Ricky melirik adiknya yang masih bermain di atas karpet. Bayi yang sudah bisa merangkak tersebut tengah duduk sembari memainkan mainannya.
Ia ditugaskan untuk menjaga sang adik, karena kedua orangtuanya yang sedang pergi. Katanya sih hanya sebentar. Mungkin beberapa menit lagi pulang. Begitu menurut Ricky.
"Duh, pake lowbatt segala," gerutunya kesal. Ricky yang tak mau kalah di permainan online yang tengah ia lakukan, memutuskan naik ke atas tempat tidur dan duduk di atasnya.
Tepat di bagian sisi lain dari tempat tidurnya, terdapat nakas di mana charger hapenya berada.
"Jangan ke mana-mana ya, dek. Di situ aja," ucapnya pada sang adik yang belum mengerti apa-apa itu.
Sembari terus memainkan game di ponselnya, Ricky sesekali melirik makhluk mungil yang berbagi DNA dengannya tersebut. Ia tidak mau sampai kelolosan dan membuatnya dimarahi bila terjadi apa-apa dengan Si Bungsu.
Hingga belasan menit berlalu, Ricky yang terlalu asyik lupa untuk memeriksa Sang Adik. Tepat ketika ia berteriak yes karena berhasil menang, matanya yang baru saja melirik ke tempat sang Adik berada tidak mendapati sosok bayi kecil tersebut.
Mata Ricky membulat sempurna. Ia langsung melempar ponselnya dan turun dari atas tempat tidur.
Dengan panik dan tergesa-gesa, ia telusuri setiap sudut rumahnya. Terutama di lantai satu.
Ruang tengah, kamar mandi, dapur, kamar keduaorangtuanya bahkan hingga teras rumah ia datangi. Tapi, tak kunjung menemukan sosok yang dicari.
Geligi Ricky mulai bergemeletuk, ia merasa gelisah. Keringat di pelipisnya mulai mengalir membuat wajahnya basah. Tak mungkin sang adik bisa menghilang begitu saja. Pun setiap pintu keluar sudah ia tutup. Hanya pintu kamarnya yang terbuka. Pintu belakang dapur, pintu kamar mandi, hingga pintu bagian depan, semuanya tertutup. Jadi, tak mungkin bayi yang belum genap satu tahun itu pergi merangkak keluar rumah.
Berdiri di dekat anak tangga menuju lantai dua, Ricky terus mengetukkan kaki kanannya. Mencoba membuat kepalanya berpikir. Berpikir kemana tempat yang kira-kira didatangi Sang Adik.
Ia kembali berlari menuju kamar, kemudian memeriksa bagian kolong tempat tidurnya. Masih belum menemukan Sang Adik, Ricky ulangi pencarian ke tempat-tempat sebelumya, kali ini ia turut memeriksa bagian kolong-kolong dari setiap furniture yang ada. Kolong tempat tidur orangtuanya, kolong meja makan, kolong meja di ruang tengah dan tamu, hingga kolong di bawah rak yang sebenarnya tidak mungkin bisa dimasuki oleh Si Bungsu.
Ia kembali menghentikan langkahnya tepat di bawah anak tangga, tangannya terus mengetuk-ngetuk pinggiran tangga yang terbuat dari kayu tersebut.
"Jangan-jangan keluar? Tapi, masa.... apa tadi pintu luar kebuka?" Ricky terus bermonolog. "Nggak ada salahnya coba cari di luar," katanya tepat sebelum melangkahkan kaki hendak ke luar rumah.
Namun, langkah pertama yang tak sempat diambil tersebut terhenti ketika ia mendengar suara gelak tawa dari lantai dua rumahnya.
"Adek?" serunya sembari langsung berlari menuju lantai dua rumahnya.
Mata Ricky kembali membulat sempurna, di depan kamar mandi lantai dua, sang adik tengah merentangkan kedua tangan seolah meminta untuk digendong oleh seseorang yang ada di depannya. di depan kamar mandi lantai dua yang memang pintunya selalu terbuka.
Dengan cepat, Ricky langsung menghampiri Sang Adik. Dalam kedipan mata, bayi mungil tersebut ia gendong dalam dekapannya.
"Kok bisa sampe sini, dek?" tanya Ricky setelah memeriksa isi kamar mandi tersebut yang memang tidak ada siapapun di sana dari awal.
Karena sekali lagi, hanya ada mereka berdua di rumah, hanya ada Ricky dan adik bayinya.
Dan bukannya menjawab, Sang Adik malah tertawa sembari terus merentangkan tangan seolah minta digendong dan ingin lepas dari gendongan Ricky.
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Hayran Kurgu[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -