the empty house; 4 - disaster

241 72 6
                                    

Leeseo menelan salivanya. Ia beringsut mundur hingga tubuhnya terbentur tembok yang ada di ruangan tersebut.

Tadi, ketika sosok yang menggigit Minhee melepaskan gigitannya dan berubah menjadi sesuatu yang lebih besar dari mereka semua, Leeseo langsung berteriak dan menutup mata.

Sialnya, ketika ia membuka mata, semua teman-temannya hilang entah ke mana.

Leeseo berkali-kali mencoba untuk berteriak. Namun, seolah tak bisa bicara, suaranya sama sekali tak keluar.

Berbekal penerangan dari ponsel di tangan, Leeseo mencoba mencari keberadaan teman-temannya. Sayang, ketika ia hendak berdiri kakinya terasa sakit hingga membuatnya tak sanggup untuk menapak.

Leeseo hanya bisa merangkak ke depan mencari jalan keluar. Hingga ketika tiba-tiba ada sosok laki-laki dewasa di hadapannya yang membawa sebuah senjata tajam. Membuat Leeseo sontak langsung beringsut mundur.

Leeseo menangis tanpa suara. Suaranya hilang, kakinya tidak bisa dibuat berjalan, teman-temannya pun hilang entah ke mana sementara sosok laki-laki di hadapannya terus berjalan mendekat ke arahnya.

Mencoba pasrah, Leeseo menunduk dan menyembunyikan kepalanya di antara kedua lutut.

Dalam hati Leeseo berjanji, kalau ia bisa selamat nanti, ia akan berhenti dari pekerjaannya satu ini.










👻👻👻









Tidak hanya Leeseo, di ruangan lainnya, tepatnya ruangan di sebelah Leeseo. Lee Luda, tengah tertatih merangkak sembari menahan sakit pada pergelangan kaki yang terasa remuk akibat hantaman sebuah palu besi dengan berat kira-kira lebih dari dua kilogram.

Luda tidak tahu siapa yang melakukan itu padanya. Semuanya terjadi begitu cepat.

Penerangan yang tiba-tiba lenyap. Tubuhnya yang diseret entah kemana, hingga akhirnya hantaman sebuah palu pada kaki.

Luda sempat berteriak saking sakitnya. Teriakan tersebut bahkan teriakan paling kencang yang pernah ia lakukan.

Namun, tak seperti ketika Minhee berteriak dan mereka semua langsung datang. Kali ini teriakan Luda seperti percuma. Tak ada satupun batang hidung temannya terlihat.


Tak cukup sampai di situ, pelaku yang entah siapa berniat menyiksa Luda lebih parah lagi, sengaja pergi keluar yang Luda duga hendak mengambil peralatan lain.

Kesempatan tersebut Luda pergunakan untuk kabur. Ia tak tahu sejauh apa ia bisa pergi. Yang jelas, Luda tak mau diam dan menerima nasibnya begitu saja.

Kini, setelah berhasil merangkak dan masuk ke dalam kolong sebuah ranjang, Luda menemukan sebuah pintu masuk ke dalam ruangan tersembunyi di bawah ranjang.

Tanpa pikir panjang, masih dengan rasa sakit yang luar biasa dan susah payah, Luda mencoba masuk ke dalam ruangan yang ternyata berbentuk seperti peti yang hanya berukuran tiga per empat dari besar tubuhnya.

Ia menangis. Menangis tanpa suara tatkala berusaha menekuk tubuhnya agar muat dalam ruangan kecil tersebut. Rasa sakit, takut dan kesal bergerumul jadi satu membuat sebuah doa terucap dalam hati seiring dengan pintu yang ia tarik agar bisa menutupi dirinya.

Luda berharap, berharap persembunyiannya aman dan tidak bisa ditemukan oleh siapapun.









👻👻👻










Kalau ada yang paling penakut di antara kelima orang tadi, nama Jooheon pasti akan ada di urutan pertama.

Ya, meski ikut berkecimpung di dunia horror seperti ini, sebenarnya Jooheon adalah seorang penakut.

Ia bahkan mengajak keempatnya yang lain untuk membuat kanal horror ini agar sifat penakutnya berkurang.

Katanya, "face what you fear!" dan itulah yang Jooheon lakukan. Berusaha menghadapi ketakutannya.

Salah satu hal yang membuatnya yakin untuk melakukan ini semua adalah keyakinan kalau makhluk astral yang ditakutinya, tidak akan sedikitpun melukai dirinya. Mereka tembus pandang. Berbeda dimensi serta berbeda zat penyusunnya. Makanya, mustahil mereka bisa menyentuh manusia, apalagi sampai menyakiti. Begitu pikir Jooheon.

Sialnya, saat ini Jooheon harus menghadapi kenyataan bahwa tubuhnya baru saja dibanting dari lantai dua hingga terjun ke lantai satu oleh makhluk yang menurutnya tidak akan bisa menyakitinya tersebut.


"Sialan!" ucap Jooheon ketika merasakan sakit tatkala ia memegang kepala bagian belakangnya. Tak hanya rasa sakit, tangan Jooheon merasakan ada cairan yang membasahi tangannya. Yang ia yakini itu adalah darah.


Berniat beranjak dari duduknya dan hendak mencari keempat temannya yang lain, Jooheon malah melihat sekelilingnya berputar.

Di mana dalam sepersekian detik setelah ia mencoba berdiri, ia malah pingsan tak sadarkan diri.

creepy 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang