29. Makan Malam Bersama Papa ✔️

92 10 4
                                    

Happy Reading guys!

Jangan lupa tinggalkan bintang ⭐ untuk saguna ^^


Terima kasih sudah membaca ❤🌹



••••


Seburuk apapun sikap mama, tetapi tetap mama yang akan gue pilih untuk jadi sosok ibu dihidup gue.

Dania Shadira



••••



Dania membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Nami yang sedang sarapan bersama Dania melirik ke arah sang putri. Ia tidak menyukai kebiasaan Dania yang bermain smart phone saat makan.

"Simpan dulu HP-nya Dania!" perintah Nami dengan tegas, "selesai makan baru boleh main HP."

Gadis yang merasa terkena teguran itu menoleh ke sang ibu. Air mukanya menampakkan kecemasan.

"Ini pesan dari Papa, Ma."

Seketika mimik wajah Nami juga berubah. Ia memang masih sangat membenci mantan suami yang belum sah bercerai dengannya itu. Namun, kalau hanya bertukar pesan dengan sang anak, Nami sebenarnya tidak terlalu masalah. Setelah melihat ekspresi Dania, wanita ini mulai tidak tenang.

"Apa kata Papamu?"

"Papa mau ajak Dania makan malam bersama hari ini. Boleh 'kan, Ma?" Dania menggigit bibir bawahnya, "harapan Dania, Mama juga ikut."

"Buat apa? Bukannya cuma kamu yang diajak Papa?"

"Dania mau kita kumpul lagi, Ma." sepasang mata teduh itu menatap Nami. Namun, Nami membuang muka agar tidak terayu bujukan putrinya.

"Dari dulu kita memang jarang berkumpul. Kalau kamu mau pergi silakan pergi saja. Mama tidak ikut." Nami menyuap kembali sarapannya.

Dania menghela napas, padahal kalau ibunya itu mau untuk ikut makan malam bersama ini menjadi kesempatan untuk Dania membuat hubungan keduanya membaik sebelum persidangan pertama di mulai.

"Dania boleh pergi?"

Nami mengangguk, "Boleh saja kalau kamu memang ingin pergi. Bilang Papamu, jangan pulang terlalu larut!"

"Iya, Ma."




•••




"Kamu serius mau sekolah, Gun?"

Saguna mendongak ketika rambut hitam miliknya di acak seseorang yang baru saja bertanya.

"Iya, Ayah. Guna udah baikkan kok. Lagi pula tadi udah minum obat. Ibun rawat Guna dengan baik."

Andreas duduk di jok motor sembari memerhatikan sang anak yang sedang memasang sepatu.

"Kalau kamu merasa masih lemas saat di sekolah, nanti nggak perlu ikut latihan basket. Libur saja dulu," ujar Andreas selanjutnya.

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang