grandfather; 5 ➖ warisan

349 107 7
                                    

Shin Seungho berdecak kesal ketika alarm di atas meja nakas samping tempat tidurnya berbunyi.

Buru-buru ia membuka matanya, memposisikan tubuhnya menjadi duduk, lalu mengambil ponselnya untuk mematikan alarm tersebut.

Ia meregangkan persendian tubuhnya pelan agar tidak menyebabkan cedera.

Tidak seperti dulu, akhir-akhir ini ia selalu bangun tidur dalam keadaan lelah. Padahal jam tidurnya sudah seperti sebelum-sebelumnya, yaitu pukul 11 malam dan bangun pukul 7 pagi. Harusnya 8 jam cukup untuk jam tidur sehatnya.

Anehnya, sekarang-sekarang ini ia selalu merasa kelelahan seperti kurang tidur. Dan itu semua terjadi semenjak.....

TING NONG!

Tanpa beranjak dari tempat tidur, Seungho menoleh ke arah pintu kamarnya.

Ia tinggal di sebuah unit apartemen. Dan baru saja, bel apartemennya berbunyi.

TING! NONG!

Bel kembali berbunyi.

Seungho berdecak. Ia yang hanya memakai celana training panjang berwarna abu-abu tanpa atasan, langsung turun dari tempat tidur, lalu beranjak dan mengambil kaos hitamnya yang tersampir di kursi meja kerjanya.

Dengan cepat ia memakai kaos tersebut dan berjalan ke luar kamar.

SEEEEEEEET!

Pintu terbuka.

Seorang laki-laki paruh baya dengan seragam khas petugas keamanan gedung apartemennya kini berdiri di depan Seungho.

"Selamat pagi, Pak."

"Pagi. Kenapa ya, Pak?" tanya Seungho dengan kening yang mengerut.
 
 

Bukannya menjawab, petugas tersebut malah mengarahkan pandangannya ke arah dalam unit apartment Seungho. Seperti tengah mengecek sesuatu.
 
 

"Bapak sendiri?"

"Iya."

"Maksudnya tinggal sendiri?"

"Iya. Kenapa emang, Pak?" tanya Seungho lagi.

"Apa akhir-akhir bapak sering bawa tamu?"

"Hah? Enggak." Jawab Seungho lagi. "Bisa to the point aja nggak, Pak?"

"Hm, jadi begini, Pak. Akhir-akhir ini para penghuni di sekitar unit bapak sering mendengar suara keributan di malam hari. Dan suaranya sudah sampai ke tahap menganggu. Jadi-"

"Loh? Tapi saya tinggal sendiri, Pak. Bahkan, tiga hari belakangan ini saya nggak pulang karena harus menginap di lokasi syuting di luar kota. Baru semalem pulang."

"Oh, begitu. Pantes aja kemarin saya ke sini nggak ada yang buka."

"Emang ada suara keributan apa, Pak?" tanya Seungho lagi.

"Mereka bilang suara teriakan, suara cambukan, intinya suara gaduh, Pak."

"Aneh."

"Bapak ada kehilangan sesuatu? Takutnya ada perampok yang masuk ke rumah bapak."

"Sejauh ini nggak ada. Barang-barang saya juga sedikit karena jarang di unit. Bapak mau coba periksa?" tawar Seungho.

"Boleh, Pak?"
 
 

Seungho mengangguk. Kemudian mempersilahkan petugas keamanan tersebut untuk masuk ke dalam unitnya dan memeriksa keadaan di dalam.

Diikuti oleh Seungho yang juga mengikuti dari belakang.

Setiap sudut ruangan diperiksa. Pun oleh Seungho yang ingin mengecek apakah ada barangnya yang hilang atau tidak. Namun, hasilnya sesuai ekspektasi. Tidak ada satupun barangnya yang hilang.

Hingga ketika keduanya sampai di depan pintu kamar Seungho yang sedikit terbuka.
 
 

"Maaf, boleh saya periksa ke dalam, Pak?" ucap sang petugas keamanan meminta izin terlebih dahulu.

"Iya, silahkan, Pak," ucap Seungho yang masih turut mengikuti dari belakang.
 
 

Setiap sudut kembali diperiksa. Kamar mandi, bagian balkon, hingga sela-sela tirai yang ada.

Sampai....
 
 

"Loh? Bapak punya beginian juga?" tanya sang petugas keamanan yang menemukan sebuah benda unik di atas meja dekat jendela yang menjadi pemisah antara balkon dan kamar.

"Oh, iya. Itu dari kakek saya, Pak. Diturunin gitu."

"Hm, bapak tahu ini apa?"

Seungho menelan salivanya. Kemudian mengangguk.
 
 
 

Itu adalah benda yang diwariskan kepadanya, katanya itu bisa menjadi pegangan dan penjaga untuk dirinya.

Awalnya, Seungho tidak mau menerima itu. Namun, karena permintaan semua keluarga besarnya, ia terpaksa menerima benda tersebut. Di mana, tepat sehari setelah ia menerimanya, Sang Kakek yang mewariskan, meninggal dunia.
 
 

"Maaf kalau saya lancang, Pak. Apa waktu bapak pergi kemarin, benda ini dibawa?"

Seungho menggelengkan kepalanya.

"Saya tinggal di rumah, Pak. Kalau dibawa-bawa takut hilang."
 
 

Sang Petugas Keamanan tersebut mengangguk-anggukkan kepala sebagai jawaban.
 
 

"Lantas, sudah bapak kasih makan?"

"Hah? Makan? Itu, 'kan, benda mati? Kok kasih makan?" tanya Seungho bingung.

"Ah, saya tahu sekarang kenapa banyak laporan yang bilang kalau terjadi kegaduhan di unit bapak."

"Maksudnya, Pak?" tanya Seungho tak mengerti.

"Pegangan bapak ini, harus dimandikan dan diberi sesuatu sebagai makanannya. Bakaran dupa misalnya. Kalau enggak, nanti mereka akan ngamuk dan buat kegaduhan."

Seungho menelan salivanya.
 
 

Pantas saja tidak ada satupun orang dari semua sepupunya yang mau menerima warisan benda dari kakeknya ini.

creepy 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang