"Kenapa lo? Kurang tidur?" tanya Yedam pada Winter, rekan satu divisinya di kantor.
Tadi, Winter sempat kena tegur oleh kepala divisi karena sempat tertidur ketika rapat sedang berlangsung.
Ya, memang dia sudah menyelesaikan presentasi bagiannya. Akan tetapi tindakannya yang tidak sengaja tertidur tersebut masih dianggap tidak sopan.
Bukan hanya hari ini, kemarin-kemarin pun Yedam sempat mendapati Winter tertidur di meja kerjanya.
"Iya."
"Tumben?" tanya Yedam lagi. "Tidur jam berapa emang?"
"Nggak tidur malah."
Keduanya membelokkan langkah menuju kantin. Ya, kebetulan rapat selesai bersamaan dengan jam makan siang.
Meski Winter sangat ingin tidur, perutnya yang keroncongan harus segera diisi.
"Rumah gue berisik, Dam."
"Ada acara?"
Winter menggelengkan kepalanya.
"Terus?"
"Ya berisik. Banyak suara-suara aneh. Susah buat tidur."
"Hah?"
"Pengen deh konsultasi ke psikolog atau nggak psikiater, takutnya gue emang lagi stress atau apa makanya jadi halu denger suara-suara aneh."
"Terus kenapa nggak dilakuin?"
"Masalahnya yang denger suara berisik di rumah gue bukan cuma gue, Dam. Mbak Karin, Kak Giselle, Ningning, bahkan nyokap gue pun denger. Bedanya, mereka tetep maksain tidur dan bodo amatan. Beda sama gue yang light sleeper. Denger suara dikit langsung kebangun."
Yedam menelan salivanya, mengerti akan maksud perkataan Winter.
"Udah coba minum obat tidur? Gak recommended sih. Tapi kalau sampe lo begini, lama-lama malah bisa masuk rumah sakit," ucap Yedam kemudian yang memilih untuk menanggapi Winter secara rasional.
"Enggak. Om gue pernah kena gagal ginjal gara-gara sering konsumsi obat-obatan semacam itu. Jadi ya tahu sendiri lah gimana stigma soal obat-obatan kayak gitu di keluarga gue. Kecuali yang urgent banget, kita usahain buat nggak minum obat biar nggak ketergantungan."
"Jadi gimana?"
Winter menghela napas, kemudian menghembuskannya secara kasar.
"Lo ada kenalan orang yang ngerti hal-hal berbau goib nggak?" tanya Winter. "Nyokap sama Mbak ngelarang, sih. Cuma gue pengen tetep datengin orang pinter. Seenggaknya ya buat dibersihin lah. Diusir dari rumah gue. Ganggu banget soalnya, gue nggak tahan."
"Nggak ada, sih. Tapi nanti gua coba tanyain temen gua. Siapa tahu ada yang kenal."
"Oke. Thanks ya, Dam."
"Sip," balas Yedam. "Emang suara yang lo denger suara apa aja, Win?" tanya Yedam kemudian.
"Macem-macem, Dam. Suara bayi, suara orang nangis, suara barang jatoh. Yang lebih parah, suara ketokan di depan pintu kamar gue. Gue yang tadinya udah merem dan mau tidur, langsung kebangun. Langsung seger lagi. Beda lagi sama nyokap yang denger suara berisik dari plafon. Mau mikir itu kucing atau tikus, tapi itu kamar lantai satu, jadi langit-langitnya itu cor-coran lantai dua," jelas Winter. "Ah, terus Mbak gue juga cium bau aneh. Bau bangke katanya. Tapi, gue nggak nyium. Cuma dia sama nyokap aja. Gue, Kak Giselle sama Ningning enggak."
"Kok banyak?"
Winter mengangkat kedua bahunya.
"Terakhir, tengah malem gue denger suara orang nyapu pake sapu lidi. Suaranya jelas banget dari luar. Padahal kamar gue tuh paling belakang. Jadi harusnya kalaupun bener ada orang nyapu, gue nggak denger. Anehnya, ini suara bener-bener gue denger jelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Fanfiction[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -