14. Sebuah Bukti ✔️

74 8 3
                                    

Happy Reading~

Jangan lupa beri Saguna bintang ⭐⭐ agar aku semangat nulisnya 🥰

Terima kasih sudah membaca karya aku 🙏❤

••••




Sepuluh jari itu bergerak lincah di atas keyboard. Tombol-tombol yang di tekan menjadikan sebuah kalimat di layar monitor. Seorang wanita sedang sibuk dengan pekerjaan di laptopnya. Ia merevisi hasil pekerjaan yang sempat mendapatkan kritik dari atasan.

Ponsel yang tergeletak di sebelah kiri tiba-tiba berdering. Ia melirik layar benda persegi yang menyala itu. Ada  tiga pesan masuk sekaligus dari kontak bernama Amelia.

Wanita ini menghentikan pekerjaan sementara setelah 30 menit berkutik di depan layar laptop.

“Kebetulan sekali. Semoga hasilnya nggak seperti dugaan saya.” Ternyata sosok Amelia memang sudah ditunggu-tunggu oleh wanita paruh baya ini.

Ia lekas meraih ponsel itu dan membuka pesan dari salah satu aplikasi handphone-nya.


Amelia

Selamat malam, Bu Nami. Maaf mengganggu. Saya ingin menginfokan hasil penyelidikan selama seminggu ke belakang.

(Mengirim foto)

Dari foto yang saya dapat kalau wanita berbaju putih itu bukanlah karyawan dari Pak Gunawan. Saya belum tau banyak tentang wanita itu, tapi saya yakinkan kalau mereka memang mempunyai hubungan spesial.

Saya akan kirimkan video singkat interaksi Pak Gunawan dan wanita ini, Bu.

(Mengirim video)

Nami sangat terpukul setelah membaca pesan detektif yang disewanya. Belum lagi ia melihat foto sang suami yang sedang makan bersama wanita lain. Nami tidak mengira kalau Gunawan tega menghianati cinta mereka.

Air bening mulai membuat pandangan Nami buram. Namun, ibu jarinya tetap menekan file video yang dikirim Amelia. Akhirnya, air mata Nami tumpah membasahi pipi cubby-nya.

Begitu sakit yang Nami rasakan sekarang. Video itu menunjukkan kemesraan suaminya dengan sang wanita selingkuhan. Nami sudah lama tidak mendapat perhatian itu dari Gunawan, tetapi ayah satu anak itu malah memberikannya kepada orang lain sekarang.

Nami membungkam mulut sendiri agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Dania dan pembantu rumah tangganya. Namun, Nami terlambat. Mbok Sri sudah melihat Nami menangis dari awal melihat pesan di ponsel.

Mbok Sri mengintip dari balik tembok. Ia bingung hal apa yang membuat majikannya itu menangis.

“Kamu jahat, Kang. Apa salah saya sampek ini balasan kamu?” tanya Nami membatin.

Nami, menyimpan ponsel, menutup laptop dan membereskan kertas laporan pekerjaannya. Ia juga mengusap kasar pipi yang basah, kemudian segera meninggalkan ruang tengah. Mbok Sri lekas bersembunyi saat Nami berdiri.

 

•••

 


Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang