Ada masalah apa sih Abang sama Mbak Shasa ini, Mas? Mereka ini putus nggak baik-baik ya?"
"Bagi Den Saga, Non Shasa ini perempuan paling dilarang ketemu Aden. Aden juga memblacklist Non Shasa tampil di TTV dan semua iklan di bawah Next Generation. Saya nggak tahu pastinya, hanya ... setiap bertemu, Non Shasa selalu minta maaf dan mengeklaim bukan dia penyebab kecelakaan Aden. Tapi Aden tetap marah."
"Oke."
Anin keluar dari lobi dan tidak menemukan Shasa di sana. Hanya mobil Saga yang parkir menepi agak maju. Pak Gik yang melihat nyonyanya telah datang, merasa lega. Kebingungan sendiri bagaimana harus menghadapi Saga yang mengerikan jika sudah marah-marah. Tatapannya seperti akan membunuh siapa saja yang mencoleknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga Anin (Tamat)
RomancePria kaya dan sholeh itu stoknya dikit. Kalau enggak gercep, keburu diembat orang. Apalagi yang keturunan old money begini. Mereka tuh hampir semua udah dipatok sama anak kolega demi kelancaran bisnis, mantan Puteri Indonesia, atau wanita karir khar...