23

7K 768 57
                                    

Kakiku melangkah kearah Fanya dan berdiri di depannya. Aku semakin mendekatkan wajahku ke wajahnya sampai membuat Fanya memundurkan wajahnya dan dia berujung berbaring di atas meja biliar dengan kakinya yang masih menyentuh lantai marmer.

Ku arahkan tongkat biliarku di antara kedua belahan payudara Fanya yang tertutup pakaian nya. Aku sedikit tersenyum saat melihat lengan putih mulus Fanya yang terekspos karena dia memakai pakaian jumpsuit dengan memiliki siluet off shoulder yang membuat bahunya yang putih bersih ikut terlihat.

Kulirik Fanya yang mulai memejamkan matanya saat aku mencondongkan tubuhku lebih kearahnya hingga kedua paha kami menempel.

Ku sodok bola itu dengan tongkat biliar yang bergerak di antara kedua belahan dadanya sampai bola nomor 8 itu masuk kedalam kantong meja dan kini hanya tersisa bola putih. Ku lirik Fanya yang mulai membuka kedua matanya.

Ku tatap lekat kedua matanya dan ku dekatkan wajahku ke wajahnya hingga aku bisa merasakan nafasnya menerpa wajahku "karena bagiku...kamu tidak seperti yang orang-orang katakan".

Aku mundur beberapa langkah dan meletakan tongkat biliar di atas meja biliar. Fanya kembali berdiri tegak dan ikut meletakan tongkat biliar nya di atas meja biliar "lalu apa pandangan mu tentang aku?"

"Kamu hanya perempuan yang ingin merasakan cinta, kamu ingin di cintai dengan tulus dan kamu akan memberikan semuanya untuk orang yang kamu cintai termasuk hidupmu sendiri. Oh ya satu lagi, tapi maaf nih ya....kamu menjadi tolol saat mencintai seseorang".

Kulihat wajah Fanya yang terlihat syok dan pandangan ku kini tertuju pada bibirnya yang merah merekah seperti warna buah apel "jadi ya.... bagiku tuh kamu orang baik dan kamu juga tidak ada kejelekan sedikit pun seperti yang orang-orang katakan".

"Kenapa kamu berfikir bahwa aku orang baik? Kamu belum tau siapa aku makanya kamu bisa berkata seperti itu", sahut Fanya dengan tegas.

Bibirku tersenyum tipis setelah mendengar ucapannya "kamu sudah tau rencana kami untuk menyelamatkan Om Bowo. Lalu kenapa kamu tidak memberikan penjagaan pada Om Bowo ? Kenapa kamu membiarkan Asha dan dokter Fla dengan mudahnya menyelamatkan Om Bowo? Bukankah seharusnya kamu malah menjebak Asha dan dokter Fla daripada memilih menemuiku? Seharusnya kamu bisa membunuh mereka dengan mudah bukan?"

"Itu membuktikan bahwa kamu sebenarnya masih punya hati dan kamu adalah orang baik", tambahku.

"Aku membiarkan mereka pergi membawa pria itu karena aku ingin menangkap Kiara juga. Gak etis banget kalau aku menangkap mereka tanpa Kiara".

Ku naikan sebelah alisku "benarkah".

Ku keluarkan ponselku dari saku blazerku. Kuperlihakan foto Fanya yang sedang berdiri di atas gedung saat dia sedang menatap kepergian Asha bersama Om Bowo dan dokter Fla menggunakan pesawat pribadi milik Mishall. Kulihat Fanya terlihat syok saat aku menunjukan foto itu "kamu dapat darimana foto itu?"

Kenapa dia malah bertanya soal hal yang gak pernting sih? Lagian aku ini cerdas dan jenius, jadi sangat mudah mendapatkan foto seperti ini.

Ku masukan kembali ponselku kedalam saku blazerku "see....kamu membiarkan mereka pergi. Bukankah seharusnya kamu menyuruh orangmu untuk menembak mereka? Kenapa kamu tidak menyuruh orangmu untuk menembak mereka? Pasti Kiara akan datang menghampiri mu tanpa rencana jika dia tau Asha mati ,karena sudah pasti Kiara tidak akan bisa hidup tanpa Asha. Dan kamu juga bisa membunuh Kiara dengan mudah tanpa harus mencarinya lagi".

Bibir Fanya hanya bungkam dan ku pegang dagunya saat dia mengalihkan pandangannya dari tatapanku yang tajam "kenapa? Apa kamu masih mencintai Asha? Apa cintamu masih mengalahkan dendammu?"

Fanya menepis tanganku dan dia hendak berjalan pergi namun aku menarik pergelangan tangannya hingga punggung nya menempel di tepi meja biliar.

Kedua tanganku mengunci tubuhnya dengan menempelkan kedua telapak tanganku di atas meja biliar sehingga Fanya tidak bisa bergerak lagi.

RETURN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang