the empty house; 1 ➖ a plan

416 98 6
                                    

"Ada satu rumah tua di pinggiran kota. Rumah itu udah kosong selama bertahun-tahun karena katanya di sana pernah ada kejadian pembunuhan yang you know nyeremin abis," ucap Jooheon memberitahu keempat orang yang merupakan rekan satu timnya. Dasom, Luda, Minhee dan Leeseo.

Mereka semua tergabung dalam sebuah tim yang biasa membuat konten horror di kanal YouTube.

Memiliki jutaan pelanggan, mereka selalu mencari hal-hal baru yang jarang dilakukan oleh kanal manapun.

Dan kali ini, dalam rapat mingguan untuk membahas konten selanjutnya, Jooheon baru saja menceritakan perihal penemuannya.

"Rumah kosong, TKP pembunuhan. Bukannya itu udah biasa?" ucap Luda mengomentari.


"Nah ini yang luar biasanya. Jadi, gua denger-denger ada satu pembunuh berantai yang tinggal di di rumah itu setelah dia ngabisin semua penghuni di sana."

Kening Luda mengerut. Dasom dan Minhee mulai merasa tertarik. Leeseo yang merupakan scriptwriter di antara mereka semua langsung membuka notes kecilnya, bersiap untuk mencatat sesuatu yang mungkin saja bisa ia tambahkan ke dalam rencana konten mereka minggu depan.

"Pembunuhnya nggak ditangkep?" tanya Minhee.

Jooheon menggedikkan kedua bahunya.

"Lah? Gimana? Kok bisa ada yang tahu itu pembunuh ada di sana tapi nggak ditangkep." Dasom menimpali.

Jooheon menarik napas dalam-dalam. Kemudian menghembuskannya secara kasar. Rekan-rekannya ini selalu saja memotong pembicaraannya dengan berbagai pertanyaan.

"Jadi, gua denger dari temen gua. Waktu kejadian, pembunuhnya kabur. Tapi, nggak berapa lama banyak orang yang bilang kalau mereka ngelihat orang yang berkeliaran di rumah itu. Gara-gara laporan beberapa orang itu, polisi dateng, 'kan. Eh pas dicek nggak ada. Cuma ya emang ada tanda-tanda kehidupan di sana. Kayak bungkus bekas makan. Tempat tidur yang dipake, macem-macem dah. Gara-gara itu jadi dipasang CCTV sama ada patroli di sana. Garis polisi juga dipasang. Tapi, ya tetep aja pembunuhnya nggak ada."

"Terus?" tanya Leeseo menimpali.

"Banyak orang yang ngerasa ada orang di sana, iya bukan?" tanya Dasom.

Jooheon mengiyakan dengan cara mengangguk.

"Nggak cuma ngerasa, tapi, mereka emang lihat. Orang yang rumahnya sebrangan sama rumah itu, pernah lihat ada cahaya lilin di sana. Ngelihat itu, doi langsung lapor ke polisi-"

"Pas polisinya dateng malah nggak ada apa-apa?" tebak Luda membuat Jooheon langsung menjentikkan kedua jari ke arahnya.

"Bahkan pas dicek sama CCTV yang ada dari berbagai sisi, tetep nggak. Nggak tahu itu orang pinter ngehindarin CCTV atau emang tetangga sebrang rumah itu cuma salah lihat."

"Terus, terus?" tanya Leeseo penuh semangat.

"Dari semenjak itu mulai banyak laporan warga yang lihat tanda-tanda kehidupan di situ. Dan mereka sering lapor ketua RT, RW bahkan polisi lagi. Tapi kejadian yang sama keulang. Pembunuh berantai itu nggak ditemuin, dan di CCTV juga nggak ketangkep apa-apa. Gara-gara itu, setiap ada laporan, polisi nggak mau gubris lagi. Warga yang lihat pun lama-lama milih diem karena takut dikira buat laporan palsu. Mereka yang awalnya takut karena ada pembunuh berantai di sekitar mereka, jadi biasa aja. Dan itu terus berlanjut sampe sekarang."

"Kejadiannya dari kapan?" tanya Leeseo.

"2013," jawab Jooheon yang langsung dicatat oleh Leeseo.

"10 tahun lalu?" ulang Minhee.

Jooheon mengangguk.

"Terus rencana lo apa?" tanya Luda.

"Kita ke sana. Kita lakuin penelusuran ke sana buat ngebuktiin apa pembunuh berantai itu ada dan pernah tinggal di rumah kosong itu. Atau cuma penampakan biasa dari para korban yang dibunuh."

Leeseo mengangguk-anggukkan kepala. Tanda setuju meski belum dimintai pendapat. Pun dengan Minhee yang terlihat bersemangat.

Sementara Luda dan Dasom saling berpandangan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo yakin kita mau lakuin ini?" tanya Dasom.

"Kenapa enggak?"

"Ini berhubungan sama pembunuh loh, Joo," timpal Luda. Dasom menganggukkan kepala. "Kalau setan kita bisa langsung kabur. Mereka nggak bisa lukain kita. Jangankan lukain, pegang aja nggak akan bisa. Kalau manusia? Apalagi pembunuh. Berantai, pula. Kalau bener pembunuh berantai itu ada di sana-"

"Bagus dong!" seru Jooheon. "Kebayang nggak lo, polisi cari bertahun-tahun nggak ketemu. Eh pas kita telusuri malah ketemu dan ketangkep. Bayangin bakal seviral apa channel kita???"

"Nyet??? Dia pembunuh, lo pikir gampang nangkep dia?" ucap Luda. "Kalau bener dia ada di sana. Itu artinya dia sembunyi. Dan bayangin kalau ada orang yang coba bongkar tempat persembunyiannya. Nggak mungkin kalau dia bakal biarin kita begitu aja. Bisa aja dia-"

"Lima lawan satu. Bisalah!" timpal Minhee. Leeseo menggangguk-anggukkan kepala. Menyetujui pernyataan Minhee. Sudah terbayang sepecah apa skrip yang akan ia tulis nanti.

"Itu semua masih dugaan. Dan tugas kita, coret, channel kita, buat buktiin itu." Tambah Jooheon. "Ya walaupun gua skeptis sama keberadaan pembunuh berantai itu, seenggaknya arwah penasaran dari para korban pembunuhan berantai itu pasti ada. Fokus utama kita itu. Kalau soal Si Pembunuh Berantai-nya, itu jadi bonus."

"Gimana?"

"I'm in!" sahut Leeseo penuh semangat.

"Gue juga, bang!" timpal Minhee.

"3 lawan 2. So?"

Luda berdecak.

"Oke."

"Tapi kalau ada sedikit aja tanda-tanda ada si pembunuh berantai itu ada di sana. Kita harus langsung cabut," ucap Luda.

"Gampang."

"Bawa alat buat jaga-jaga perlu nggak?" tanya Minhee sembari berpura-pura seperti tengah mengayunkan tongkat baseball.

"Gila lo!" ucap Luda sembari menoyor kepala Minhee. "Kalau ada pemeriksaan kita bisa dikira mau berbuat kriminal!"

"Hehehe. 'Kan, jaga-jaga."

"Ini aja!" ucap Leeseo sembari mengeluarkan pisau lipat yang tak hanya berisi satu pisau, tapi bermacam-macam alat seperti senjata tajam yang berukuran kecil. Tak terlihat seperti benda mematikan, dari luar tampilannya justru seperti gantungan kunci. "Kalau beneran ada Si Pembunuh Berantai itu, kita tusuk aja dia pakai ini-"

Dasom langsung menarik kepala Leeseo ke dalam pelukannya.

Si bungsu yang terlihat polos, jauh lebih siap dan terlihat lebih bahaya dari keempat yang lainnya.

"Kebanyakan bergaul sama Minhee lo, dek," ucap Dasom membuat Minhee berdecih sementara Leeseo malah terkekeh.

"Btw, bang, gua pernah denger."

"Denger apa?"

"Katanya arwah penasaran itu sifatnya jahat, apalagi yang korban pembunuhan sadis gitu. Mereka nggak segan-segan buat bales dendam dan gangguin siapa pun itu yang berani masuk ke wilayahnya."

"Ck! Santai. Mau dendam kek, jahat kek, mereka tetap setan. Hantu. Gaib. Manusia lebih unggul," ucap Jooheon yang tidak tahu apa yang sudah menantinya di masa depan.

creepy 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang