20. Tiba-Tiba Pingsan ✔️

129 12 4
                                    

Happy Reading~

Jangan lupa kasih bintang ⭐ untuk Saguna 🥰

Terima kasih 🙏💕


••••


Dania mengurai sebuah senyum di bibir ketika selesai menguncir rambut. Ia menghela napas sembari masih menatap kaca besar di depannya.

Hari baru datang lagi. Dania ingin hari ini tidak ada yang membuat mood-nya buruk. Ia hanya ingin menjalani hari-hari dengan santai. Ia sudah lelah dengan semua masalah yang datang silih berganti.

Gadis beralmamater SMA Tanubrata itu, lantas mengambil ransel dan melangkah keluar dari kamar.

"Pagi, Ma!" sapa Dania ketika melihat sang ibu sudah lebih dulu sarapan.

Nami tersenyum hangat, "Pagi sayang. Bagaimana tidur semalam. Apa nyenyak?"

Dahi Dania berkerut jelas, "Tumben Mama seperhatian ini? Biasanya nggak pernah nanya detail begitu." Ia duduk di kursinya setelah menciduk nasi goreng dan meletakkan ke piring.

Nami tertawa kecil. Memang ini bukanlah Nami banget. Jauh dari yang dulu. Namun, saat mendengar cerita dari Mbok Sri kalau Dania sudah mempunyai pengganti Rigo, Nami sadar kalau ia sudah ketinggalan jauh tentang anaknya sendiri. Ia seperti tidak mengenali Dania.

Nami rasa ia akan perlahan berubah. Semoga saja saat Nami kembali lebih baik menjadi seorang ibu. Dania bisa sangat bahagia. Setidaknya, itu harapan wanita satu anak ini.

"Bukannya ini wajar? Mama cuma pingin tau apa yang anak Mama rasakan."

Dania masih merasa aneh, tetapi ia tetap mengangguk saja. "Dania tidur nyenyak banget, Ma."

"Sudah itu saja? Kamu tidak bermimpi?" Nami menyuap nasi gorengnya saat selesai bertanya lagi.

Dania menggeleng dengan senyuman canggung, "Dania nggak tau pasti apa bermimpi atau nggak."

"Begitu." Nami menganguk paham. Wanita ber-blazer ini merapikan alat makannya. Ia meneguk secangkir teh yang telah Mbok Sri siapkan tadi, "kalau begitu cepat habiskan makanan kamu. Mama sekalian akan antarkan kamu ke sekolah."

Dania merasa makin aneh, "Memang Mama nggak bekerja?"

"Bekarja. Hanya saja Mama mau sekalian antar kamu."

"Kantor Mama sama Dania 'kan beda arah."

"Tadinya Mama mau kasih tau nanti saja, tapi karena kamu sudah bertanya Mama akan jelaskan. Jadi, Mama akan ke luar kota untuk beberapa hari mengurus pekerjaan. Karena kebetulan searah dengan sekolah kamu mengapa kita nggak pergi bareng?"

"Jadi Mama mau ninggalin Dania?" sekarang Dania mengerti mengapa ibunya sangat manis pagi ini. Ternyata agar bisa mendapatkan izin dengan mudah dari Dania. Namun, seingat Dania izin darinya itu tidak penting. Meski dilarang ibunya itu pasti pergi.

"Maaf ya, sayang. Mama dapet tugas keluar kota. Mama pikir bonus dari hasil kerja itu lumayan untuk kebutuhan kita. Cuma 4 hari kok. Kamu tidak sendirian masih ada Mbok Sri di rumah ini."

Dania menatap ke arah makanan di hadapannya, "Ya udah pergi aja, Ma. Lagi pula selama ini Mama nggak pernah izin."

"Kok kamu ngomongnya gitu? Sekarang posisinya beda loh, Dan. Mama bukan jadi ibu saja buat kamu, tapi juga ayah. Kita perlu uang untuk hidup." Nami menunduk sedih, "Mama juga ingin memperbaiki semua yang telah rusak selama ini. Mama harap kamu paham dan kita bisa kembali dekat seperti dulu."

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang