Happy Reading~
Jangan lupa komen dan vote cerita abal-abal ini.
Terima kasih untuk semua pembaca 🙏❤
••••
Sedari jam pelajar dimulai sampai selesai, Saguna tidak bisa fokus pada guru yang mengajar. Ia selalu curi-curi pandang ke arah meja Dania. Saguna dapat merasakan ada perubahan pada gadis itu saat berinteraksi dengannya.
“Kantin yuk, Gun!” ajak Jarvis menyadarkan Saguna dari lamunan.
“Iya, ayok pergi! Lo butuh makan tuh. Jangan pingsan kayak beberapa hari lalu,” ledek Darel setelahnya.
“Memang waktu itu belum makan?” tanya Jarvis begitu polos.
“Mana gue tau.” Darel tertawa setelahnya. Jarvis yang merasa diiseingi hanya mendengus kasar.
Saguna yang sedang merapikan alat tulis itu menggeleng, “Kalian duluan aja.”
Darel menoleh ke meja Dania. Masih ada gadis itu di sana sedang berbincang dengan Laya. Darel kembali menatap Saguna dengan bibir mencebik. Seakan tahu Saguna akan melakukan apa setelah ini.
“Mau kangen-kangenan sama Doi ya?”
Jarvis tertawa kecil mendengarnya. Pikirnya, Darel tahu saja isi kepala Saguna.
“Iya, ada banyak yang mau gue omongin sama Dania. Maaf, nggak bisa temenin kalian.”
“Nggak apa-apa, santai aja. Gue sama Darel duluan kalau gitu.” Jarvis merangkul Darel yang berdiri di sampingnya, “jangan lupa makan lo!”
Saguna mengangguk, “Iya, gue makan nanti sama Dania.”
“Avis!” seseorang yang menyembulkan kepala di depan pintu masuk berteriak hingga membuat ketiga cowok yang sedang berbincang itu menoleh. Bahkan siswa-siswi yang ada di dalam kelas yang sama juga ikut melihat ke sumber suara, “ayo ke kantin!”
“Iya, ini mau ke kantin.” Jarvis menarik Darel untuk mengikutinya. Mereka menghampiri Alana, si pemilik suara keras tadi.
Selesai merapikan alat tulisnya, Saguna beranjak mendekati Dania. Kedua gadis yang sedang asyik berbincang itu menatap ke arah Saguna yang baru tiba.
“Aku mau ngobrol empat mata sama kamu.” Saguna tersenyum tipis pada Laya, “pinjam Dania dulu ya, Laya.”
Laya mengangguk canggung, “Iya, Gun.”
“Ayo, tapi jangan di sini.” Dania berucap tanpa menatap kekasihnya, kemudian ia bangkit dan jalan lebih dulu keluar dari kelas mereka, “ayo ikut aku!”
Saguna patuh saja dan mengekori gadis itu sampai ke taman belakang sekolah. Dania yang takut ketinggian lebih memilih taman belakang untuk berbicara serius dengan Saguna.
“Kita putus aja ya, Gun. Maaf.”
Baru saja menapakkan kaki di tempat itu. Namun, jantung Saguna dikejutkan oleh permintaan orang yang sangat ia cintai.
Saguna buru-buru berpindah posisi berhadapan dengan Dania. Berbeda dengan Saguna yang menatap gadis itu lantang, sedangkan Dania menundukkan kepalanya. Seakan tidak mampu menatap kedua bola mata penuh cinta itu.
“Kenapa? Sebenernya ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu minta putus? Apa aku ada salah?”
“Aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini.”
Saguna menghela napas dengan kasar. Ia masih mencoba mengontrol emosi yang meluap-luap itu. Ia tidak ingin melukai Dania baik dengan fisik atau pun kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
أدب المراهقين"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...