Happy reading~
Boleh yang mau kasih masukan silakan 🙂 aku malah seneng.
••••
Saguna baru saja sampai di Sekolah. Keadaan kelasnya lumayan ramai, meski belum semua murid datang. Namun, Saguna dapat melihat ransel kedua sahabatnya sudah ada di kursi masing-masing. Itu pertanda mereka telah tiba lebih dulu, tetapi kedua orang itu tidak ada di kelas.
“Ada yang lihat Jarvis sama Darel?” tanya Guna pada teman-temannya yang berada di kelas itu.
“Kayaknya mereka pergi ke UKS deh, gue lihat mukanya Darel bonyok,” jawab salah satu siswi yang sedang memainkan ponsel.
“Bonyok kenapa?”
Siswi itu mengedikkan kedua bahunya, “Nggak tau juga.”
Saguna lantas melempar ranselnya ke atas meja, “Thank you infonya.”
Saguna lantas segera berlari keluar dari kelas untuk mengecek keberadaan kedua sahabatnya di UKS.
“Gue udah larang. Jangan kerja kayak gini lagi!” Jarvis yang mengobati memar pada wajah Darel tampak kesal dengan memarahi temannya itu.
Darel meringis setiap sentuhan kapas mengenai lukanya, “Mau bagaimana lagi? Gue butuh duit dan kerjaan ini doang yang sekarang bisa gue lakuin sambil sekolah.”
“Biar gue yang biayain hidup lo.”
Darel tertawa geli mendengar perkataan yang baru saja Jarvis lontarkan. Sangat menggelitik kemiskinannya, lalu ia menyentuh luka yang terasa perih kembali. Ia sampai lupa wajahnya terdapat memar.
“Ingat yang kaya itu bokap lo, bukan lo! Gimana bisa lo yang masih numpang hidup sama ORTU mau biayain hidup gue? Biaya hidup gue mahal.”
“Nanti gue minta ke bokap buat bantu lo.”
“Udah nggak usah! Gue masih mampu buat cari duit sendiri.”
Helaan napas yang tidak beraturan dari depan pintu membuat percakapan Darel dan Jarvis terhenti. Mereka sama-sama menoleh ke sumber suara. Di depan pintu ada Saguna yang bersandar pada kusen sembari mengatur napasnya.
“Habis lari maraton, Gun? Capek banget kelihatannya,” goda Jarvis yang membuat Saguna menghempaskan salah satu tangannya menghalau udara.
“Gue buru-buru ke sini karena kata anak-anak di kelas, Darel bonyok.”
“Memang bonyok,” sambar Jarvis.
“Kok bisa?”
“Bego dia.” Lagi, Jarvis menjawab pertanyaan Saguna, “mau-mauan jadi selingkuhan. Jelas digebukin sama pacar dari si cewek.”
“Bayarannya gede,” serobot Darel.
Saguna menyeret langkah masuk ke ruang UKS dan menarik kursi yang menganggur. Ia menjatuhkan bokongnya pada kursi itu. Akhirnya, ia bisa melepas penat.
“Apa lo nggak bisa cari kerjaan yang lain aja? Ini kerjaan risikonya berat. Lihat! Sekarang lo bonyok, nggak tau besoknya lo bakal gimana,” ujar Saguna mencoba membujuk sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Teen Fiction"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...