"Kenapa wajahmu malah memerah? Ayo ikut aku".
Kedua mataku berkedip pelan saat Fanya sudah kembali di depanku dan dia memegang pergelangan tanganku lalu membawaku berjalan menaiki anak tangga.
Ku tatap tangan Fanya yang kecil dan putih bersih bahkan tangannya benar-benar lembut saat memegang kulitku.
Jantung ku semakin berdebar tidak karuan saat kami memasuki sebuah kamar yang sangat besar.
Fanya kini mengunci pintu kamarnya dan dia berdiri didepanku saat tubuhku benar-benar kaku. Fanya memegang kedua pundakku yang sedikit terekspos dengan sedikit meremasnya.
Kenapa tubuhku terasa panas dingin seperti ini hanya karena sentuhan Fanya? Apakah aku masih sehat?
"Shanna...."
"Ya?"
"Kenapa kamu menyelamatkan ku?"
"Karena kamu ada dalam bahaya, jadi aku harus menyelamatkan mu".
Fanya menghela nafas pelan "kenapa? Bukankah partnermu akan bahagia jika dia mendengar aku mati?"
Dahiku mengernyit bingung "apa urusannya denganku? Lagian yang ada masalah kan kamu sama Asha, jadi aku tidak mau ikut campur urusan kalian. Aku hanya mau menyelamatkan mu karena aku tidak mau kamu kenapa-kenapa".
"Apa kamu menyelamatkan ku agar aku masih bisa membantumu menangkap 2 orang yang tersisa?"
Bibir ku tersenyum tipis "apa aku terlihat seburuk itu dimatamu? Dan apa aku terlihat seperti orang yang mudah memanfaatkan orang lain? Jika kamu berfikir seperti itu, lebih baik kerjasama kita cukup sampai disini saja. Aku akan membalaskan dendamku sendiri".
Fanya menghela nafas kasar "bukan seperti itu Shanna".
Ku naikan sebelah alisku "lalu seperti apa? Kalau ketulusanku kamu anggap seperti sebuah kejahatan lebih baik kita akhiri saja kerjasama kita. Toh keinginan mu dan keinginan ku untuk menangkap Bastian sudah tercapai maka sisanya biar aku sendiri yang menanganinya".
"Ahh jadi kamu ingin segera mengakhiri kerja sama kita agar kamu bisa bekerjasama kembali dengan Asha? Memangnya Asha bisa membantumu? Bukankah kamu meminta Asha untuk bersembunyi?"
Dahiku mengernyit bingung "kenapa kamu bisa tau kalau aku menyuruh Asha untuk bersembunyi?"
Tunggu dulu....
Kedua mataku menyipit saat melihat Fanya yang sedang menggigit bibir bawahnya "jangan-jangan kamu menyadap ponselku?"
Fanya mengalihkan pandangannya ke arah lain dan berjalan pergi menuju ke arah balkon kamarnya. Aku segera menyusulnya saat dia sudah duduk menyilangkan kakinya di balkon kamarnya.
"Kamu menyadap ponselku?",tanyaku lagi pada Fanya dan aku duduk di samping nya.
"Memangnya ada yang salah kalau aku menyadapmu? Bukankah kita harus waspada pada orang yang tiba-tiba baik pada kita?"
"Wtf.... sebenarnya apa sih yang ada di pikiranmu? Kamu pikir aku berbahaya untukmu hah?"
"Aku tidak berfikir seperti itu. Aku hanya berfikir kalau Asha menyuruhmu untuk mendekatiku agar kamu bisa membunuhku. Tapi kenyataannya berbeda dengan yang aku fikirkan",sahut Fanya.
Fanya berdiri didepanku dan menatap kedua mataku dengan lekat "kenapa kamu membelaku di depan Asha?"
"Aku tidak membelamu karena memang kenyataan nya kalau kamu tidak seperti yang Asha pikirkan".
Fanya menggelengkan kepalanya dengan pelan "tidak Shanna, kamu salah. Semua yang Asha bilang padamu adalah fakta yang sebenarnya. Kamu tidak akan tau apa yang ada di pikiranku, karena aku tidak seperti yang kamu pikirkan".
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN (Completed)
RomanceAku hidup kembali? What the hell.... Kenapa aku bisa hidup kembali di tubuh orang lain? Apa ini termasuk reinkarnasi? Dan apa kalian percaya sebuah kehidupan setelah mati? GXG AREA 21++ *HANYA CERITA FIKSI MOHON MAAF JIKA ADA PERSAMAAN NAMA, TEMPAT...