Sore itu, Mingyu kehilangan jejak Wonwoo di kamar mereka. Wonwoo tiba-tiba menghilang setelah menyamarkan dirinya di atas kasur dengan sebuah guling yang tertutup selimut. Mingyu tertipu? Dan ia berdecak sebal.
"Dia menipuku lagi, sial!" umpatnya kesal, mengambil kunci mobilnya dan melesat untuk mencari Wonwoo..
...
Kriet..
Pintu tua itu kembali terbuka perlahan. Menampakkan gelap dan juga seisinya yang turut usang. Bahkan lantainyapun berdebu. Pantas, mereka tak terjamah setelah sekian lama. Meski masih rapih, karena bagian sofa, juga barang lainnya itu, tertutup oleh kain-kain yang putih.
Seokmin nampak mengulum senyumnya. Ia menatap ke seluruh penjuru ruangan dengan penuh keharuan. Hal pertama yang ia sentuh adalah, sehelai kain yang menutup sofa.
Sofa berwarnakan putih gading itu kini telah rusak. Sofa, yang dulu sering mempertemukan dirinya, bersama kedua orang tuanya dan juga Seungcheol disana. Bercanda bahkan tertawa lepas. Namun itu dulu. Hanyalah kenangan masa lalu..
Kedua, ia tapaki tangga menuju lantai dua. Lantai kayu berhiaskan debu di tiap anak tangganya. Mengantarnya pada beberapa ruangan di lantai dua itu.
Ada ruangan yang bahkan, ada namanya yang masih melekat di salah satu pintu meski sudah tertutupi jaring laba-laba. Ada juga ruangan bernamakan sang hyung disana. Semua nampak tergambar olehnya. Bagaimana jika di malam hari yang hujan, ia akan pindah ke kamar sang hyung untuk berlindung, karena ibu dan ayahnya berada di kamar di lantai bawah.
Banyak hal yang Seokmin kenang. Tak cukup mampu baginya, jika hanya menghabiskan waktu hanya beberapa menit saja disana. Ia ingin menghabiskan banyak waktu namun..
BRAK!
Pintu depan yang tadi dibukanya, nampak tertutup dengan keras, dan menyisakan gelap di rumah itu.
Seokmin menjadi terkejut dan sedikit takut. Terlebih, ada suara nafas yang berhembus dengan keras di bawah sana. Ingin Seokmin tanyakan, itu siapa?!. Namun, ia urung dan hanya mencoba mengamati dengan menuruni anak tangga perlahan.
Samar, Seokmin dengar isakan kecil selanjutnya membuat bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri.
Mungkinkah itu hantu? Batinnya.
"Aku bukan anak tiri!"
Seokmin tertegun, diam di tempatnya. Ia mendengar satu kalimat dari sosok itu kini, hingga meyakinkannya bahwa itu manusia.
"Mereka menyayangiku! Ayah menyayangiku! Hyung apalagi! Tak ada yang tiri! Aku tak tahu itu apa! Aku tidak tahu!"
Kalimat itu runtun dan terus terlontar, terdengar oleh Seokmin yang kini mematung di tempatnya.
"Awas saja! Jika mereka sendiri-sendiri, akan kuhajar satu persatu jika berani berkata seperti itu lagi!"
Trek.
Lampu menyala, menyisakan dia yang mengomel itu menjadi terkejut, terlebih sosok Seokmin berdiri di atas anak tangga di sudut kiri ruangan tersebut.
"Siapa yang akan kau hajar, huh?" tanya Seokmin ketus.
"Kau yang harus kuhajar! Masuk ke rumah orang lain dengan sembarangan!" tudingnya. "Siapa kau? Kau bersembunyi? Dikejar hantu?"Sosok itu menggeleng. "Aku sedang bersembunyi dari temanku.."
"Heh?!"
Dia menunduk takut meski tetap berdiri dalam ragu lantas membungkuk sopan. "Kau pemilik rumah ini? Maaf atas kelancanganku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGEUSIA ✔
Teen FictionBROTHERSHIP AREA Akan seperti apa di penghujung cerita nanti? Original Story by ®MinaHhaeElf