Chapter 18

865 82 2
                                    

Tok. Tok.

Seokmin menoleh, pada pintunya yang terus saja bersuara, semenjak seseorang di luar sana mengetuknya tiada henti. Ia yang terlihat sibuk berkutat dengan laptopnya, harus berdecak sebal karena merasa terganggu akan tamunya.

"Tidakkah ini terlalu malam untuk bertamu, huh?!" umpatnya terdengar malas, setelah melihat jam yang telah menunjukkan pukul 9 kala itu.

Dengan langkah yang terbilang gontai, ia mencoba untuk menghampiri pintu yang hanya berjarak beberapa meter saja dari meja belajarnya tersebut. Namun Seokmin mengerutkan keningnya. Di matanya, sang pintu terasa jauh hingga ia kesulitan menggapainya.

Sedang suara pintu semakin keras terdengar. Tamunya kini terlihat tak sabar, membuat Seokmin sedikit berteriak dalam nada malas. "Sebentar!" ucapnya.

Dalam satu tarikan nafas lega, akhirnya Seokmin mampu membuka pintunya. Namun, belum ada setengah celah yang mampu dibukanya, ia rasakan dorongan kuat dari luar sana, hingga pintu terbuka tanpa ijinnya membuat matanya membulat lebar, terkejut, terlebih setelah tahu siapa yang datang.

"Yak!" sergahnya namun, sang tamu seolah tak peduli, membuatnya menampakkan wajah bingungnya.

"Bisakah kau bertamu dengan baik, Mingyu!"

Seokmin berkacak pinggang pada akhirnya. Ia hanya mampu menatap Mingyu yang sudah mampu melalui dirinya, dan juga dapat memasuki kamarnya dengan mudah. Tanpa ijin, tanpa kata.

Mingyu terduduk di atas lantai berlapiskan karpet berbulu berwarnakan putih tulang yang terhampar tepat di dekat ranjang Ssokmin. Ia tak peduli pada Seokmin yang masih saja memandangnya. Dan ternyata, ia membawa sebuah kantung plastik.

"Kemarilah.." ajaknya.

"Apa yang kau bawa? Ada apa kau kemari!" decak Seokmin, masih enggan menghampiri Mingyu hingga..

"Anggap saja sebagai ungkapan terima kasihku. Karena lagi-lagi kau menolongku kemarin," ungkap satu suara yang tiba-tiba muncul dari belakangnya, membuat Seokmin sedikit terkejut lantas menoleh.

"Wonwoo!"

Sepertinya Mingyu hadir bersama tamu lain untuk Seokmin. Baru saja Wonwoo muncul di ambang pintu yang nyatanya masih terbuka itu karena Ssokmin belum menutupnya.

"Kau tak mengajakku masuk? Aku bukan Mingyu yang akan masuk tanpa ijin pemiliknya," tutur Wonwoo sambil tersenyum hambar ke arah Mingyu. "Aku juga tak tahu mengapa ia bisa langsung seakrab ini dengan orang yang baru dikenalnya sepertimu.."

Baik itu Mingyu ataupun Seokmin, diam. Keduanya nampak saling melempar pandang penuh akan sebuah arti meski tak membuat Wonwoo bertanya lebih lanjut lagi.

Seokmin segera menimpali, "silahkan, masuk saja," ajaknya membuat Wonwoo tersenyum lebar lantas memasuki ruang kamarnya dan terduduk di samping Mingyu.

Perlahan Seokmin menghampiri keduanya, lantas mencoba untuk terduduk melihat apa tujuan dari keduanya datang menghampirinya, hingga ia kembali terkejut saat telapak tangan Mingyu, melayang dan sempat menyentuh dahinya. Hanya sempat, sebentar karena ia segera menepis tangan itu.

"Apa yang kau lakukan!" umpatnya.

"Sudah kuduga!" simpul Mingyu sambil menatap Seokmin lantas meraih plastik yang dibawanya.

Sementara Wonwoo memandang Seokmin. "Kau sudah makan? Mengapa tak memberitahu kami jika kau sakit?" tanyanya.

"Eh?"

Mingyu masih sibuk dengan sesuatu yang ternyata obat, dan juga air di dalam botol. Mereka cukup jeli untuk membeli air, padahal Seokmin pun memilikinya sebenarnya.

AGEUSIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang