11

7.4K 833 45
                                    

Aku duduk terdiam menatap Finley yang sedang bermain bola voly dengan teman-temannya. Finley terlihat seperti pemain profesional karena dia terus mencetak points ke area lawan.

Finley tersenyum manis ke arahku setelah dia mencetak points sedangkan aku memilih mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Drrrtt

Ku rogoh ponselku di saku celanaku dan kulihat nama 'Renternir' muncul di layar ponselku.

Ngapain Asha menelfonku? Padahal aku sudah membuat Aera tidak berkutik lagi.

"Hallo".

"Where are you?"

"Jakarta. Apa ada masalah?"

"Aku butuh uang".

"Kirimkan saja nomer rekeningmu dan sebutkan saja nominalnya".

"Aku juga butuh tempat tinggal untuk sementara, bisakah kamu mencarikanku tempat yang aman?"

Otakku berfikir sejenak dan aku mengangguk "baik".

"Terimakasih banyak sudah membantuku".

"Kembali kasih".

"Oh ya....apa yang kamu lakukan ke Aera sampai dia tidak membantu organisasi Ferrour lagi?"

Bibirku tersungging tipis "aku tidak melakukan apa-apa. Hanya melakukan satu hal saja".

"Apa itu?"

"Mencuri alat mata iblisnya".

"WHAT THE FUCK!!".

Dahiku mengernyit bingung "kenapa?"

"Bagaimana bisa kamu mencurinya? Bukankah penjagaan di sana sangat ketat? Kenapa kamu masih bisa selamat?"

Apa dia meremehkan pemimpin pasukan khusus? Dia belum tau aja kalau aku ini pandai menyelinap seperti bajing lompat.

"Kamu tenang saja, aku akan memantau pergerakan Ferrour agar mereka tidak mengusikmu dan istrimu lagi".

"Jelaskan dulu bodoh..."

Kulirik Finley yang berjalan ke arahku dengan tatapan penuh curiga "tanya saja pada dokter Fla. Sudah dulu....ada nenek Sugianisedang berjalan menghampiri ku".

"Nenek Sugiani siapa sih?"

"Nanti kuhubungi lagi".

Klik

"Siapa?",tanya Finley saat aku memasukan ponselku kedalam saku celanaku.

"Temanku".

"Teman yang mana?"

Ku sodorkan botol air mineral padanya "minum".

"Terimakasih sayang".

"Hum".

Finley membuka tutup botol air mineral itu dan meminum airnya sampai habis. Kini dia mengambil handuk yang ada di samping tempat dudukku lalu mengusap keringat di dahinya.

"Apa kamu gak takut teman-teman mu curiga kalau aku ada disini menemanimu bermain bola volley?".

"Kenapa harus takut? Toh mereka sudah tau lama kalau kita punya hubungan. Jadi kamu tenang saja.... namamu tidak akan tercemar".

Kepalaku mengangguk-angguk dan Finley menarik tanganku untuk berdiri "yuk pulang".

"Kamu pulang saja sendiri. Aku masih ada urusan".

"Urusan apa sih sayang?"

"Urusan pribadi".

Ku dengar Finley menghela nafas pelan "akhir-akhir ini kamu sibuk terus lho. Padahal baru kemarin kamu balik dari Jogja tapi udah sibuk lagi. Kamu kan udah pensiun jadi artis, kenapa kamu masih sibuk?"

RETURN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang