18. Sakit ✔️

116 9 0
                                    

Happy Reading~

Jangan lupa kasih bintang ⭐ untuk saguna ya teman-teman ^^


Terima kasih 🙏💕


••••

“Kapan-kapan main ke tempat Bapakku dagang ya, Dan!”

Dania mengangguki ajakan Laya. Mereka sedang berjalan menyusuri koridor dari kamar mandi setelah selesai berganti pakaian. Baru saja sepuluh menit yang lalu kelas 11 IPS 2 menyelesaikan pelajaran olahraga. Sekarang semua murid sedang beristirahat.

“Kalau bisa keluar malam. Nanti aku mampir ke sana. Dari Braga ke mana lagi?” tanya Dania memastikan lokasi tempat berjualan orang tua Laya.

“Di persimpangan belok ke kanan. Itu ada benner gede tulisannya Roti Bakar Maknyus.” Laya sampai menggerakkan tangan memperagakan seberapa besar benner itu.

Oke, kalau nyasar gue telpon lo aja ya.”

Laya mengangguki, “Iya, telpon aja. Aku selalu ada di sana dari jam 5 sore sampai warung tutup kok.”

“Heh, cewek gatel!”

Tiba-tiba saja Bianca datang bersama teman-temannya. Ia mendorong bahu Dania sampai gadis dengan rambut kuncir kuda itu terhuyung ke belakang.

Dania yang terkejut merespons dengan membulatkan mata, “Lo kenapa? Dateng-dateng ganggu orang.”

“Nggak usah sok keras lo kalau aslinya menye-menye dan gatel juga.” Bianca berkaca pinggang, “gue udah muak dengan tingkah lo yang caper ke Saguna. Lo pakek pelet apa biar bisa pacaran sama Saguna, hah?”

Sekarang Dania mengerti. Cewek di hadapannya itu cemburu.

Dania maju selangkah. Ia tersenyum tipis pada Bianca, sedangkan Bianca menatap penuh kebingungan, “Bukan urusan lo. Kenapa? Lo kalah saing ya?”

Melihat smick yang Dania tunjukan berhasil membuat Bianca naik pitam. Tanpa pikir panjang Bianca menarik rambut Dania.

“Aaaa gue benci sama lo!” teriak Bianca memancing orang-orang untuk melihat ke arahnya.

“Sakit!” Dania merintih, sedangkan Laya kebingungan harus apa.

Hal hasil Dania membalas Bianca dengan menarik rambutnya juga. Ia sampai tidak peduli dengan baju olahraga yang terjatuh dan terinjak-injak.

“Seru nih,” ujar Jessy dalam hati.

“Bantai, Bi!” Ina yang berdiri di sebelah Jessy terlihat bersemangat untuk memanas-manasi, “jangan kasih ampun!”

Laya berusaha memisahkan mereka. Namun, ia tidak bisa melakukannya. Mereka terlalu rusuh hingga Laya sampai terjatuh ke samping.

Siswa-siswi yang berkerumun untuk menonton tidak ada satu pun yang memisahkan dua gadis itu. Mereka membuat aksi Bianca dan Dania seperti pertandingan tinju. Masing-masing memiliki jagoan. Bahkan ada yang sempat-sempatnya bertaruh dengan uang.

“Ada apa ya? Kok rame banget?” tanya Darel yang melihat kerumunan murid tidak jauh dari tempatnya berdiri.

“Kayaknya ada yang berantem,” ujar Jarvis yang berusaha mencari cela dari kejauhan untuk melihat pelaku, “perasaan gue nggak enak.”

Jarvis menoleh pada Saguna yang ada di sampingnya, “Kayaknya itu cewek lo, Gun yang gelut.”

Mata Saguna membulat, “Serius lo?”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang