50. Pindah

53 5 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote karena itu gratis! Kalau kalian merasa cerita ini menarik boleh juga buat komen-komen yang banyak.

Maaf kalau ada typo.

Happy Reading~




••••





“Bi! Bianca!”

Ina tergesa-gesa masuk ke dalam kelasnya, sedangkan Jessy mengikuti dari belakang dengan santai.

Bianca yang sedang asyik berselancar di Instagram menoleh ke arah pintu masuk ketika namanya dipanggil.

“Ada apa?” tanya Bianca yang mendapati ini sudah ngos-ngosan.

“Itu... tadi gue lihat Saguna datang sama Dania. Pakek gandeng-gandengan tangan lagi.”

Bianca yang tidak terima, lantas meletakkan ponsel ke meja. Ia memilih fokus berbincang bersama kedua temannya itu.

“Belum jera juga itu cewek. Bukannya menjauh dari Guna malah makin nempel,” ujar Bianca yang kini mengepalkan tangan di atas meja.

“Kayaknya cara lo dengan bongkar rahasia Dania ini salah, Bi.” Jessy mulai bersuara, “ini akan bikin mereka tambah deket. Saguna pasti support Dania yang lagi trauma.”

Bianca mengangkat sedikit dagu. Menatap nyalang ke arah Jessy yang berdiri tidak jauh dari dirinya.

“Jadi, menurut lo gue harus pakek cara apa?”

Beberapa orang yang ada di kelas menoleh sebentar saat mendengar nada suara Bianca yang naik satu oktaf. Hal ini sudah biasa terjadi di kelas itu. Bianca memang seenaknya saja.

Ina pun menatap sinis ke arah Jessy, “Jess... Jess, kayak lo punya cara yang lebih baik aja. Bianca itu udah bener bikin Dania terpuruk kayak sekarang. Buat Dania menderita bisa membalaskan rasa cemburu Bianca karena Saguna udah diambil.”

“Tapi nggak efisien ‘kan? Yang ada Saguna malah benci Bianca karena dia yang buat berita di papan pengumuman.”

“Diem, tutup mulut lo!” Bianca bangkit dan mendekati Jessy. Ia merapikan rambut Jessy yang sedikit berantakkan dan menatap seperti ingin menerkam gadis itu. Bianca berbisik, “Jadi, gue salah? Lo udah bosen ya jadi orang berada? Mau coba miskin? Buat gue itu mudah, nanti bakal gue suruh bokap gue pecat bokap lo.”

Jessy jelas panik mendengar itu. Ia tidak ingin keluarganya jadi menderita karena karena kesalahannya.

“Maaf, Bi. Gue nggak salahin lo. Cara lo udah bener bikin Dania menderita karena traumanya bangkit lagi.”

Bianca tersenyum dengan menepuk-nepuk pelan pipi Jessy, “Good girl! Lebih bagus lo dukung gue. Dari pada nanti lo jatuh miskin.”

“Makanya, Jess. Jangan sok pintar dari Bianca!” tutur Ina mengingatkan.

Bianca kembali ke tempat duduknya. Meraih handphone dan memainkannya lagi. Jessy yang masih syok hanya mematung. Kekuasaan Bianca tidak bisa membuat hidupnya bebas memilih.

 


•••

 


Bu Aini membenarkan posisi duduk saat Nami sekarang sudah ada di depan meja kerjanya.

“Saya Nami, orang tuanya Dania.”

“Oh, silakan duduk, Bu!” Bu Aini menunjuk kursi di depannya, kebetulan sekali saya ingin menghubungi Ibu. Mungkin Ibu sudah tau insiden kemarin.”

Nami menari kursi, lalu dengan elegan ia duduk di sana. “Iya, Dania sudah memberi tau saya. Maka dari itu juga saya datang ke sini.”

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang