creepy 3.0

santet; 1 ➖ the first sign

"Kenapa muka lo? Kok ditekuk gitu?" tanya Ryujin pada Karina yang tengah membaca sesuatu di layar ponselnya.

Karina mengangkat ponselnya dan menunjukkan pada Ryujin. "Ada yang laporan ke gue, bokap nuduh nyokap yang enggak-enggak lagi."

Ryujin berdecak. Kepalanya menggeleng-geleng karena terlalu heran dengan tingkah dari ayah temannya tersebut.

"Sorry ya, Rin, tapi bokap lo aneh banget. Dia yang selingkuh, dia yang suka main-main sama hal berbau klenik, tapi dia juga yang nuduh nyokap lo nyantet dia."

"Ya makanya!" timpal Karina merasa kesal. "Kayak.... boro-boro nyantet. Gue, nyokap sama adek-adek gue aja beneran lagi sibuk-sibuknya cari uang sendiri gara-gara dia yang selingkuh dan lebih milih pergi dari rumah itu. Uang dari mana coba?"

Karina sebenarnya punya tabungan, hanya saja, ia benar-benar menyimpannya dengan baik. Sebenci-bencinya pada Sang Ayah, sama sekali tidak pernah terpikir olehnya untuk bersekutu dengan setan dan melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan ilmu hitam tersebut.

Pun Sang Ibunda yang terus bekerja di toko kelontong kecil yang memang sudah dimilikinya sejak Karina masih kecil.

"Kayak, tiap dia sakit tuh dia langsung nuduh nyokap gue, Jin. Udah gitu, dia kan udah berhenti dari tempat kerjanya ya dan dapet pesangon banyak karena mau bisnis katanya. Eh terus ketipu, duitnya langsung abis blas, gara-gara itu dia jadi sering banget minta duit ke nyokap. Terakhir, minta dua juta buat bayar rumah sakit. Katanya tagihannya 10 juta, terus kurang 2 juta."

"Terus nyokap lo kasih?"

"Ya enggak! Gue larang. Sehari sebelumnya dia udah minta duit ke nyokap, bilang mau berobat. Udah gue larang tapi nyokap tetep kasih, dan bener aja dugaan gue, besoknya dia minta lagi. Marah-marah pula. Ngatain nyokap gue kurang ajar. Ya gue maki-maki balik lah. Terus nomornya langsung gue block dari hape nyokap."

"Sakit jiwa."

"Nggak tahu malu, Jin. Udah suka mintain duit tuh seenggaknya tahu diri kek. Ini mah nuduh nyokap nyantet mulu."

"Kok bisa dia mikirnya nyokap lo yang nyantet?"

"Dia tuh semenjak pergi sama selingkuhannya sering sakit, dan tiap sakit bukannya berobat ke dokter malah ke dukun. Ngira dimacem-macemin orang terus ya lo tahu sendiri dukun tuh banyak yang palsu. Asal ngomong ini itu sampe bokap mikirnya pasti nyokap gue yang ngerjain."

"Aduh, kok gue jadi ngeri ya keluarga lo diapa-apain sama bokap lo," ucap Ryujin. "Maksudnya, kata lo, 'kan, dia suka main-main sama hal klenik. Gimana kalau tiba-tiba kalian semua dikirimin yang aneh-aneh?"

Karina menghela napas, lalu menghembuskannya kasar.

"Pasrah, sih, gue. Dulu malah pas awal-awal, dia pernah nanya keadaan nyokap gimana. Tapi bukan yang kayak peduli gitu, Jin. Lebih ke yang seolah ngecek, 'balesan' yang dia kirim ke nyokap tuh udah nyampe apa enggak. Gitu. Gue kira dia udah tobat nuduh nyokap yang enggak-enggak. Eh nggak tahunya masih sampe sekarang," sahut Karina. "Dan lo tahu TV gue yang ada di ruang tamu?"

"Tahu-tahu."

"Lemarinya TVnya itu nggak langsung nempel ke tembok, 'kan? Ada selanya dikit lah. Nah, Sabtu kemaren tuh tiba-tiba ada bau bangkai di sela-sela itu."

"Hah?"

"Seharian. Gue sama nyokap sampe pusing cari sumber baunya. Takutnya kucing gue bawa tikus buruannya, 'kan? Tapi ini enggak, Jin. Bener-bener bersih. Bangkai nggak ada, sampah juga nggak ada, tapi baunya tetep kecium. Terus sekitar jam 8nan malem gue, 'kan, ke dapur. Pas balik ke kamar harus lewatin tempat bau bangkai tadi. Nah baunya tiba-tiba hilang."

"Lah? Lo ada mindahin barang-barang gitu nggak?"

"Enggak. Tahu, nggak lo yang lebih anehnya apa lagi?"

"Apa?"

"Baunya pindah ke kamar gue!"

Ryujin membelalakan matanya. "Rin??? Yang bener aja?"

"Serius. Pas gue masuk kamar, gue langsung nyium bau nggak enak. Bau bangkai yang sama kayak yang sebelumnya ada di belakang TV."

"Terus, terus? Lo pindah kamar?"

Karina menggelengkan kepalanya.

"Gue lebih milih semprotin."

"Semprotin? Pake apaan?"

"W. Dressroom 45. Gue semprotin ke tempat yang menurut gue jadi sumber baunya."

"Sumber baunya di mana emang? Sempet lo cari-cari nggak? Maksudnya siapa tahu kalau di kamar lo beneran ada bangkai."

"Belakang pintu, Jin. Baunya dari situ. Dan lo tahu sendiri belakang pintu kamar gue nggak ada apa-apa."

"Pas lo semprotin, baunya langsung hilang nggak?"

"Enggak. Tapi jam sepuluhan baunya udah agak hilang kayaknya."

"Kok kayaknya?"

"Ya gue nggak tahu baunya bener-bener hilang atau emang gue yang udah terbiasa sama bau itu di kamar gue."

"Ih, anjing, Rin. Bukannya pindah kamar aja lo!"

Karina tertawa. Reaksi Ryujin adalah wajar. Apalagi kalau baru pertama kali mengalaminya.

Masalahnya, ini bukan kali pertama Karina dan keluarganya (yang tersisa di rumah) mengalami kejadian-kejadian aneh semacam itu.

Beberapa hari sebelumnya, baik Sang Ibu maupun dirinya mendengar suara bising yang tak biasa dari arah luar rumah. Namun, mereka memilih mengabaikannya dan mencoba berbaik sangka. Siapa tahu itu hanya suara angin atau apalah. Meski kemungkinan besar itu bukan.