30

4.9K 665 36
                                    

"Usahamu cukup bagus juga".

Deg

Ku lihat Fanya berdiri di depan pintu balkon kamarnya dengan memakai bathrobe saat aku baru saja berhasil memanjat balkon kamarnya. Aku menghela nafas kasar saat melihat nya tersenyum miring padaku sambil berpangku tangan.

Ku buka maskerku dan topiku saat Fanya terus menatap tajam ke arahku "ckk...kenapa aku ketahuan secepat ini sih? Setidaknya kamu pura-pura tidur dulu dan syok ketika kamu terbangun lalu melihat ku ada di kamarmu".

Kulepaskan sarung tanganku dan ku buang ke tempat sampah yang ada disini saat Fanya berjalan mendekatiku "aku penasaran....sebenarnya kamu yang terlalu hebat untuk menyusup ke dalam rumahku atau anak buahku yang terlalu tolol karena tidak berhasil menangkap tikus kecil seperti mu?"

"Kamu menyebutku tikus? Cih....aku ini bukan tikus sembarangan. Aku ini Jerry, kamu tau Jerry kan?"

"Benarkah? Lalu kenapa kamu bisa ketahuan olehku?"

"Ckkk, anggap saja kamu sedang beruntung".

Aku memilih duduk bersandar di sofa yang ada di balkon kamarnya dan mendongakan kepalaku ke atas untuk mengatur nafasku yang terasa berat karena usahaku memanjat dinding untuk menuju ke kamar Fanya.

"Kenapa kamu kemari? Bukankah lebih sopan jika kamu menemuiku secara resmi?"

"Secara resmi? Aku sudah menghubungi mu ratusan kali tapi kami tidak mengangkat nya".

Fanya nampak berfikir dan tersenyum tipis "ohh sorry. Tapi bukannya kamu bilang bahwa aku berbahaya? Kenapa kamu malah menemuiku?"

"Aku gak bilang seperti itu. Lagian yang bilang kamu berbahaya itu kan Asha, bukan aku".

Fanya mengangguk-angguk "lalu? Untuk apa kamu menemuiku seperti maling seperti ini?"

"Kenapa kamu membunuh Mateo? Kenapa kamu mendahului ku untuk membunuhnya?"

"Aku tidak membunuhnya".

Aku sontak menatap Fanya "kamu tidak membunuh nya?"

Fanya tersenyum tipis dan berdiri tepat di depanku "kamu tau aku seperti apa bukan? Aku memang suka membunuh tapi aku bukan type orang yang suka membunuh secara terang-terangan karena aku lebih suka membunuh orang secara perlahan-lahan. Lagipula akan sangat merepotkan kalau berurusan dengan pihak berwajib jika aku membunuh orang secara terang-terangan".

"Lalu siapa yang melakukan nya kalau bukan kamu?"

Fanya menaikan kedua bahu nya "mana aku tau. Bukankah kamu tau sendiri kalau mafia itu banyak musuhnya".

Benar....mafia banyak musuhnya. Belum tentu juga Fanya yang membunuhnya. Kenapa aku bisa langsung beransumsi kalau pembunuhan Mateo itu ulah Fanya? Dasar bodoh

Aku berdiri sambil memakai topi dan masker ku lagi "benar. Kalau begitu maaf sudah mengganggu waktumu....permisi".

Aku segera berjalan ke arah pagar dan bersiap untuk melompat ke bawah.

"Tunggu...."

Aku menoleh ke arah Fanya yang sedang tersenyum miring ke arahku "kamu pikir kamu akan bisa keluar dari sini dengan mudah?"

"Tentu saja, aku ini jalangkung. Datang tak di undang dan pulang tak di antar".

"Kalau begitu pergilah".

"Okey, thank you".

Aku segera melihat kebawah saat aku akan melompat namun aku melihat anak buah Fanya berkeliaran di bawah.

Sial...kenapa banyak sekali anak buahnya? Aku sih mampu menghadapi mereka tanpa senjata, tapi seluruh pasukan Fanya disini memakai senjata.

"Kenapa tidak melompat? Apa kamu takut ketinggian?"

RETURN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang