28

5.7K 718 38
                                    

Hallstatt, Austria

Aku dan Finley duduk di tepi danau Hallstatt, kedua mataku fokus menatap pegunungan Dachstein yang mengelilingi danau Hallstatt .

Ku rangkul dengan erat lengan Finley dan ku sandarkan kepalaku di lengannya. Kurasakan kecupan lembut di pucuk kepalaku saat aku fokus menatap air danau.

Jari jemari Finley memegang daguku dan mengangkat daguku ke atas yang membuatku kini menatap wajahnya.

Finley membelai pipiku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu mengecup bibirku dengan lembut.

Ku buka mulutku sambil memejamkan kedua mataku saat dia melumat bibir bawahku dan bibir atasku secara bergantian.

Ku balas ciumannya dengan menggigit pelan bibir bawahnya dan menghisap bibir bawahnya.

Ku sentuh rahang Finley saat aku sedang mengulum lidahnya dan Finley kini melumat bibir bawahku lalu lidahnya masuk kedalam mulutku untuk membelit lidahku.

Ku dengar nafas Finley semakin berat dan Finley melepaskan ciumanku saat aku sedang mengulum bibir bawahnya. Aku sontak membuka kedua mataku dengan perlahan saat ciuman kami terlepas.

Wajah Finley benar-benar memerah dan dia masih memejamkan kedua matanya sambil memegang dadanya.

Aku rasa Finley sedang menetralisir gairahnya karena suara nafasnya seperti yang aku dengar saat dia dan Shanna yang asli sedang melakukan hubungan istri-istri.

Aku gak tau kenapa Finley selalu nafsuan saat bersamaku dan dia selalu menyerangku terlebih dulu, bahkan dia tidak peduli dengan sekitarnya saat dia menciumku.

Intinya dia selalu menciumku setiap detik, menit dan jam jika ada kesempatan. Apa dulu Finley juga nafsuan seperti ini saat bersama Shanna yang asli?

"Are you ok?",tanyaku sambil memegang pipinya dengan lembut.

Finley membuka kedua matanya dan mengangguk pelan.

Kini Finley berbaring dan menjadikan kedua pahaku sebagai alas kepalanya. Aku menunduk dan tersenyum manis ke arah Finley sambil membelai wajahnya "capek banget ya?"

"Enggak kok sayang".

"Bohong. Kamu pasti kecapekan karena kamu langsung mengajakku berlibur ke LN setelah kamu kembali dari LN".

"Beneran deh. Aku tuh gak capek sayang".

Ku tatap kembali air danau dan kulihat ada beberapa orang yang sedang memancing di pinggir danau.

"Sayang".

"Hum?"

"Aku suka tempat yang sepi, tenang, dan gak ramai seperti ini".

"Apa kamu mau kita tinggal disini? Aku bisa membeli rumah disini untukmu jika kamu ingin tinggal disini".

Aku menunduk dan menatap wajah cantik Finley "apa kamu serius?"

Finley mengangguk mantap "tentu saja aku serius. Lagipula aku juga suka pemandangan di sini dan aku juga ingin menghabiskan waktuku bersamamu disini tanpa harus adanya pengganggu".

"Memangnya ada yang mengganggu kita?"

"Ada lah".

Dahiku mengernyit bingung "siapa?"

"Penggemar mu".

Penggemarku? Apa dia cemburu dengan penggemar ku sendiri?

Bibirku tersenyum tipis saat melihat wajah cemberut Finley.

"Kalau disini kan tidak ada yang mengenalmu, jadi aku senang karena kita bisa menikmati liburan kita di tempat umum dan kita juga bisa makan di restoran-restoran yang enak dengan tenang".

Benar....disini memang tidak ada yang mengenalku karena aku hanya artis lokal. Beda cerita sih jika Selena Gomez yang kemari, karena pasti penduduk asli disini mengenal Selena Gomez.

"Kamu mau kan sayang menghabiskan waktu bersamaku sampai akhir hayat kita?"

Tidak ada yang bisa menolak permintaan Finley. Dimana lagi ada perempuan yang secantik Finley untuk memintaku menghabiskan waktu sampai akhir hayat secara gratis? Bahkan Finley lah yang mengeluarkan biaya kita untuk keliling Eropa selama 6 hari.

Di bucinin itu emang enak. Gak bakalan sakit hati dan pasti akan selalu di prioritaskan.

"Tentu saja aku mau sayang, karena hanya orang bodoh yang menolak permintaanmu".

Finley tersenyum manis dan memeluk perutku untuk menenggelamkan wajahnya di perutku. Aku memilih kembali menatap pegunungan Dachstein yang sangat indah.

Disini adalah tempat yang tepat untuk menghabiskan waktu, apalagi disini jauh dari hiruk-pikuk perkotaan dan disini juga udaranya sangat segar.

Ya.... aku sudah memutuskan bahwa aku akan tinggal disini setelah misi balas dendamku selesai.

Ku belai rambut panjang Finley dengan lembut "sayang".

"Hum".

"Apa setelah ini kita akan kembali ke Jakarta?"

"Apa kamu masih ingin keliling Eropa lagi hum?"

"Memangnya kita harus keliling kemana lagi? Sudah 6 hari kita mengelilingi Eropa".

"Tapi kita belum ke Inggris".

Benar. Aku dan Finley belum ke Inggris karena kita baru traveling di Republik Ceko, Portugal, Belanda, dan terakhir ya negara yang sedang kami kunjungi ini.

"Gak usah deh sayang, kita balik aja dulu ke Jakarta".

"Kenapa? Bukannya kamu pengen tinggal disini?",tanya Finley.

"Aku mendadak pengen pulang ke Jakarta buat makan ayam geprek".

Finley mengulum senyumnya dan dia mengangguk pelan "okey deh, kita balik dulu ke Jakarta. Lain kali kita bisa keliling Eropa lagi buat honeymoon kita yang sempat tertunda".

"Maaf ya", ucapku pelan.

"Gak papa sayang. Aku ngerti kok dan aku juga udah seneng banget liburan berdua sama kamu. Lagipula aku juga gak bisa ninggalin kerjaan aku lama-lama. Nanti kita liburan bareng lagi, okey".

Aku jadi merasa bersalah karena sudah membohongi Finley. Finley terlihat tulus banget melayani semua kebutuhan ku selama perjalanan kita tapi aku malah membohongi nya kalau aku sedang menstruasi saat dia hendak menyentuhku.

"Aku benar-benar minta maaf, kita jadi gak bisa honeymoon karena aku sedang.....".

"Sstttt udah sayang....gak papa kok".

Ku kecup lembut bibir Finley dan terakhir aku mengecup dahinya. Finley tersenyum manis dan menarik tengkukku untuk mengecup bibirku lagi.

Kami kembali berciuman di tengah angin yang menerpa tubuh kami. Dan ciuman kita saat ini benar-benar menghangatkan tubuhku di tengah udara yang lumayan dingin disini.

Ku lepaskan ciumanku dan ku sentuh permukaan bibirnya dengan lembut "balik ke hotel yuk sayang. Aku laper".

"Okey babe".

Finley berdiri dan menarikku untuk berdiri lalu kami berjalan menuju sepeda kami yang terparkir di pinggir danau.

Sepeda yang kami sewa memiliki 2 kayuhan dan Finley duduk di depan sedangkan aku duduk di belakang.

"Siap?", tanya Finley sambil menoleh ke arahku.

"Siap"

"Goooo....."

Finley mengayuh sepeda dan aku ikut mengayuh sepeda saat sepeda ini mulai berjalan. Sepeda yang kami kayuh terus berjalan menuju hotel yang kami sewa sebelum nya.

Kedua mataku berkedip pelan saat melihat rambut panjang Finley yang berkibar terkena angin, dan sialnya hal itu membuat Finley semakin terlihat cantik.

Aku menggeleng cepat dan memilih melihat sekeliling ku daripada mendalami kecantikan Finley.

Gak....aku gak boleh menaruh perasaan pada Finley. Finley itu kekasih Shanna yang asli, bukan kekasihku. Dan Finley juga bucinnya ke Shanna, bukan ke aku. So, aku harus sadar diri sebelum mempunyai perasaan lebih pada kekasih pemilik tubuh ini.

Voted?
Komen?

RETURN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang