Happy reading~
Jangan lupa kasih bintang ya ⭐ dan komentar juga.
••••
“Gue mau kayak Kakek dan Nenek. Meski mereka sudah nggak ada, tapi sosoknya masih terkenang dengan baik di ingatan.”
Saguna Damarlangit
••••
Kala ku pandang kerlip bintang nan jauh di sana.
Sayup kudengar melodi cinta yang menggema.
Terasa kembali gelora jiwa mudaku.
Karena tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut.
Suara musik dari sebuah radio butut sudah hampir setengah jam menemani sore hari yang sedikit mendung di kediaman Andreas. Genre dangdut kebanggaan warga +62 itu, memanglah kegemaran ayah tiga anak ini. Mendengarkan musik sembari mengopi dan menemani kucing peliharaan putri sulungnya bermain sudah jadi rutinitas sorenya.
Irama kopi dangdut yang ceria.
Menyengat hati menjadi gairah.
Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu.
Alunan lagu itu memancing Saguna yang sedang ada di kamar mandi untuk ikut bernyanyi. Tidak penting suara sumbangnya itu akan mengganggu orang sekitar. Cowok itu tetap melantunkan lirik-lirik kopi dangdut sembari membersihkan diri. Ia punya selera yang sama dengan sang ayah.
“Bang Guna kecilin suaranya!” dari luar seorang gadis berambut panjang sepunggung menggedor-gedor pintu kamar mandi, “Berisik!”
Suara yang sesekali Saguna keraskan bak roker papan atas itu sangat mengganggu adiknya. Apa lagi letak kamar tidur yang bersebelahan dengan kamar mandi tanpa permisi mengusik ketenangan gadis yang masih duduk di sekolah menengah pertama ini.
Yesha berkacak pinggang. Wajahnya tertekuk jengkel, “Mending kalau suaranya bagus. Ini yang ada merusak gendang telinga gue.”
“Api asmara yang dahulu pernah membaraaaagkh~”
“Abaaaang! Berhenti!” Yesha terus menggedor pintu itu hingga tubuhnya terhuyung masuk ke dalam kamar mandi saat Saguna membuka pintu itu tanpa aba-aba terlebih dulu.
“Ish!” Saguna mendorong tubuh adiknya keluar, “apaan sih lo ganggu aja! Nggak lihat gue lagi mandi?”
Cowok yang hanya dililitkan handuk pada pinggang itu tidak terima dengan suara gaduh yang Yesha perbuat dari tadi.
“Suara Abang yang ganggu telinga sampek terdengar ke kamar Yesha tau! Mending kalau suaranya merdu. Ini seperti suara mesin pemotong keramik.”
Mulut Saguna terbuka sedikit. Ia tidak terima sangat diremehkan oleh si bungsu, “Suara gue nggak separah itu. Lo nggak tau aja dengan suara ini gue hampir aja direkrut sebagai vokalis band di sekolah.”
“Syukur deh, baru hampir. Pasti gurunya sadar kalau suara Abang bisa membubarkan penonton,” ucap Yesha disertai tawa geli. Ia terbayang ketika kakak laki-lakinya itu mulai membuka mulut semua orang langsung berlarian pergi.
Saguna melongo tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
“Lo ya... habis kesabaran gue. Rasakan serangan dari gue... Hiyaaakkk!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Novela Juvenil"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...