"Seneng banget deh gue lo mau main ke tempat gue," ucap Ningning sembari bergelayut manja ke lengan Gaeul.
Kim Gaeul, adalah teman satu jurusan Ningning di Fakultas Ilmu Komunikasi.Ningning adalah seorang yang penakut. Dan karena kelas tambahan yang harus dihadirinya sampai jam sembilan tadi, ia takut kalau harus pulang sendiri. Apalagi ketika harus melewati area taman bermain anak-anak di bawah tower unit apartment tempat tinggalnya.
Karena beberapa hari yang lalu, sempat ada rekaman video viral yang merekam kejadian bergoyangnya ayunan dan mainan spring rider yang tidak dinaiki oleh siapapun.
Teman sekelas Ningning yang lain, yaitu Minhee, sempat melihat rekaman itu dan berkata, "Ning, ini apartemen tempat tinggal lu, 'kan, ya?"
Dan ya, itulah yang membuat seorang Kim Gaeul pulang bersamanya hari ini.
Gaeul yang pengertian mau diajak menginap oleh Ningning untuk menemani. Beruntung, besok mereka tidak ada kelas.
Sekali lagi, Ningning tidak takut ketika sendirian di unitnya. Yang ia takutkan adalah perjalanan pulang yang harus ia tempuh.
"Ack!"Gaeul langsung menutup hidungnya setelah berseru demikian. Langkahnya terhenti, diikuti oleh Ningning yang juga ikut berhenti melangkah.
"Kenapa, Gel?" tanya Ningning bingung.
Gaeul tidak membuka mulut, tangannya terus menutup hidung. Gaeul tak mau bau menyengat yang masuk ke indera penciumannya masuk juga ke mulut.
"Ada bau apa, sih?" tanya Ningning bingung sembari terus memandangi Gaeul.
Gaeul menggelengkan kepalanya.
"Bau sampah? Apa bau-"
CEKLEK!
Tangan Gaeul yang memegangi hidungnya terlepas dari wajah dan langsung hinggap di samping kanan dan kirinya. Tubuhnya bergeser mundur ke belakang ketika pintu di samping kanannya menunjukkan tanda-tanda akan dibuka.Pun dengan Ningning yang ikut melangkah mundur.
"Ningning?""Eh, Kak?"
"Baru pulang kuliah?"
"Iya, Kak."
"Kok malem banget?"
"Iya, ada kelas pengganti soalnya."
"Oh, gitu."
"Kakak mau keluar?"
"Iya, mau beli makan. Kamu mau nitip?"
"Eh, nggak usah, Kak. Tadi sebelum pulang aku sama temen aku makan dulu, kok. Oh, iya kenalin ini temen aku. Gaeul."
Gaeul mengulurkan tangannya sembari tersenyum dan mengangguk sekali ke arah seseorang yang tengah berdiri di hadapannya dan Ningning.
"Shownu," balasnya sembari menyambut tangan Gaeul dan menyalaminya. "Beneran nggak mau, nih? Biar sekalian nanti. Tenang saya bayarin."
"Serius, Kak. Nggak usah. Masih kenyang banget."
"Oh, ya udah kalau kamu nggak mau. kalau gitu, saya duluan ya, Ningning, Gaeul?"
"Eh, iya, Kak."
Shownu berlalu, pun dengan Ningning dan Gaeul yang melanjutkan perjalanan mereka menuju unit Ningning yang ada di ujung koridor lantai ini. Jaraknya hanya 3 unit dari tempat Ningning dan Gaeul berhenti tadi.Gaeul terus diam. Sesekali ia menoleh ke belakang. Ketika tak lagi dapat melihat punggung Shownu, ia hela dan hembuskan napas penuh kelegaan.
Hal itu membuat Ningning sontak menoleh ke arahnya.
"Kenapa, sih, Gel? Kok hela napas begitu?" tanya Ningning heran. Keduanya kini ada di depan unit milik Ningning. "Eh, tunggu. Jangan bilang dari tadi lo tahan napas?" lanjut Ningning sembari memasukkan kata sandi di pintu.Gaeul menganggukkan kepala.
"Unit tetangga lo tadi. Bau banget. Sumpah. Kayak bau bangkai. Dan baunya makin kuat pas tetangga lo itu keluar. Cuma pas dia pergi, baunya juga nggak hilang. Begitu lewatin dua unit dari tempat kita berhenti tadi, baru baunya hilang."
CKLEK!
Pintu terbuka.Ningning langsung menarik Gaeul untuk masuk ke dalam unitnya. Ia kemudian mengendus-endus aroma dari pakaian yang Gaeul kenakan.
Tindakannya tentu membuat Gaeul heran.
Belum sempat Gaeul bertanya. Ningning sudah menjauhkan tubuhnya dari tubuh Gaeul.
Matanya terbeliak, pegangannya pada lengan Gaeul menguat.
"Gue bisa nyium aroma parfum yang lo pake," ucap Ningning. "Tapi, gue nggak nyium bau bangkai yang lo bilang."Kini gantian Gaeul yang terkejut.
"Lo percaya gue, 'kan? Gue nggak mungkin bohong. Buat apa juga?"
"Gue percaya sama lo!" ucap Ningning cepat. "Minggu lalu ada orang yang baru pindah di unit depan unit gue. Pas gue mau keluar, gue denger mereka bahas soal temennya yang bisa lihat sesuatu dan bilang ada mayat yang minta tolong di sana."
"Ning?" ucap Gaeul tak percaya. "Dan lo ngajak gue nginep di tempat lo setelah tahu semua itu? Lo harusnya lapor polisi!"
Wajah Gaeul mulai memerah. Terlihat sedikit kesal.
"Tapi, itu belum pasti, Gel. Kayak barusan. Yang bisa nyium baunya cuma lo doang. Gue enggak. Apa jadinya kalau misal gue lapor ke polisi dan pas diperiksa nggak ada apa-apa? Nggak ada yang bisa nyium ataupun denger hal yang kalian rasain?"
Gaeul menelan salivanya.
Itu masuk akal.
Gaeul meletakkan tangannya di atas bahu Ningning.
"Lo kenal orang tadi? Deket?"
"Kenal. Nggak terlalu. Tapi, gue sama dia sering saling tegur."
"Menurut lo dia tipe orang baik atau jahat?"
"N-nggak tahu."
"Gue ada ide!"
"Ide apa?"
"Kita telpon polisi, dan kasih tahu soal kecurigaan kita ini. Tapi secara anonim. Biar kalau salah, kita nggak kena. Gimana?"
"O-"
TOK! TOK! TOK!Gaeul dan Ningning kompak terkejut ketika mendengar suara ketukan balik pintu.
Keduanya yang masih berada di belakang pintu kompak melihat ke arah belakang mereka. Lalu saling berpandangan.
Tak langsung membuka pintu. Gaeul menahan Ningning dan memutuskan untuk mengintip melalui lubang pintu.
Sedetik kemudian ia mundur dan langsung menarik Ningning agar menjauh dari pintu tersebut.
"Kenapa, Gel?" tanya Ningning bingung."Ada orang yang tadi di depan, Ning."
"Hah? Bukannya dia lagi cari makan? Kok cepet?"
Gaeul menggelengkan kepalanya.
"Nggak cuma sendiri. Di belakang dia, gue lihat ada yang gelantungan sambil pegang lehernya."
Ningning menelan salivanya. Ia berjalan perlahan menuju pintu. Kemudian turut mengintip dari lubang yang sama.
Sesuai dugaannya, ia tidak bisa melihat apa yang Gaeul lihat. Ningning hanya bisa melihat sosok Shownu tanpa ada satupun orang lain yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Fanfiction[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -