"Ayo, Bang!"
Sagala mengunci mulut di sandaran ranjangnya. Ranjang king size dengan linen terbuat dari 100% bulu angsa. Realistis. Sebab masuk ruangan Sagala tidak jauh beda dari memasuki freezer penyimpan daging di restoran-restoran ternama.
Din, asisten pribadi Segala sejak tadi juga diam berdiri di sana. Melipat tangan, menunggu titah sang Tuan Muda. Din punya postur gagah, dilapisi otot-otot kuat. Kulitnya gelap. Din adalah satu-satunya teman Sagala kemanapun Sagala pergi. Latihan, berpindah ruangan di rumah, juga mengatur hal-hal pribadi semacam baju, persiapan ke kamar mandi, obat dan seluruh kebutuhan Sagala di rumah itu.
Din menginap di mess ART laki-laki. Setiap pagi, Din telah ada di ruang tamu menunggu Segala memanggil. Tugasnya akan berakhir ketika Sagala berpamitan tidur pada malam hari.
Din memang irit berkata-kata. Mirip sang Tuan. Apalagi semenjak menjadi asisten pribadi Sagala, dia seolah hanya diset bicara saat mendapat pertanyaan saja. Selebihnya tidak berani memberi saran, bujukan, atau sejenis nasehat untuk tuannya yang belakangan berwajah masam di hadapan keluarga. Mengadakan aksi demo menolak pernikahan yang diatur ini.
"Kenapa sih? Chan capek. Mau sampai kapan Abang ngambek sama Mama?"
"Anak kecil diam aja. Keluar. Main sana."
Saga mengusir dalam suara pelan. Matanya masih terpaku pada buku. Entah buku apalagi yang ia baca. Bisa jadi otaknya sepintar Einstein sejak sakit ini. Pria itu tak menurut ajakan siapapun dan kemanapun, kecuali dua tempat.
Rumah sakit dan toko buku.
Chan berdecak menyerah. Anak remaja itu bahagia jika Sagala telah mengusirnya. Artinya, tugas Chan dari perintah Mama telah selesai dikerjakan dengan hasil failed. Chan tinggal mengadu pada Mama dan Mama sendiri yang akan turun tangan.
------
"Jadi benar kamu bakal jadi mantunya Pak Agung?"
Anin menunduk. Perempuan ini hobi menunduk jika berbicara pada orang lebih tua. Ajaran ibu di kampung. Termasuk Mr. Mahmud, si orang tua yang sikapnya sering bikin kesal para caddy.
Hari ini Anin resmi mengundurkan diri dari BGC. Tempatnya mencari nafkah 2 bulan terakhir. Tempat terakhir Anin bekerja sebagai gadis B-aja. Setelah ini, siapa yang tahu? Apakah Anin akan menjadi seorang istri rumah tangga saja, atau Bu Roro dan Bang Regi mengangkatnya menjadi pegawai di posisi prestisius salah satu perusahaan keluarga Birendra. Impian Anin masih ada.
Mr. Mahmud melepas kacamatanya. Meletakkan di atas meja. Kedua tangan bersidekap.
"Tangkapan bagus, Anin. Kamu pakai jampi-jampi apa?" senyum Mr. Mahmud menyindir.
Anin mulai mengumpat dalam hati. Masih saja nyinyir. Ini takdir, Mister. Ini takdir.
"Maksud Mr?" Anin pura-pura polos.
"Udah berapa lama itu Cindy sama Pak Regi pacaran? Faktanya apa? Sampai sekarang, mereka belum direstui juga. Masih backstreet. Cindy harus pura-pura biasa saja kalau Pak Agung jadi tamu di sini."
Anin baru tahu informasi itu. Menelisik ke belakang, memang di beberapa acara keluarga kemarin, Bang Regi tidak mengundang Cindy. Belum tahu di pesta pernikahan Sagala dan Anin nanti. Kemungkinan Cindy akan datang. Jika bukan sebagai pacar Bang Regi, Anin akan mengundangnya sebagai kawan kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga Anin (Tamat)
RomancePria kaya dan sholeh itu stoknya dikit. Kalau enggak gercep, keburu diembat orang. Apalagi yang keturunan old money begini. Mereka tuh hampir semua udah dipatok sama anak kolega demi kelancaran bisnis, mantan Puteri Indonesia, atau wanita karir khar...