"Habis dari mana lo?" tanya Hanbin pada Matthew yang baru saja pulang.
Meski diisi oleh laki-laki, kontrakan yang ditempati oleh Matthew dan Hanbin mempunyai jam malam yang harus dipatuhi.
Hal itu dimaksudkan agar tidak menyusahkan penghuni yang lainnya. Bukan apa-apa, penjaga kontrakan hanya bekerja sampai jam 10 malam. Selepas itu, kalau ada yang mau pulang malam harus ada yang menggantikan tugas penjaga kontrakan untuk menunggu penghuni terakhir pulang dan mengunci pintu gerbang.
Maklum, meski tergolong aman, akhir-akhir terjadi aksi pencurian yang sudah memakan beberapa korban. Salah satunya adalah penghuni rumah kontrakan sebelah yang kehilangan dua sepeda motor sekaligus.
Makanya, aturan jam malam akhir-akhir ini lebih ketat. Dan batas jam yang ditentukan oleh kontrakan mereka adalah jam 12 malam.
Selain itu, biasanya penghuni terakhir yang pulang lewat dari tengah malam pasti membawa oleh-oleh yang akan membuat repot Hanbin.
"Hehehe," bukannya menjawab, Matthew malah melemparkan senyum rasa bersalahnya pada Hanbin.
"Anjing, Bin! Bau banget!" ucap Hanbin sembari menutup indera penciumannya. "Jangan bilang lo tadi-"
"Ampun, Bang. Tadi pas balik gua diajakin main catur dulu sama bapak-bapak yang ronda. Karena nggak enak nolak, jadi gua nimbrung. Rencananya cuma sejam aja abis itu balik. Tahu-tahu udah jam satu aja."
"Di pos deket rumah kosong?"
"Ya di mana lagi? 'Kan, pos ronda adanya cuma di situ."
Rahang Hanbin mengeras. Sudah berkali-kali ia peringatkan kepada teman-teman satu kontrakannya untuk tidak mendekati area rumah kosong bekas tragedi pembunuhan sadis satu keluarga yang dilakukan oleh Si Kepala Rumah Tangga itu.
Bukan apa-apa, makhluk-makhluk astral yang menyerupai sang korban seringkali hinggap menempel di tubuh orang-orang yang berada di tempat kejadian perkara.
Termasuk pada Matthew yang bukan hanya bau anyir, menurut Hanbin, tapi juga diikuti oleh makhluk astral berpakaian serba putih dengan bekas bacokan di kepala yang menjadi berlubang sebelah.
Berusaha tak marah, Hanbin menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara kasar.
"Taro barang-barang lo di ruang tamu dulu. Abis itu lo mandi di kamar mandi luar. Kalau udah selesai, baru lo ambil barang lo dan masuk ke kamar."
"Ya elah, Bang. Mager. Besok aja ya mandinya?"
"Nggak bisa, Matthew. Lo mau kejadian kayak Gyuvin?" tanya Hanbin membuat Matthew menelan ludah kasar.
Tiga minggu yang lalu, Gyuvin nekat mengajak Yujin pergi ke rumah kosong tersebut untuk menguji apakah rumah kosong itu benar-benar seram atau tidak.
Mereka pergi dan pulang pada saat hari masih terang. Sayangnya, begitu pulang dari sana Gyuvin tidak mandi dan langsung masuk kamar begitu saja, berbeda dengan Yujin yang langsung mandi karena merasa gerah dan kotor.
Malamnya, secara tiba-tiba Gyuvin kesurupan dan mengamuk hingga melukai dirinya dan beberapa penghuni kontrakan.
Beruntung ada pemuka agama yang bisa mengobati Gyuvin.
Ya, meski bisa melihat dan merasakan kehadiran makhluk astral, Hanbin tidak bisa melakukan apa-apa ketika makhluk-makhluk tersebut menganggu ia dan orang-orang di sekitarnya.
Makanya yang bisa Hanbin lakukan hanya memperingati dan mencegah kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
"Fyi, yang nempel di badan lo sekarang lebih serem dari yang nempel di badan Gyuvin waktu itu," ucap Hanbin sembari melempar gembok dan kunci pintu gerbang kontrakan ke arah Matthew.
"Yaelah, Bang, temenin kek. Jangan ditinggal gitu aja."
"Males. Gua ngantuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
creepy 3.0
Fanfiction[BOOK ELEVEN] a horror one-shot collection book. Started: Monday, 02/01/2023 End: -