"Lo nggak capek?" tanya Niki pada Jungwon yang terus memindahkan satu per satu barang di bagian garasi rumahnya.
Rencananya, ia ingin mengeluarkan semua yang ada di garasi, membersihkannya di luar. Lalu membersihkan bagian dalam garasi dan memastikan tidak ada satupun debu atau barang asing yang tertinggal. Barulah ia akan kembali memasukkan barang-barang yang sudah dikeluarkannya, ke dalam garasi.
"Capek," jawab Jungwon tanpa melihat ke arah Niki yang sedang berkacak pinggang. "Tapi mau gimana lagi?"
Niki adalah tetangga Jungwon yang rumahnya berjarak lima rumah dari rumah milik Jungwon. Ia yang baru saja pulang lari pagi, memutuskan mampir ketika melihat kegiatan yang sedang Jungwon lakukan.
"Kalau nggak begini, bakal ada hal aneh-aneh lagi di rumah gue. Kayak yang terakhir lo lihat."
Suatu malam, sepulang dari kegiatan nongkrongnya bersama beberapa anak komplek di pos ronda yang berada di dekat gerbang komplek perumahannya, Niki melihat banyak sekali cicak di tembok rumah Jungwon.
Bukan hanya Niki, tapi juga Junghwan, yang merupakan tetangga samping rumahnya turut melihat hal yang sama.
Di malam yang sama, di bagian dalam rumah Jungwon ada banyak semut api yang berkeliaran di lantai bagian ruang tengah. Jungwon yang tak awas, sempat merasakan sakit yang teramat sangat ketika ia hendak menuju dapur melewati ruang tengah dan disengat oleh ribuan semut api tersebut.
Begitu sadar, Jungwon langsung mengambil semprotan anti serangga dan menyemprotkannya ke lantai. Keesokan hari, ribuan bangkai semut api bertebaran di lantai rumahnya.
Jungwon pikir, hal itu hanya berlangsung sekali. Nyatanya, selama seminggu lebih rumahnya terus dikerubungi semut api tersebut. Dan hal itu hanya terjadi di rumahnya dan hanya terjadi pada malam hari.
Awalnya, Jungwon pikir semut-semut itu hanya tengah melakukan migrasi. Namun, begitu ia melihat satu postingan video yang memberitahu ciri-ciri rumah yang dipenuhi energi negatif akibat sihir kiriman, pemikiran soal migrasi semut tersebut langsung berganti dengan dugaan ada yang tengah ingin mencelakai keluarganya.
Dugaan itu bertambah kuat ketika ada salah satu teman sang ayah yang datang ke rumah di suatu siang, lalu mengatakan kalau semalam ia datang ke rumah. Namun, langsung pulang karena pintunya tertutup dan tak ada satupun keluarga Jungwon yang keluar ketika orang tersebut mengetuk pintu.
Orang tersebut, sebut saja Junsu, mengatakan ia datang bersama orang lain yang bernama Dohwa.
Namun, ketika ayah Jungwon tak sengaja bertemu dengan Dohwa di suatu undangan dan menanyakan hal tersebut, Dohwa mengatakan ia sama sekali tidak pergi ke rumah Jungwon.
Katanya, benar kalau Junsu menemuinya.
Namun, Junsu hanya datang ke rumah, berbincang-bincang sebentar lalu pamit untuk pulang.
Dan ketika ayah Jungwon merasa curiga pada Junsu, beliau memperlihatkan foto Junsu pada salah satu anggota keluarganya yang memang mempunyai kelebihan dalam kepekaan.
Hasilnya?
Ayah Jungwon disuruh lebih berhati-hati dengan orang tersebut. Bahkan, disuruh untuk langsung membersihkan rumah setiap kali Junsu datang. Katanya, Junsu sering kali menyelipkan sesuatu di rumah Jungwon yang membuat rumahnya jadi tidak nyaman dan dipenuhi energi negatif.
"Belum lagi toko ibu gue jadi nggak kelihatan. Tiap yang lewat bilangnya tokonya tutup. Padahal buka. Suasana rumah jadi nggak enak. Ada aja hal yang bikin penghuni rumah jadi emosian, berantem, macem-macem."
Ketika orang-orang terus mengatakan toko ibunya selalu tutup, Jungwon dan ibunya mencoba membersihkan toko sebersih mungkin.
Hasilnya?
Jungwon menemukan satu bungkus tanah yang dibungkus dengan kain berwarna putih di ujung dekat rak paling belakang.
Setelah bungkusan tanah itu dibuang, toko ibu Jungwon kembali ramai didatangi pembeli.
Saudara ayah Jungwon mengatakan itu adalah tanah yang diambil dari kuburan yang masih baru. Biasanya digunakan untuk menghalangi penglihatan orang-orang akan sesuatu.
Biasa digunakan oleh maling yang ingin mencuri di sebuah rumah yang sudah direncanakan agar pemiliknya tak sadar dengan kedatangan maling tersebut. Atau digunakan oleh orang-orang yang iri dan tak suka pada saingan bisnisnya.
"Dan lo tahu Leeseo?""Tetangga depan rumah lo, 'kan?" tanya Niki sembari menoleh ke belakang, ke arah rumah Leeseo yang memang berhadap-hadapan dengan rumah Jungwon.
Jungwon mengangguk.
"Dua hari lalu, pas maghrib-maghrib, dia lihat ada orang yang dateng ke rumah gue. Laki-laki. Bawa motor dan motornya diparkir di depan, dia masuk ke dalem rumah gue. Leeseo bilang itu bokap gue."
"Oke. Terus?"
"Bokap gue lagi ke Kalimantan, Ki," jelas Jungwon. "Dan rumah gue tiap sebelum adzan maghrib selalu dikunci. Bukan cuma pintu rumah, tapi juga pintu gerbang. Jadi, kalaupun ada tamu, harusnya dia nggak bisa masuk begitu aja. Tapi, kata Leeseo, orang yang mirip bokap gue itu masuk ke dalem rumah. Mau Leeseo sapa tapi udah terlanjur masuk, makanya nggak jadi. Dan malem itu ya baik gue sama ibu gue nggak ngerasa ada tamu dan nerima tamu."
"Anjing?!" ucap Niki sembari menutup mulutnya. "Terus itu siapa?"
Jungwon mengedikkan kedua bahunya.
"Nggak tahu."👻👻👻
ini based on true story ya gaes, btw ada yang pernah ngalamin juga dijahatin kayak gini?kalau iya, tanda-tanda di rumah kalian apa aja?
oh iya, aku ada rekomendasi kalau kalian mau nonton cerita yang sejenis sama kisah di atas, judulnya Teluh Darah, nontonnya di Disney+ ya gaes
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Fanfiction[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -