39. Rumah Mada

93 3 0
                                    

Jangan lupa supportnya, kasih aku bintang  ⭐ dan komentar kalian. Boleh kritik dan saran juga.

Happy Reading~

••••




“Maafin gue ya, Gun. Lo memang nggak pantes buat gue. Orang kayak lo bisa dapetin yang lebih baik dari gue,” ujar Dania yang berbicara sendirian sembari menatap sepasang jepit rambut di tangannya.

“Dania sudah pulang, Mbok?”

Dania menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara Nami yang baru saja sampai di rumah. Gadis itu bergegas menyimpan benda pemberian Saguna, kemudian berlari keluar dari kamar.

Hari ini sidang pertama kedua orang tuanya. Dania tidak bisa hadir karena harus bersekolah. Nami tidak mengizinkannya untuk libur. Katanya, Dania bisa datang lain kali.

“Gimana sama sidang pertamanya, Ma?” tanya Dania ketika sampai di depan sang ibu.

Nami melepas blazer yang masih melekat di tubuh, “Papamu menyebalkan. Dia selalu menyalahkan Mama atas hal perselingkuhannya.”

Dania menjatuhkan tubuh ke atas sofa. Ia duduk bersandar setelah menghela napas panjang.

“Papa kenapa seegois itu?” gumam Dania yang masih terdengar oleh Nami.

“Parahnya, Papamu terang-terangan untuk segera menikahi selingkuhannya. Ia pingin persidangan ini cepat selesai.”

Kalau seperti ini tidak ada harapan untuk Dania menyatukan keluarganya lagi. Sebenarnya, ia sama marahnya dengan sang ibu. Namun, bagaimana pun Gunawan itu ayah kandungnya. Bisa saja ia memaafkan kalau ayahnya itu meminta maaf dengan tulus kepada mereka berdua.

“Memang sudah benar Mama menceraikan papamu itu.” Nami meraih gelas berisi air putih yang baru Mbok Sri letakkan di meja.

“Apa tugas sekolah sudah kamu kerjakan, Dan?” Dania tidak menjawab pertanyaan ibunya, “Dania... Kamu melamun?”

Mata Dania mengerjap saat kesadarannya kembali penuh. Ia sampai melamun memikirkan rumah tangga orang tuanya.

“Kamu mikirin apa? Oh iya, gimana dengan si biang kerok itu? Sudah kamu putuskan?”

Dania mengangguk, meski sebenarnya ia masih berhubungan dengan Rigo. Ia tidak bisa memutuskan Rigo begitu saja. Dania harus menyusun rencana agar tidak mengancam rahasianya.

“Bagus.” Nami lantas berdiri setelah mengemasi barang-barangnya, “Mama ke kamar dulu. Mau bersih-bersih. Habis ini kita makan malam bersama ya! Mama sudah bilang sama Mbok Sri.”

Nami mengusap kepala Dania sembari melintasi gadis itu. Rasa hangat merambat naik ke dada Dania. Jarang sekali sang ibu memberi perhatian kepadanya.

 

•••

 

Saguna menatap pil terakhir yang akan ia telan. Setelah meneguk air putih cowok itu lekas menyimpan obat-obatan ke dalam lemari kecil dan menguncinya.

Ia juga menutup gelas dan menggesernya ke pojok meja. Lanjut Saguna mengeluarkan buku pelajaran. Ia akan mencoba mengulang materi tadi siang. Ujian semester sebentar lagi, Saguna harus lebih sering belajar agar bisa memperoleh nilai bagus. Meski ia tidak yakin juga tentang nilai yang bagus.

Suara pintu yang diketuk dari luar kamar membuat konsentrasi Saguna pecah, “Ibun boleh masuk, Gun?”

“Boleh, Bun. Masuk aja!”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang