regrets; 7 ➖ wish to know more

195 47 0
                                    

"Jadi... bener pembunuhan?" tanya Anton pada Sohee.

Setelah polisi mengonfirmasi bahwa tetangga di samping unitnya itu adalah korban pembunuhan, Sohee langsung mendatangi pemilik kontrakan yang ia tempati.

Menawarkan dua opsi kepada Sang Pemilik, membiarkan ia pindah unit, yang jauh dari TKP, atau mengembalikan sisa dana yang ia bayarkan dan membiarkannya pindah.

Di mana Sohee sudah tahu pasti pilihan mana yang akan dipilih oleh Sang Pemilik. Ia tetap memberikan dua pilihan agar beliau mau membiarkannya pindah. Setidaknya pindah unit.

Dan ya. Cara itu berhasil.

"Pelakunya ketangkep?"

"Enggak," jawab Sohee lagi.

"Gua denger-denger, korban itu selingkuh ya? Terus selingkuhannya udah mati duluan, dan doi selanjutnya."

Sohee memandang Anton dengan pandangan menghakimi.

Tahu dari mana Anton ini?

"Bukannya harusnya yang dicurigai itu orang terdekat? Pasangannya mereka gitu? Siapa tahu mereka sakit hati terus bales dendamnya...begitu."

Sohee mengangkat kedua bahunya. "Au dah."

"Polisi harusnya nyelidikin lagi. Gimana sih???"

"Bukan nggak mau nyelidikin, Ton," ucap Sohee. "Korban itu bukan orang sini. Orang luar kota. Dan orang terdekat dia waktu itu ya lagi di kota asalnya. Bukan di sini. Alibi mereka kuat."

Karena tinggal bersebelahan, Sohee sempat ditanya-tanya sebagai saksi. Meski tak banyak memberi keterangan, ia sempat menguping beberapa obrolan para penyidik dan orang-orang yang juga ditanyai oleh polisi seperti dirinya.

"Emang pas hari kejadian lo nggak ngerasa ada yang aneh apa?"

"Aneh gimana?"

"Ya gitu, ada orang mencurigakan. Yang udah lama ngawasin misalnya."

Sohee mengangkat kedua bahunya. Anton ini lama-lama persis para petugas yang mewawancarainya tempo hari.

Membuat jengah.

"Pertama, penghuni sebelah gue itu jarang kelihatan. Pintunya tutupan mulu. Baru kebuka pas malem, itu juga cuma buat keluar masuk. Gua cuma pernah ketemu sekali. Dia kayak yang buru-buru mau pergi. Kedua, gua sibuk ya, anjeeeeng. Mana sempet ngurusin orang begitu. Balik kampus, harus part time, balik part time langsung tidur."

"Hadeh. Gua lupa lo apatis."

"Sialan," rutuk Sohee membalas ucapan Anton. "Eh, ngomong-ngomong, lo punya temen yang butuh kerjaan nggak?"

"Kenapa?" tanya Anton balik.

"Coffee shop tempat gue part time butuh barista baru."

"Lah? Bukannya kata lo dua minggu yang lalu baru dapet barista baru?"

"Iya. Cuma doi resign."

"Lah? Cepet amat. Belum ada sebulan. Nggak dapet gaji dong?"

"Iya, makanya diizinin sama bos gua. Toh lumayan kan dua minggu dapet karyawan gratis hahaha."

"Cih."

"Jadi, ada nggak temen lo yang nganggur?"

"Ya banyak. Tapi, nggak tahu dah butuh kerjaan apa enggak. Nanti deh gua tanyain."

"Oke."

"Tapi, serius dah. Kerja apaan dua minggu langsung resign? Jangan-jangan anak orang kaya gabut. Terus pas dia tahu capeknya kerja eh keluar."

"Bisa jadi, sih," balas Sohee. "Gadgetnya serba apple. Terus bawa mobil juga. Mana bagusan mobil dia ketimbang bos gua."

"Buset. Siapa, sih? Jadi penasaran. Anak kampus kita juga?"

"Bukan. Udah lulus kayaknya. Dapet kerjaan baru yang lebih bagus kali makanya langsung resign."

"Siapa emang? Siapa tahu gua kenal."

"Jung Sungchan. Kenal nggak?"

"Hm, enggak, sih."

creepy 3.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang