53. Hidup yang Lebih baik

56 5 0
                                    

Happy reading~



••••





“Baiklah cukup sampai di sini latihan kita hari ini. Kita ketemu dua hari lagi,” ucap pelatih basket itu.

Semua pemain membubarkan diri. Termasuk Saguna yang berjalan ke pinggir lapangan. Cowok itu meraih handuk kecil dan mengusap keringat yang bercucuran di pelipis hingga ke wajahnya.

Setelah selesai mengganti baju kembali ke seragam sekolah, Saguna berjalan menyusuri koridor. Ia melewati lapangan depan gedung sekolah. Dari tempatnya berpijak, Saguna dapat melihat Dania yang masih berlatih paskibra. Dania mencoba kembali pada ekstrakurikuler kebanggaannya sejak keputusan persidangan sudah diputuskan oleh Hakim.

Saguna senang saat gadis yang dia sayangi kini seperti memiliki jiwanya kembali. Dania lebih ceria dan aktif. Cowok itu menghela napas panjang. Tatapannya mengarah pada langit cerah di sore itu. Ucapan syukur terus Saguna panjatkan pada tuhan yang memberikannya kesempatan untuk membahagiakan orang-orang tersayang.

Lamunan Saguna  buyar ketika para Paskibraka itu membubarkan diri. Saguna melanjutkan langkah untuk menghampiri Dania.

“Gimana latihan sama yang lain. Kamu suka?”

Dania yang telah memakai ranselnya tersenyum pada Saguna, “Lebih dari suka. Agak canggung sedikit, mungkin karena udah lama nggak diasah.”

“Aku yakin nggak butuh waktu lama buat kamu menyesuaikan,” ucap Saguna, terselip kata penyemangat yang tersirat tidak langsung untuk Dania.

“Mudah-mudahan, ya. Kamu hati ini juga latihan ‘kan? Maaf aku nggak bisa temenin karena juga latihan.” Dania menekuk bibir ke bawah. Sangat lucu di mata Saguna.

Selain bisa kembali melihat Dania yang penuh semangat seperti ini. Mendengar gadis itu memanggil aku-kamu pada Saguna itu juga sangat-lah membuat cowok itu bahagia.

“Nggak masalah. Kamu bisa datang lain kali.” Sagina membenarkan ransel yang bertengger di bahu sebelah kanannya, “sebelum pulang kita jalan dulu yuk!”

“Ke mana?”

“Ikut aja!” Saguna meraih sebelah tangan Dania, “nanti juga kamu tau.”

Dania tersenyum, lalu mengangguk untuk menyetujui. Mereka melangkah ke parkiran dan mengambil motor mereka masing-masing.

Kedua remaja itu meninggalkan sekolah dan menyusuri jalan kota Bandung yang mulai ramai karena banyaknya orang yang pulang dari berkegiatan, seperti bekerja dan sekolah.

Dania melihat sekitar ketika mendapati Saguna yang mencari tempat pemberhentian. Ia sangat tahu tempat ini.

Tempat yang penuh pohon, bunga dan air mancur itu adalah tempat kali pertama Saguna menyatakan perasaan dan mengajak Dania berpacaran.

“Kita ngapain ke sini?” tanya Dania yang telah memarkirkan motor di samping kendaraan Saguna.

“Mengenang masa lalu.” Saguna melepas helm dan segera turun. “Ayo buruan turun, Dan!”

Dania mengangguk, kemudian mengikuti Saguna masuk ke dalam taman. Sore ini taman cukup ramai dengan anak-anak. Dania mengajak Saguna untuk mendekati air mancur.

“Keinginanku memang mungkin nggak terkabul, tapi kamu sadar nggak sih keinginanmu terkabul?”

Saguna yang sedang memerhatikan sekeliling, kini menoleh pada kekasihnya. Dania duduk di tepi air mancur. Membelakangi air itu.

“Maksudnya?” Saguna juga ikut duduk di sebelah gadis itu.

“Kamu nggak inget pembicaraan kita waktu pertama kali ke sini. Kamu bilang keinginan terbesarmu bikin orang-orang tersenyum karena kamu dan sekarang kamu berhasil buat aku tersenyum lagi.”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang