myth of the village; 2 ➖ odd even

324 97 4
                                    

"Kamu ngapain bawa orang luar ke sini?" tanya Soobin dengan mata menyalang tatkala melihat Hyungwon datang bersama empat orang lainnya; Hoseok, Kai, Namjoon dan Sehun.
 
  

Keempat orang tersebut sempat melemparkan senyum ramahnya pada Soobin. Namun, tak sempat membalas, buru-buru Soobin menarik lengan jaket yang Hyungwon kenakan, untuk meminta penjelasan.
 
 

Hyungwon menoleh ke belakang, ke arah teman-temannya, "bentar ya? Lo semua tunggu di sini dulu," ucapnya dan langsung mengajak Soobin untuk masuk ke dalam. Ia tak mau membahas hal yang Soobin tanyakan di depan empat orang tersebut.

"Demi apapun Chae Hyungwon, kamu beneran hilang akal apa gimana? Kamu bawa mereka ke sini? Emangnya kamu udah izin?"

"Nanti, nanti aku bakal izin. Sekarang biarin dulu mereka masuk dan istirahat. Mereka pasti capek karena perjalanan jauh."

Soobin berdecak.

"Mereka tahu tempat macam apa kampung ini? Kok bisa-bisanya mau diajak ke sini?"

"Soal itu...."

Melihat gelagat Hyungwon membuat Soobin semakin emosi.

"Jadi kamu belum cerita ke mereka."

"Nanti. Itu juga nanti."

"Hyungwon!"

"Jumlah mereka empat, sama aku jadi ganjil. Jadi nggak ada masalah, 'kan?"

"Kamu lupa kalau ganjil tambah ganjil itu genap?" ucap Soobin mengingatkan. "Jumlah orang di kampung kita nggak boleh genap, Hyungwon! Kalau sampai Mbok Darmi tahu, salah satu dari teman kamu bakal diambil sama dia buat dikorbankan."

"Makanya kamu diam, Soobin. Jangan bilang soal ini ke siapa-siapa. Tenang. Aku bakal minta izin ke bapak. Mereka itu temanku. Bapak pasti kasih pengecualian."

"Kalaupun mereka dikecualikan karena dianggap orang luar, kamu yang bakal kena Hyungwon. Kamu orang kampung ini. Kamu orang dengan urutan genap. Kamu jangan main-main."
 
 
 
Ganjil-Genap.
 
 
 
Terdengar konyol.

Tapi begitulah salah satu aturan di kampung halaman Hyungwon. Sudah dari ratusan tahun lalu, di kampung yang menjadi tempat Hyungwon berasal ini, terdapat kutukan yang melarang jumlah penduduknya menjadi genap.

Dan kalau sampai aturan tersebut dilanggar, penduduk genap terakhir akan dikorbankan.

Dulu, kejadian yang sama pernah terjadi. Ada satu bayi yang lahir di malam hari dan belum sempat berpindah tempat. Dan sesuai kutukan yang ada, bayi tersebut harus meregang nyawanya karena menjadi penduduk genap terakhir dan diketahui oleh para sesepuh yang memang sudah mengetahui perihal kehamilan dari salah satu penduduk.

Harusnya tiga orang pergi keluar kampung sebelum bayi itu lahir, termasuk orangtua si bayi. Sayangnya mereka terlambat dan harus mengorbankan nyawa anak mereka.

Kutukan itu berasal dari perjanjian salah satu sesepuh dulu dengan setan yang menjanjikan keselamatan bagi semua penduduk kampung.

Kala itu, kampung tersebut dikenai wabah dan musibah yang tak bisa dicegah. Bertahun-tahun mereka hidup dalam kesengsaraan sampai akhirnya perjanjian itu dilakukan.

Di mana sebagai imbalan, setan tersebut meminta satu tumbal nyawa tiap kali jumlah penduduk berjumlah genap. Mereka harus mengorbankan penduduk genap terakhir atau setan tersebut akan mencabut nyawa salah satu penduduk secara acak.

Salah satu alasan kenapa Hyungwon dibawa pergi oleh pamannya keluar kampung adalah karena kematian salah satu penduduk berusia tua yang menyebabkan dirinya menjadi penghuni genap terakhir.
 
 

"Ya terus bagaimana lagi, Soobin? Bawa balik mereka? Itu lebih nggak mungkin lagi. Perjalanan ke luar kampung butuh 5 jam. Sekarang udah jam 5 sore. Menurut kamu apa yang bakal terjadi kalau aku sama mereka ada di jalan malam-malam begitu?"

Soobin diam. Kemudian kembali berdecak.
 

"Kamu nyusahin, Hyungwon."

"Iya. Aku tahu. Maaf."

"Maaf kamu nggak berguna, Hyungwon," ucap Soobin. "Kita nggak akan bisa ngakalin dia. Kalau malam ini ada yang mati karena diambil dia dan penduduk tahu ini salah kamu. Keluarga kita bakal jadi sasaran penduduk kampung. Kamu tahu itu, 'kan?"
 
 

Dulu, ketika Hyungwon masih berumur lima tahun, ada salah satu penduduk yang melakukan hal yang seperti Hyungwon lakukan saat ini. Mengajak orang luar masuk ke dalam perkampungan mereka secara diam-diam.

Hal itu membuat jumlah penduduk menjadi genap. Dikarenakan tidak ada yang tahu, malamnya terjadi sebuah musibah perwujudan dari kutukan tersebut. Salah satu penduduk kampung meregang nyawa dengan cara misterius.

Tubuhnya tiba-tiba terangkat ke atas. Melayang tanpa ada penopang. Dan seperti ditarik dari ke empat penjuru mata angin, tubuhnya tertarik ke berbagai sisi hingga terbelah menjadi beberapa bagian.

Semua tahu perbedaan kematian alami dan kematian yang disebabkan oleh kutukan tersebut.

Pihak keluarga tak terima, tentu saja. Mereka akhirnya mencari tahu siapa dalang penyebab pengorbanan acak tersebut.

Di mana setelah diketahui, akhirnya seluruh keluarga dari penduduk yang membawa orang asing tersebut dieksekusi oleh penduduk kampung lainnya.

Meski terdengar tak masuk akal, hal tersebut nyata adanya.
 
 
Ah, dan satu lagi... orang luar tidak akan bisa masuk tanpa bantuan dari penduduk asli kampung tersebut.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

👻👻👻
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

a/n;

beda sama chapter kemarin, meski alurnya nyambung, sebenernya kisah dua tempat ini based on two true story ya gaes, tapi aku bikin nyambung gitu

kalau yang kemarin based on true story satu tempat yang emang disembunyikan dan tujuannya untuk melindungi dari musuh gitu, coba deh kalian baca baca, setahu aku *cmiiw* perkampungan yang disembunyikan itu dari zaman sekitaran era kerajaan yang lagi ada perang saudara, yang tahu coba beberapa petingginya aja dan warga biasa kerajaannya tuh nggak tahu, even sampe sekarang

dan konon katanya ya diumpetin di daerah timur Jawa, orang biasa gak bisa lihat tapi beberapa orang yang peka dan ilmunya tinggi kadang bisa tahu, wallahualam ya gaes

nah kalau story ke dua (chapter ini) based on story soal desa yang jumlah penduduknya (tepatnya keluarga) selalu tetap, tiap ada pendatang baru, pasti bakalan ada satu penduduk/keluarga yang mati/pindah dari desa itu, gituuu

creepy 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang