Happy Reading~
Maaf agak lama lanjutnya.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan vote untuk cerita yang nggak seberapa ini ❤🙏
Terima kasih.
••••
Andreas dan Wulandari kini berada di ruangan Dokter Heru. Dokter itu meminta waktu dari orang tua pasiennya untuk berbicara sejenak. Sementara mereka meninggalkan Saguna yang masih terlelap pulas di ruang rawatnya.
Dokter Heru mengeluarkan sebuah hasil CT Scan dari amplop coklat, “Sebenarnya hari ini saya memang akan bertemu Saguna dan orang tuanya untuk membicarakan hasil CT Scan yang dilakukan beberapa hari lalu, tapi saya tidak menyangka kalau Saguna datang dalam keadaan yang seperti ini.”
Andreas dan Wulandari yang mendengar pengakuan Dokter di depan mereka jelas terkejut. Mereka tidak pernah tahu kalau Saguna memeriksakan kesehatannya ke Dokter Heru.
“Saya benar-benar tidak tahu kalau Saguna sakit, Dok.” Andreas membuka suara.
Dokter Heru juga tidak kalah terkejutnya, “Saya pikir, Saguna sudah melaporkan ini ke orang tuanya. Kalau begitu saya akan jelaskan sekarang.”
Wulandari meremas jari-jarinya di atas meja demi menyalurkan perasaan cemasnya. Namun, wanita itu tetap mengangguk untuk menyetujui perkataan Dokter Heru.
“Silakan, Dok. Saya juga ingin mendengarnya sekarang,” ucap Andreas menegaskan.
Sebelumnya Dokter Heru menjelaskan apa yang terlihat berbeda dari potret CT Scan yang ada di tangannya, lalu ia pun menyimpulkan, “Jadi begini, Pak, Bu, dari pemeriksaan itu saya mendiagnosis kalau Saguna mengidap kanker otak.”
Bagai tersambar petir di siang bolong, Wulandari dan Andreas sangat terpukul oleh fakta yang mereka terima. Sebagai ibu, Wulandari sudah meneteskan air matanya. Ia tidak menyangka kalau Saguna mendapatkan penyakit yang berat.
Andreas yang menyadari itu, lantas merangkul sang istri. Menjadikan dadanya sebagai tempat bersandar Wulandari.
“Apa masih bisa disembuhkan, Dok? Saguna masih bisa sehat seperti sediakala ‘kan, Dok?” tanya Andreas yang tampak tidak sabar untuk mendengar jawaban dari Dokter di depannya.
“Bisa, Pak. Masih banyak kemungkinan untuk Saguna sembuh. Kita bisa coba dengan kemoterapi terlebih dahulu.”
“Lakukan apa saja, Dok. Terpenting Saguna bisa sembuh,” ucap Wulandari setelah mengusap wajahnya yang basa.
“Apabila kemoterapi tidak efektif. Apakah Bapak dan Ibu siap untuk Saguna dioperasi jasa?” tanya Dokter Heru memastikan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
Wulandari tampak bingung. Ia menatap suaminya untuk meminta keputusan.
“Operasi ini bisa saja mengganggu sedikit memori Saguna. Namun, tidak permanen. Jadi, Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir,” jelas Dokter Heru melanjutkan perkataannya.
“Lakukan yang terbaik untuk anak kami, Dok.”
Dokter Heru mengangguki, “Saya akan berusaha keras, Pak. Untuk pasien saya sembuh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Novela Juvenil"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...