3. Murid Baru ✔️

122 10 0
                                    

Happy Reading~


••••


Saguna memutar-mutar sebuah gantungan kunci di jari telunjuknya sembari berjalan keluar dari rumah, sedangkan tangan yang lain menjinjing helm.

Cowok itu menaiki skuter matic milik kakak perempuannya. Namun, saat ingin memasang helm ia dikejutkan dengan kedatangan sang adik yang langsung duduk di jok belakang.

“Abang mau ke mana? Yesha ikut ya.”

Guna melirik sebal adiknya dari spion motor. Ia melanjutkan untuk memasang pelindung kepala itu, “Cuma mau beli sate padang sebentar di depan.”

“Ih, makan sate sendirian aja. Yesha ikut-lah. Yesha juga mau sate padang.” Gadis yang menggunakan kaus biru dan rok sebatas lutut itu memeluk pinggang Saguna.

“Gue belinya buat sekeluarga kok. Lo juga nanti kebagian. Jadi, mending lo tunggu di rumah aja. Belajar sono!”

Yesha menggeleng, “Yesha tetap mau ikut!”

Saguna menghela napas, “Ya udah ambil helm sana! Nanti kena tilang kalau lo nggak pakai helm.”

“Janji nggak ninggalin?” Yesha kini kurang percaya dengan kakak keduanya ini karena sering sekali dibohongi, “nanti Yesha ke dalam Abang kabur.”

“Iya janji! Gue nggak akan ninggalin lo. Kalau gue ninggalin lo gue bakal celaka di jalan.”

Yesha akhirnya percaya, lantas ia turun dan berlari ke dalam rumah. Sembari menunggu Saguna menghidupkan terlebih dulu mesin motornya. Mendengar suara knalpot motor berbunyi Yesha dengan cepat pula berlari keluar dan duduk kembali di boncengan.

“Abang mau ninggalin Yesha ‘kan?” Gadis itu memasang helmnya.

“Astagfirullah, suudzon aja lo. Gue manasin motor dulu sambil nunggu lo.”

Yesha cengengesan saat mengetahui tuduhannya itu tidaklah benar. Saguna masih menunggunya. Sekarang sepasang kakak-adik itu melaju pergi meninggalkan rumah mereka.

Angin malam menerpa tubuh mereka. Untungnya Saguna menggunakan jaket tebal untuk melindungi tubuhnya, sedangkan Yesha tidak memakai pakaian tebal.

“Lo nggak pakek jaket?” teriak Saguna.

“Hah?”

“NGGAK PAKEK JAKET?”

Yesha menatap tubuhnya yang terbalut kaus lengan pendek. Ia mendekatkan wajah ke samping telinga sang kakak.

“Nggak, Yesha lupa ambil jaket. Yesha nggak apa-apa kok. Nggak kedinginan juga,” jelas Yesha yang tahu ke mana jalan pikiran kakaknya.

Motor terus melaju di jalanan yang mulai ramai. Malam ini bintang di langit banyak bertaburan. Yesha suka sekali pemandangan langit seperti sekarang. Begitu juga dengan Saguna yang sangat mencintai benda-benda di langit, tetapi kini ia lebih fokus menatap jalanan di depan.

“Bang boleh nanya nggak?”

“Apa?”

“Kak Darel itu buat apa sih sering pinjam motor Abang? Bukannya dia punya motor juga.”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang