49. Terpuruk

50 4 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya. Biar aku semangat lanjut.

Happy Reading~



••••




“Beneran, Dan. Gue nggak tau sama sekali kenapa rahasia lo bisa ke sebar di sekolah ini.” Sudah dari lima menit yang lalu Rigo meyakinkan Dania.

“Lo nggak merasa menyebar itu ke orang lain? Ini perbuatan Bianca. Lo sendiri bilang, kalau lo kasih tau dia tentang kecelakaan itu.”

“Bianca?” Rigo berpikir sejenak. Dia berdecak kesal, “cewek itu bertindak di luar perintah.”

Dania menatap Rigo tajam, “Perjanjian kita udah berakhir. Jangan pernah muncul di depan gue lagi!”

“Nggak bisa begitu. Lo masih tetep pacar gue,” bantah Rigo tidak terima dengan keputusan sepihak dari Dania.

“Lo sendiri udah khianatin perjanjian kita. Otomatis semuanya selesai. Gue nggak perlu persetujuan lo.”

Dania menghampiri motornya yang terparkir di pinggir trotoar. Ia memakai helm dan segera menunggangi kuda besi itu, kemudian melaju tanpa menunggu jawaban dari Rigo.

“Dania! Gue belum selesai bicara,” teriak Rigo sampai suara berat itu menjadi serak.

Rigo mengepalkan tangan, lalu meninju angin untuk menyalurkan emosinya.

“Apa lihat-lihat?” tanya Rigo pada murid-murid yang menjadikannya tontonan saat bertengkar dengan Dania di halte.

Tidak sengaja mata Rigo melihat Bianca baru keluar dari sekolah dan ingin masuk ke mobil pribadinya. Dengan cepat cowok itu berlari dan menggapai tangan Bianca.

Bianca yang baru membuka pintu mobil jelas terkejut dengan kedatangan Rigo.

“Gue mau ngomong sama lo sekarang juga!”

Bianca sudah menebak apa yang akan Rigo bicarakan dengannya. Ia yang tahu melakukan hal salah tampak takut pada cowok itu.

“Maaf, lain kali aja. Gue buru-buru ada acara keluarga,” ujar Bianca berusaha melepaskan genggaman Rigo pada pergelangan tangannya.

Rigo menarik kasar lengan Bianca, “Nggak bisa. Kita harus ngomong empat mata sekarang!”

Siswa-siswi yang masih ada di sekitar gerbang sekolah memerhatikan kedua orang yang sedang berdebat itu. Sopir yang ada di dalam mobil mewah itu segera turun saat merasa kalau anak majikannya dalam bahaya.

Sopir itu berlari mendekati Rigo dan Bianca. Ia memisahkan tangan Rigo dari majikannya, “Lepasin Non Bianca! Jangan ganggu ya atau saya lapor Polisi!”

Mendengar kata Polisi, Rigo lekas melepaskan cengkeramannya. Ia tak ingin terlibat dengan Polisi.

Bianca mengusap pergelangan tangan yang terasa sakit. Gadis itu bergeser menjauh dari Rigo. Ia takut kalau Rigo akan melukainya lebih parah.

“Ada apa ya ribut-ribut?” tanya Satpam sekolah yang merasa ketenangan di SMA Tanubrata terganggu.

“Ini Pak, ada anak dari SMA lain ganggu saya.” Bianca memanfaatkan itu untuk mengadukan Rigo.

Satpam itu menatap tajam pada Rigo. Ia memerhatikan seragam yang Rigo pakai.

“Kamu kenapa bisa sampek di sini? Kalau sudah pulang tuh, pulang dulu ke rumah. Nanti orang tuamu nyariin,” ujar Satpam menasihati Rigo.

“Saya temennya Bianca, Pak. Saya mau bicara empat mata sama dia. cuma itu,” terang Rigo menjelaskan.

Bianca dengan cepat menggelengkan kepala ketika Satpam beralih menatapnya, “Dia bohong, Pak. Saya nggak kenal dia.”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang