Kim Dasom, terdiam memandangi empat orang tak bernyawa yang kini sudah ia sejajarkan di ruang tengah rumah yang tengah ia dan teman-temannya datangi saat ini.
Dengan sebuah pedang berukuran sedang yang ia gesekkan di lantai, Dasom memandangi empat orang di hadapannya tanpa ekspresi.
Sesekali ia berkedip guna menghalau debu yang masuk ke dalam mata.
Kembali ia lihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Dasom ingin mengakhiri semuanya. Namun, ini belum sampai di waktu yang seharusnya.
Masih kurang beberapa menit lagi sebelum pertunjukkannya berakhir.
Ia kemudian berjalan ke arah sofa yang sudah dipenuhi debu dan banyak sarang laba-laba. Diambilnya sebuah kamera yang sebelumnya ia lempar ke sana. Dasom kembali memasang kamera kecil tersebut di kepala.
TIK!
TOK!
TIK!
TOK!
Waktu terus berjalan hingga mencapai menit yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh Dasom.Ketika jam di pergelangannya berbunyi, Dasom langsung beranjak dari sofa yang ia duduki bagian atasnya tersebut.
Lalu kembali melangkah ke tempat di mana keempat mayat temannya berada. Dasom mengangkat tinggi-tinggi pedang yang berada si tangan kanannya dengan dua tangan.
Kemudian dia layangkan tepat di depan tubuhnya. Bergesekan langsung dengan kulit leher bagian depan.
PRANG!
Bagai tersadar. Mata Dasom mengerjap sempurna. Ia berhasil merebut kendali penuh atas tubuhnya.Sayang, semuanya terlambat.
Mata Dasom memerah, tangannya memegangi bagian lehernya yang mulai mengalirkan darah segar dari sela-sela sayatan yang tercipta akibat ulah tanpa kendalinya sendiri.
Dalam sepersekian detik, tubuhnya ambruk tepat di depan keempat tubuh teman-temannya."Aaa... aaa... t-tolong...."
Ya, kini adalah giliran Dasom untuk menyusul mereka semua.👻👻👻
"Loh? Gue pikir mereka berhasil kabur?" ucap Gaeul pada Hyeongjun yang baru saja bercerita perihal kejadian yang baru-baru terjadi di komplek perumahan tempat tinggalnya.
Ia yang sedang berkuliah di luar kota baru mengetahui kejadiannya ketika pulang ke rumah.
"Enggak."
"Terus yang lapor polisi siapa?"
"Ya warga."
"Kok nggak masuk berita ya?"
Menurut Gaeul, kasus seperti ini harusnya menjadi berita nasional yang menguasai berbagai media.
Sementara ini? Jangankan di televisi, masuk media sosial saja tidak sama sekali.
"Ya soalnya mayatnya nggak ditemuin, Gel."
"Maksud lo? Bukannya tadi lo cerita kalau-"
"Itu semua based on the camera yang ditemuin di sana. Makanya gue bisa tahu sedetail itu. Selain ngerekam kejadiannya, mereka juga punya rekaman behind the scene."
Gaeul menelan salivanya.
"T-terus?"
"Ya, nggak ada terusannya. Rekaman itu ada, 100% real tanpa edit-edit sama sekali. Mereka semua mati. Jelas. Sayangnya, mereka semua juga hilang. Mayatnya sampe sekarang masih dicari. Polisi sama wartawan nggak berani umbar ini ke media soalnya takut cuma rekayasa."
"Oh, God..."
"Lagian orang-orang itu juga aneh. Udah tahu rumah kosong. Berhenti. Bekas TKP pembunuhan pula. Malah didatengin. Yang jahat di rumah itu tuh bukan cuma hantu atau penunggunya. Tapi rumah itu sendiri juga udah jadi makhluk jahatnya."
"Sotoy, deh, lo."
"Dibilangin. Kalau nggak percaya coba lo ke sana buat buktiin!"
"Nggak ya. Gue masih sayang nyawa. Pengen hidup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Fanfic[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -